Rabu, 01 Juni 2016

Kaum Sufi, 
sama sekali tidak menciptakan amalnya. 
Mereka adalah kaum yang bahagia, 
senantiasa yakin kepada Allah, 
menyatu,
 mukhlis dan bersabar atas cobaan-cobaan Allah Ta’ala. 
Senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmatNya dan kemurahanNya. 

Mereka berdzikir dengan lisannya, 
kemudian dengan qalbunya, 
lalu dengan Sirrnya. 

Manakala datang berbagai hidangan dari makhluk, 
mereka hanya tersenyum wajahnya. 
Karena raja-raja dunia sudah termakzulkan di mata mereka. 
Semua orang di muka bumi adalah mayat-mayat, 
orang-orang lumpuh dan orang-orang sakit. 
Para fakir syurga senantiasa bersandar padanya, 
seakan-akan mereka adalah pelindung. 
Neraka bersandar kepada mereka, 
lalu neraka termatikan apinya. 
Tidak bumi, tidak langit, langit dan bumi bukan tempatnya. 
Arah penjurunya hanya satu arah. 
Mereka dengan penghuni dunia, 
lalu mereka dengan penghuni akhirat, 
lalu mereka bersama dengan Tuhannya dunia dan akhirat.

Mereka bertemu Allah dan mencintaiNya. 
Mereka berjalan bersama Allah 
dengan jiwanya hingga wushul kepadaNya, 
sampai mereka meraih kasih sayangnya 
sebelum mereka bergegas jalan kepadaNya. 
Terbukalah pintu antara diri mereka dengan Allah. 
Allah mengingat mereka sepanjang mereka mengingatNya. 
Hingga dzikir mereka menghapus kesalahan-kesalahan mereka. 
Mereka telah sirna dari yang lain, 
dan maujud bersama Allah Ta’ala. 

Dengarkan Allah Ta’ala berfirman:
“Ingatlah kepadaKu, Aku ingat kepadamu, 
dan bersyukurlah kepadaKu dan jangan ingkar padaKu.”

Lazimkan berdzikir kepadaNya dengan harapan hanya mengingatNya, 

karena Allah berfirman:
“Aku bermajlis dengan orang yang berdzikir kepadaKu.”
Hindarilah bermajlis dengan makhluk (walau pun anda di sana, red.), 
dan bersimpuhlah untuk dzikir kepadaNya, 
agar engkau bermajlis dengan Allah.

Wahai kaum Sufi, 
janganlah kalian sok gila, dan kalian menjadi gila. 
Ilmu ini tidak akan memberi manfaat kepadamu 
tanpa kamu mengamalkannya. 

Mereka sangat membutuhkan agar bisa mengamalkannya, 
dengan ketegasan yang hitam di atas yang putih, 
yaitu aturan Allah (lahir dan batin) yang anda mengamalkannya 
hari demi hari, 
tahun demi tahun 
sampai akhirnya berbuah.

-Fathur Rabbani (Syeh Abdul Qodir Jaelani qs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar