Dzikr Nafi Itsbat.
Dzikr al-Khafi atau "zikir diam" La ilaha illabillah
bisa dilakukan dengan cara serupa
yang ditempuh untuk zikir keras,
yang dipaparkan di atas , atau
dengan cara mengendalikan pernafasan.
Metode yang digunakan ialah bahwa
sang dzakir mesti memperhatikan tarikan nafasnya,
ketika menghembuskan napas,
ia mesti mengucapkan La ilaha dengan diam,
dalam hatinya,
dan ketika menarik napas,
mengucapkan illallah,
serta terus mengulang-ngulang ini.
Dzikr ini dikenal sebagai pas-i-anfas,
atau dzikr berupa menjaga pernafasan.
Dzikir ini sangat efektif dalam menghilangkan perasaan munafik
dan bisikan-bisikan jahat, dan mempunyai aspek-aspek lainnya juga.
Mengingat Zat, Allah, secara diam,
berikut sifat-sifat fundamental-Nya
dilakukan dengan cara demikian :
sang dzakir mesti menutup mata dan mulutnya,
dan dalam hati, ia harus mengulang-ngulang,
Allahu Sami'un (Allah Mendengar)
Allahu Bashirun (Allah Maha Melihat),
Allahu 'Alimun (Allah Maha Mengetahui)
dengan cara naik atau "uruj".
Ia mesti mengucapkan Allahu Sami'un dengan hatinya ,
dan membayangkan bahwa
ia sudah naik dari pusar ke dadanya ;
Demikian pula,
dengan mengucapkan Allahu Bashirun ,
ia mestilah merasakan bahwa
ia naik dari dada ke otak,
dan ketika mengucapkan Allahu 'Alimun ,
ia mestilah memahami bahwa
ia naik mendaki 'Arasy atau singgasana Allah.
Sebaliknya,
Ketika mengucapkan
Allahu 'Alimun , Allahu Bashirun , Allahu Sami'un,
sang dzakir mestilah merasakan bahwa
ia telah turun dari Singgasana Allah ke otak,
ketika mengucapkan Allahu Bashirun ,
dari otak ke dada,
dan ketika mengucapkan Allahu Sami'un ,
sudah turun dari dada ke pusar.
Inilah daur
yang dikenal sebagai "Daur Qadiriyyah" (Dawra -i-Qadiriyyah)
Ia mesti mengulang-ngulang ini secara terus menerus.
Sebagian kau Sufi juga menambahkan kata-kata Allahu Qadirun
(Allahu Mahakuasa) .
Dalam hal ini,
sang dzakir merasa naik ke langit dalam tahap ketiga,
dan akhirnya mencapai 'Arsy.
Dzikr i-Khafi
mempunyai efek-efeknya sendiri yang mencerahkan,
ia menyulut api kerinduan pada Allah,
membina kecintaan pada Allah dalam hati,
melahirkan perenungan ,
menghasilkan ekstase dalam diam,
menimbukan ketidaksukaan untuk terjerembab
dan tenggelam dalam urusan-urusan duniawi
serta memungkinkan sang dzakir lebih mengutamakan Allah
ketimbang segala sesuatu lainnya.
Manakala efek-efek ini muncul dalam diri seorang hamba,
para Syaikh tarekat Qadiriyyah menganjurkan untuk merenung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar