Rabu, 09 Maret 2016

Hakikat Kesufian

Hakikat Kesufian
4 Maret pukul 8:10 · 
WAKTU merupakan sesuatu yang penting yang tidak pernah lepas dari kehidupan kita, dengan waktu kita bisa meraih kesuksesan dan dengan waktu pula kita bisa mendapat kegagalan, nilai waktu ditentukan oleh bagaimana kita mengisinya. Dikatakan dalam Mahfudzat :

“Waktu itu bagaikan pedang apabila kamu tidak memakai/menggunakanya, niscaya waktu itu akan membunuhmu ”, artinya kalau waktu diisi dengan berbagai kebaikan maka waktu itu akan menjadi kebaikan, namun jika waktu itu diisi dengan hal-hal yang tidak bermakna/kurang bermanfaat apalagi sia-sia, maka waktu akan mendatangkan kerugian.

Saat keberuntungan kita dapatkan hendaknya kita bersyukur kepada Allah swt dengan mengucapkan “Alhamdulillah” dan kalaupun mendapat kegagalan janganlah kita mengutuk/menyalahkan waktu, yang mesti kita lakukan adalah melakukan introspeksi diri, sehingga dapat memperbaiki kesalahan.Rasulullah saw bersabda : “Janganlah mencerca waktu, karena Allah adalah Pemilik waktu” (HR Ahmad).

Allah swt memperjelas pemahaman tentang waktu melalui fiman-Nya dalam Surah al Ashr :

"Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya menaati kepada kebenaran serta saling nasihat menasihati agar tetap berada dalam kesabaran’’. (Al-Ashr : 1-3).
“Demi masa”, Al-Ashr adalah waktu yang didalamnya berlangsung segala kejadian dan aktiviti, di antara para ahli mufassir juga ada yang mengartikan Al-Ashr itu dengan waktu Shalat Ashar, pada ayat ini Allah swt bersumpah dengan waktu, tujuannya agar kita memperhatikannya dengan saksama, ingat sesungguhnya kita sangat terikat oleh waktu, sifat waktu itu dinamis berjalan terus, keadaan apapun bisa berubah sesuai dengan perjalanan waktu. Sadar atau tidak perjalanan waktu akan mengubah kita, persoalannya kearah mana perubahan itu terjadi ??? Apakah terus berusaha agar tetap pada jalan kebaikan atau sebaliknya?

Manusia akan sadar betapa berharganya waktu jika malaikat maut datang menjemput, sedangkan mereka merasa bahwa waktu yang mereka gunakan selama ini tidak digunakan dengan baik dan tidak digunakan untuk beribadah kepada Allah swt, yang akhirnya akan timbul penyesalan. Selagi malaikat maut belum menjemput marilah kita isi waktu yang ada saat ini dengan ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diredhai-Nya, tiada waktu yang di lalui kecuali diisi dengan amal shalih supaya kelak kita tidak menjadi orang-orang yang rugi, kerana firman Allah :

"Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian“. (Al-Ashr : 2), dikatakan berada dalam kerugian apabila kita tidak mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, ataupun sebaliknya kita mengisi waktu dengan yang dapat mendatangkan dosa dan hal-hal yang tidak bemberikan manfaat, ayat ini senada dengan peringatan Rasulullah saw yang tercatat dalm riwayat Bukhari, “Ada dua macam nikmat yang sering dilalaikan manusia, yaitu kesihatan dan kesempatan (waktu luang)”.

Imam Ali r.a. pernah menyebutkan rezki yang tidak diperoleh hari ini masih bisa diharapkan esok hari, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok.

Ada 4 cara agar kita tidak menjadi orang-orang yang melalaikan waktu dan menghindarkan dari kerugian, inilah yang dijelaskan dalam ayat terakhir Surah Al-Ashr :
"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, dan saling nasihat menasihati supaya menaati kebenaran serta nasihat menasihati supaya tetap ada dalam kesabaran".

Beriman, iman secara bahasa bermakna ‘membenarkan’ maksudnya membenarkan segala hal yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, yang pokok-pokoknya tercantum dalam Rukun Iman (iman kepada Allah, kepada Malaikat-malaikat-Nya, kepada Kitab-kitab-Nya, iman kepada Rasul-Nya dan iman kepada Qodha dan Qadar yang baik dan yang buruknya). Iman sifatnya abstrak dimensinya batiniyah/tidak terlihat, karenanya yang paling tahu apakah iman seseorang itu kuat/lemah hanya Allah swt lah dzat yang maha mengetahui masalah ghaib.

Iman itu bersifat fluktuatif, 'Yaziidu wa Yanqusu' artinya kadang meningkat dan kadang menurun, dan harus diperhatikan bahwasanya keimanan itu akan naik ketika berada dalam ketaatan dan iman akan turun/berkurang ketika sedang bermaksiat kepada Allah, oleh sebab itu kita wajib merawat iman kita agar tetap teguh dengan jalan melaksanakan ketaatan-ketaatan dalam Syari’at Agama supaya tidak terjerumus menjadi orang-orang yang merugi.Beramal shalih, amal shalih adalah aktiviti yang dilakukan dengan penuh kesedaran bahwa pekerjaan itu memberi manafaat untuk dirinya/orang lain, selain itu pekerjaan tersebut sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Syekh Ahmad atau Muhammad Abduh mendefinisikan amal shalih sebagai perubahan yang berguna bagi diri peribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan, jadi perbuatan apapun yang kita lakukan dengan penuh kesedaran demi kemaslahatan diri sendiri, keluarga, ataupun masyarakat, dapat disebut amal shalih, tapi harus diingat amal shalih itu harus dibarengi dengan point pertama iaitu iman, karena amal shalih tanpa dilandasi iman kepada Allah swt, akan menjadi sia-sia, karena syarat diterimanya suatu amal adalah Ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Syari’at Agama. Saling berwasiat dalam kebenaran “watawaas shaubil haq / orang-orang yang saling berwasiat mengingatkan dalam kebenaran“.

Maka syarat agar manusia terhindar dari kerugian adalah mengetahui hakikat kebenaran islam, mangamalkannya dan menyampaikan kepada orang lain, siapa yang tidak mau mengajak manusia lain untuk berpegang pada kebenaran islam, setelah mengetahuinya ia termasuk dalam golongan orang yang merugi, saling menasihati untuk berpegang teguh pada kebenaran harus dilakukan dengan ilmu, penuh kearifan dan menggunakn kata-kata yang santun, sebagiaman firman-Nya dalam Surat an-Nahl : 125, yang artinya : “Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk “.
Saling berwasiat dalam kesabaran, “Watawaas shaubis shobri", saling berwasiat atau menasihati supaya tetap dalam kesabaran“.

Kesabaran adalah suatu kekuatan jiwa yang membuat orang menjadi tabah menghadapi berbagai ujian, sabar begitu penting untuk kita miliki, Allah swt menyebut sabar sebanyak 103 kali dalam al-Qur’an dengan berbagai konteks, jiwa sabar harus kita miliki karena ujian akan selalu mewarnai kehidpan kita, firman Allah :

“Dan sungguh kami akan berikan ujian padamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar“. ( Al-Baqaroh : 155). Bagaimanakah sikap orang yang bersabar ketika ditimpa ujian ??? Sikap orang yang bersabar ketika ditimpa ujian/musibah yaitu sebagaimana firman Allah : “Iaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata : "Sesunguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali, mereka itulah yang memperoleh rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk“. ( Al-Baqoroh : 156). Ikhwan fillah rahimakumullah, sesungguhnya kita diberi waktu yang sama oleh Allah 60 detik dalam satu minit, 60 minit dalam satu jam, dan 7 hari dalam seminggu. Persoalannya mau di isi dengan apakah waktu tsb ???

Sungguh agung kandungan makna Surat al-Ashr ini, Imam Syafi’i mengatakan seandainya umat islam memikirkan kandungan surat ini niscaya petunjuk-petunjuknya mencukupi mereka.

Semoga Allah memberikan kekuatan pada kita untuk dapat mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat yang akan mendatangkan kebaikan bagi kita dan menjauhkan kita dari berbagai keburukan karena kesia-siaan waktu yang kita gunakan, aamiin.

Wallahu a’lam

[ Yadi Mulyadi ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar