Kamis, 03 Maret 2016

Syair Al-Qusyairy

Al-Qusyairy, seperti yang disebutkan oleh as Subky, 
adalah ahli bahasa dan sastra, 
seorang pengarang dan penyair. 
Pada masa kecilnya al-Qusyairy telah mempelajari bahasa Arab dan sastra, 
sehingga dikenal pula sebagai penyair yang hebat dan cemerlang. 
Ali al-Bakhrazy menyebutkan dalam Dimyatul Qashr, 
mengutip sebagian syairnya, dan menyebut-nyebut kebesarannya.

Sebenarnya, dunia tasawuf lebih dominan dibanding kepenyairannya. 
Anda tidak melihat dalam syair-syairnya kecuali 
mengenai syair tharikat dengan untaian bahasa yang lembut nan indah.
 Kami sebutkan di antara syairnya yang kami kutip 
dari Thabaqat asy Syafi'iyah adalah: 

Wahai Dzat Yang membuat syukurku menjadi pendek dari kekokohan-Nya, 

Setiap bibir kelu bila menjunjung keluhuran-Nya Sedang kemurahan-Nya, 

Tunggal tiada serupa Melampaui waktu, yang berlalu maupun yang akan tiba 

Tiada abad yang meninggalkan-Nya 

Tiada paksa yang menyentuh Nya 

Tiada singkap yang menampakkan Nya 

Tiada tirai yang menyembunyikan-Nya 

Tiada jumlah yang mengumpulkan-Nya 

Tiada kontra yang menghalangi Nya 

Tiada batas yang memotong Nya 

Tiada tetes yang melimpahi Nya 

Tiada jagad yang membatasi Nya 

Tiada mata yang memandang Nya 

Dan tiada dalam angan yang dilihat 

untuk menyamai Nya 

Keagungan Nya Azali 

Tiada sirna Nya 
Kerajaan Nya abadi 

Tak satu pun dibutuhkan Nya. 


Beliau juga bersyair: 

Jauhkan padaku hitam legam wahai sahabatku
Bacakan surat surat doa padaku
Benar telah kami jawab bagi perintang akal penuh kepatuhan
Dan kami tinggalkan ucapan Salma dan Maya
Dan kami membuka lebar bagi pematuh syariat
Kami anjurkan pematuh hawa nafsu agar melipat dirinya.


Syairnya lagi: 

Jangan tinggalkan bakti pada orang tua, ketahuilah 

Pada keluarga kecil 

ada yang terkecil 

Raihlah orang yang di sebelah kanannya 

bakal kau pegang tangan kanan 

Engkau lihat yang kiri di sebelahnya 

Engkau raih tangan kirinya. 


Syairnya yang lain: 

Bila musim memberimu dengan kesedihan 

Katakanlah, dengan penghinaan yang menakutinya 

Sejenak akan tampak maunya 

Dan selesai setiap urusannya 

Allah meminumkan pada waktu ketika aku menyepi dari wajahmu 

Sedang sirnanya cinta di taman sukaria tertawa 

Kami menghuni masa 

Sedang mata terasa sejuk 

Suatu hari jadilah ciumanmu 

pelupuknya. 


Pada bait lain: 

Bila engkau sesaat bersama kami tidaklah engkau bersama kami 

Engkau saksikan ketika pamit berpisah 

Engkau yakin di antara tetesan air mata penuh ungkapan kata kata 

Engkau pun tahu di antara kata kata pun penuh air mata. 


Syairnya pula: 

Bila keadaan keadaan jiwa menolongmu 

Intailah akan sirnanya 

Itu pun tak lebih dari missal pengalaman yang diberikan 

Bila ucapan ucapan busuk menuju padamu 
Maka, busungkan luasnya dada yang tercambuk 
Dan, bersabarlah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar