Rabu, 09 Maret 2016

Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily

| Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily berkata

Dzikir itu ada 4 jenis:

1) Dzikir, di mana kamumengingat dzikir;
2) Dzikir kamu diingatkan melalui dzikir;
3) Dzikir yang mengingatkan dirimu; dan
4) Dzikir yang kamu sendiri yang diingat oleh Allah swt (Dzikir bersama Allah swt).

Yang pertama 
adalah dzikirnya kalangan awam, yaitu 
dzikir untuk mengingatkan kealpaan atau mengingatkan dari kekawatiran akan kealpaan.

Kedua, 
adalah dzikir, dimana kamu diingatkan, baik berupa siksa, nikmat, taqarrub 
ataupun jauh dari Allah, dan sebagainya, ataupun karena Allah swt.

Ketiga, 
dzikir yang mengingatkan dirimu, pada empat perkara, bahwa,

1) Seluruh kebaikan datangnya dari Allah:
2) Seluruh kejahatan datangnya dari nafsu
3) Dan keburukan datangnya dari musuh walaupun Allah swt. yang menciptakannya 
4) Dzikir yang kamu sendiri yang diingat (Allah). 
Iaitu dzikirnya Allah kepada hamba-Nya.

Pada tahap ini hamba tidak memiliki kaitan dirinya atau lainnya, 
walaupun itu meluncur melalui ucapannya. I
nilah posisi fana’ dalam dzikir, 
tidak membutuhkan dzikir 
atau yang diingat (Yang Didzikiri) Allah Yang Maha Tinggi dan Luhur. 

Apabila kamu masuk di dalamnya, 
maka dzikir menjadi yang diingat (madzkur), 
dan yang diingat (madzkur) menjadi yang mengingat (Dzakir). 
Inilah puncak dalam suluk. (Dan Allah Maha baik dan Maha Abadi).

Seharusnya kamu melakukan dzikir yang dapat bebas dari siksa Allah di dunia 
dan di akhirat, di samping dzikir itu dalam rangka meraih redha Allah Ta’ala di dunia dan di akhirat, pegang teguhlah, dan amalkanlah. 

Iaitu engkau berdzikir dengan :
● Segala puji bagi Allah, aku mohon ampun kepada Allah. 
Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.
● Alhamdulillah, 
karena adanya nikmat dan kebajikan dari Allah.
● Astaghfirullah, 
karena adanya faktor yang datang dari nafsu dan dari musuh, 
walaupun sebenarnya datang dari Allah baik karena ciptaan maupun kehendakNya.
● “Lahaula wala Quwwata illa Billah,” 
karena datangnya berbagai peristiwa perintang yang datang kepadamu dari Allah, 
dan apa yang muncul padamu sesungguhnya dari Allah swt.”

Ketahuilah, 
rahasia batin itu jarang terjadi dalam dzikir, atau dalam fikir, 
atau ketika diam dan hening kecuali pada salah satu empat hal tersebut.

Jika terjadi kebajikan atau keburukan, ucapkanlah : 
Alhamdulillah atau Astaghfirullah.
Namun apabila datang sesuatu dari Allah kepadamu atau dari dirimu, 
yang tidak jelas kebaikan atau keburukan di sana, 
sementara kamu tidak mampu menolak atau menarik, 
maka ucapkanlah : Laa Haulla walaa Quwwata Illa Billaah.
Lalu gabungkanlah ketiga dzikir tersebut pada setiap saat, 
dan amalkankan. 
Kamu akan menemukan barakah, Insya Allah Ta’ala.

Ketuklah pintu dzikir dengan hasrat dan sikap sangat memerlukan kepada Allah 
melalui sikap disiplin ketat yang manjauhkan diri dari bayangan dan imaginasi 
yang beragam jenis, disamping menjaga rahasia batin (sirr) 
agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas, 
apabila kamu ingin memiliki kekayaan ruhani.

Di sana ada tida dimensi: 

Ringankan lisanmu untuk dzikir, 
hatimu untuk tafakkur, dan
 tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. 
Dengan demikian kamu akan tergolong orang-orang yang soleh.

Manakala dzikir terasa berat di lisanmu, 
sedang nafsu kesenangan membentangkan tubuhmu,
sedangkan pintu kontemplasi tertutup dalam upaya kebajikanmu,
maka ketahuilah, 
semata itu karena besarnya dosa-dosamu, 
atau karena penuhnya kemunafikan dalam hatimu. 
Tak ada jalan lain bagimu kecuali taubat, 
memperbaiki diri dan bergantung kepada Allah swt, 
serta ikhlas dalam beragama.

Apakah kamu tidak mendengar firman-Nya :
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, 
berbuat kesolehan dan menggantungkan diri kepada Allah, 
serta berbuat ikhlas dalam menjalankan agama Allah. 
Maka mereka itu bersama orang-orang mu’min.”

Di sini Allah tidak berfirman “termasuk orang-orang mu’min”. 
Karena itu renungkan, apabila kamu faham.

Wallahu A’lam.
[ Rahmad Syahputra ]-Kerabat Sufi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar