Jumat, 10 Juni 2016

KIBLAT.

"Wahai Guru, mengapa kita harus menghadap kiblat saat shalat?"

"Anakku yang terkasih, 

arah kiblat adalah tempat adanya Baitullah. 
Maka menghadap kiblat adalah memalingkan zhahir wajahmu 
dari seluruh arah agar fokus menghadapkan wajah ke Baitullah Ta'ala.

Wajah kita adalah representasi dari identitas diri kita, 
siapa diri kita, angan-angan dan cita-cita kita 
semua hendaknya diselaraskan ke arah Baitullah, 
sebuah titik simbolisasi kehadiran Allah di situ. 

Sebagaimana wajah itu tidaklah akan menghadap ke arah Baitullah 
kecuali dari berpalingnya dari selainnya, 
maka hati itu tidak menghadap Allah 'Azza wa Jalla 
kecuali dengan mengosongkan dari sesuatu yang selain-Nya,
 itu mengapa kita dilarang menoleh kiri kanan pada saat sholat 
agar belajar khusyu.

Tentu tidak mudah mengosongkan hati selain kehendak-Nya, 
karena gelora syahwat dan hawa nafsu 
akan senantiasa meniupkan jutaan keinginan. 
Ingin rumah yang itu, 
ingin pasangan yang itu, 
ingin mobil baru, 
ingin bisnis itu, 
ingin pekerjaan yang itu, 
ingin meraih posisi itu dan banyak lagi. 

Maka melalui sholat 
kita belajar 
untuk mengosongkan hati dari kehendak diri, 
dari cita-cita dan ambisi diri 
yang masih banyak bercampur hawa dan syahwat itu. 

Oleh karenanya coba menghadap Allah dalam sholat 
tidak membawa keinginan ini 
dan itu tapi diamkan saja hati kita sediam-diamnya 
 dan sebaliknya coba tanya kepada Di
a 'apa gerangan yang Engkau inginkan dariku ya Allah?'

Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda,
 "Apabila hamba berdiri kepada sholatnya 
maka keinginannya, wajahnya dan hatinya 
kepada Allah 'Azza wa Jalla 
maka ia pergi seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya."

Semoga Allah Yang Maha Membimbing hamba-Nya 
menuntun hatimu untuk berserah diri wahai anakku terkasih."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar