Jumat, 25 Maret 2016

MAJELIS CINTA DZIKIR

MAJELIS CINTA DZIKIR.

Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi Musa a.s. bertanya kepada Allah SWT, 
"Tuhanku, apakah balasannya bagi orang-orang yang dzikir kepada-Mu 
dengan lisan dan hatinya?" 

Allah Swt. berfirman: 
"Wahai Musa, Aku akan melindunginya di Hari Kiamat dengan naungan 'Arsy, 
dan Aku akan menjadikannya di bawah kekuasaan-Ku."

Nabi Musa a.s. bertanya lagi, 
"Tuhanku, siapakah hamba-Mu yang paling merugi?" Allah SWT berfirman,
 "Orang yang tidak mengambil manfaat dari petuah dan orang yang tidak dzikir kepada-Ku sewaktu sendirian."
Dzikir merupakan cara yang paling efektif untuk berdialog dengan Allah SWT dan membuat hamba-Nya mampu secara aktif berpartisipasi 
dalam komunikasi dengan Allah SWT. 
Tentu saja kondisi spiritual dari pikiran atau hati setiap orang 
akan berbeda dalam menerimanya, 
tergantung dari kemajuan spiritual yang dialaminya. 

Secara umum dzikir akan selalu melahirkan sifat al-murâqabah 
(perasaan selalu diawasi oleh Allah) sehingga akan memasukkan pelakunya 
ke pintu al-Ihsan. 

Orang-orang yang lalai tentu tidak akan sampai ke derajat al-Ihsan. 
Dzikir juga akan melahirkan al-inabah (dorongan jiwa ingin selalu kembali kepada Allah) sehingga hanya Allah-lah yang ditakuti, dan tempat kembali serta berlindung.
Jadi, 
sangat na’if jika masih ada orang yang gemar membid’ahkan kegiatan dzikir. 
Bagaimana mereka memandang Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin ‘Anbasah r.a. ini. Beliau berkata Rasulullah SAW bersabda, 
”Di sebelah kanan Tuhan yang Maha Rahmân, 
begitu juga di hadapan-Nya, 
ada sekelompok manusia yang bukan para nabi dan bukan para syuhada. 
Sinar wajah mereka menyilaukan siapa saja yang melihatnya, 
sehingga para nabi dan para syuhada merasa iri atas kedudukan mereka 
dan dekatnya mereka di hadirat Allah Azza wa Jalla.”

Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah mereka itu ya Rasulullah?” 
Rasulullah Saw. menjawab, 
”Mereka adalah sekumpulan manusia dari berbagai kabillah yang berkumpul 
untuk melakukan dzikir kepada Allah. 
Mereka memelihara ucapan-ucapan yang baik 
seperti halnya orang yang makan kurma menjaga dan memilih 
hanya kurma-kurma yang baik,” (HR Thabrani).

Abdullah bin Busr r.a. mengatakan, 
“Sesungguhnya ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, 
‘Ya Rasulullah, perintah dalam syariat Islam ini banyak. 
Baritahukanlah kepada kami sesuatu yang dapat kami jadikan amalan dan kesibukan.” Rasulullah SAW bersabda, 
“Hendaklah kalian senantiasa membasahi lidahmu dengan dzikrullâh.”

Maka, 
mari nikmati hidangan hidayah Allah dengan berdzikir. 
Mari kita masuki taman-taman surga dengan berdzikir. 

Ibnu Taimiyyah berkata, 
“Sesungguhnya di dunia ada surga. 
Barangsiapa tidak masuk ke dalam surga itu, 
ia tidak akan masuk ke dalam surga Akhirat.” 

Ibnu Taimiyyah ditanya, 
“Apakah yang dimaksud dengan surga dunia itu?” 
Beliau menjawab, “Majelis-majelis dzikir.”

Pendapat ini didasarkan pada Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, 
yang bertanya kepada Rasulullah SAW. 
Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, 
“Apakah ghanimah majelis-majelis dzikir?”. 
Rasulullah SAW menjawab, 
”Ghanimah majelis dzikir adalah surga,” (HR Ahmad).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar