PASANG-SURUT IMAN & KEBAIKAN FATAMORGANA
”Iman itu kadang naik, kadang turun.
Maka perbaharuilah iman kalian dengan 'Laa ilaha illallah'.”
(H.R. Ibnu Hibban)
Islam dibangun dengan akidah dan syariah.
Akidah itu urusan iman.
Syariah itu urusan ibadah.
Akidah dibahas dalam ilmu tauhid.
Syariah dibahas dalam ilmu fiqih.
"Laa ilaaha illallaah" itu kalimah tauhid.
Jadi memperbarui iman itu dengan ilmu tauhid, bukan dengan ilmu fiqih. Lihat lagi teks hadis di atas.
Jadi memperbarui iman itu bukan dengan memperbanyak wirid "Laa ilaaha ilallah" beribu kali sampai air liurmu kering jadi tepung. 😂
Jadi, memperbarui iman itu tidak bisa dengan memperbanyak ibadah sebab iman itu kajiannya di dalam tauhid, bukan di dalam fiqh.
Apalagi ibadah syariat itu sudah ditentukan kadarnya dalam fiqih: tidak boleh kurang, tidak boleh lebih. Kamu salat Isya 7 rakaat bukan dikatakan bertambah iman, melainkan bertambah gilanya. haha.
Jadi, memperbarui iman itu hanya dengan menggali terus pahaman tauhid--sampai kamu tiba di maqam "selesainya perjalanan ilmu."
Ilmu itu ada batas perjalanannya.
Apa batas perjalanan ilmu itu? Perjumpaan dengan Allah meskipun kamu belum mati dan masih hidup di alam dunia. "Muutu qabla Anta muutu."
Sedangkan batas perjalanan amal ialah ajal. Itu pun masih dapat berlanjut dengan doa anak kita yang saleh dan ilmu yang bermanfaat.
Apa batas perjalanan ilmu itu?
"Jika pengetahuan seseorang baru pada Af'al Allah, sampailah ia pada Af'al Allah saja;
Jika pengetahuan seseorang baru pada Asma Allah, sampailah ia pada Asma Allah saja;
Jika pengetahuan seseorang baru pada Sifat Allah, sampailah ia pada Sifat Allah saja;
Jika pengetahuan seseorang baru pada Zat Allah, sampailah ia pada Zat Allah saja;
Jika pengetahuan seseorang sampai pada Allah, sampailah ia pada Allah." --K.H. Undang Sirad
"Aku sebagaimana persangkaan hamba-Ku" (hadis qudsy)
Kalau ilmu sudah sampai pada Allah, amal pun sampailah pada Allah. Tidak akan amal tersangkut pada pahala dan tertinggal di surga, melainkan sampai pada Allah. Apa lagi yang nak diragukan??
Jadi, pasang-surut iman itu biasa. Bisa ditingkatkan dengan menambah pemahaman ilmu akidah.
Jadi, pasang surut iman itu biasa, tandanya kamu masih beriman.
Ibarat laut, iman itu adakalanya pasang-surut di pantai hatimu.
Itu tandanya lautmu masih berair.
Coba lihat lautnya orang tidak beriman. Tidak ada pasang-surutnya.
Karena laut mereka memang tidak ada airnya. 😂
Kebaikan apa pun, sebanyak apa pun, yang dilakukan orang tidak beriman itu fatamorgana. Dipandang debu oleh Tuhan.
Bukan Tuhan yang tidak adil.
Suruh siapa diturunkan 4 Kitab Tuhan masih juga tidak mau membaca dan mengenal sebenar-benar Tuhan dan Nabi-Rasul-Nya. Logis tidak tuh?
Bukan Tuhan yang tidak adil.
Lha kamu tahunya hanya menyembah Tuhan,
tapi Pribadi Tuhan sendiri kamu tidak kenal.
'kan konyol namanya.
Bukan Tuhan yang tidak adil.
Lha kamu tahunya hanya berbuat baik,
tapi kemauan Tuhan kamu tak mahu tahu.
'kan bahlul namanya.
“Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya ketetapan Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitunganNya.” (Q.S. An-Nur: 39)
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.” (Q.S. al-Furqaan: 23)
Pasang-surut iman itu sunatullah.
Memperbarui iman itu nikmatullah.
Allaahua'lam.
”Iman itu kadang naik, kadang turun.
Maka perbaharuilah iman kalian dengan 'Laa ilaha illallah'.”
(H.R. Ibnu Hibban)
Islam dibangun dengan akidah dan syariah.
Akidah itu urusan iman.
Syariah itu urusan ibadah.
Akidah dibahas dalam ilmu tauhid.
Syariah dibahas dalam ilmu fiqih.
"Laa ilaaha illallaah" itu kalimah tauhid.
Jadi memperbarui iman itu dengan ilmu tauhid, bukan dengan ilmu fiqih. Lihat lagi teks hadis di atas.
Jadi memperbarui iman itu bukan dengan memperbanyak wirid "Laa ilaaha ilallah" beribu kali sampai air liurmu kering jadi tepung. 😂
Jadi, memperbarui iman itu tidak bisa dengan memperbanyak ibadah sebab iman itu kajiannya di dalam tauhid, bukan di dalam fiqh.
Apalagi ibadah syariat itu sudah ditentukan kadarnya dalam fiqih: tidak boleh kurang, tidak boleh lebih. Kamu salat Isya 7 rakaat bukan dikatakan bertambah iman, melainkan bertambah gilanya. haha.
Jadi, memperbarui iman itu hanya dengan menggali terus pahaman tauhid--sampai kamu tiba di maqam "selesainya perjalanan ilmu."
Ilmu itu ada batas perjalanannya.
Apa batas perjalanan ilmu itu? Perjumpaan dengan Allah meskipun kamu belum mati dan masih hidup di alam dunia. "Muutu qabla Anta muutu."
Sedangkan batas perjalanan amal ialah ajal. Itu pun masih dapat berlanjut dengan doa anak kita yang saleh dan ilmu yang bermanfaat.
Apa batas perjalanan ilmu itu?
"Jika pengetahuan seseorang baru pada Af'al Allah, sampailah ia pada Af'al Allah saja;
Jika pengetahuan seseorang baru pada Asma Allah, sampailah ia pada Asma Allah saja;
Jika pengetahuan seseorang baru pada Sifat Allah, sampailah ia pada Sifat Allah saja;
Jika pengetahuan seseorang baru pada Zat Allah, sampailah ia pada Zat Allah saja;
Jika pengetahuan seseorang sampai pada Allah, sampailah ia pada Allah." --K.H. Undang Sirad
"Aku sebagaimana persangkaan hamba-Ku" (hadis qudsy)
Kalau ilmu sudah sampai pada Allah, amal pun sampailah pada Allah. Tidak akan amal tersangkut pada pahala dan tertinggal di surga, melainkan sampai pada Allah. Apa lagi yang nak diragukan??
Jadi, pasang-surut iman itu biasa. Bisa ditingkatkan dengan menambah pemahaman ilmu akidah.
Jadi, pasang surut iman itu biasa, tandanya kamu masih beriman.
Ibarat laut, iman itu adakalanya pasang-surut di pantai hatimu.
Itu tandanya lautmu masih berair.
Coba lihat lautnya orang tidak beriman. Tidak ada pasang-surutnya.
Karena laut mereka memang tidak ada airnya. 😂
Kebaikan apa pun, sebanyak apa pun, yang dilakukan orang tidak beriman itu fatamorgana. Dipandang debu oleh Tuhan.
Bukan Tuhan yang tidak adil.
Suruh siapa diturunkan 4 Kitab Tuhan masih juga tidak mau membaca dan mengenal sebenar-benar Tuhan dan Nabi-Rasul-Nya. Logis tidak tuh?
Bukan Tuhan yang tidak adil.
Lha kamu tahunya hanya menyembah Tuhan,
tapi Pribadi Tuhan sendiri kamu tidak kenal.
'kan konyol namanya.
Bukan Tuhan yang tidak adil.
Lha kamu tahunya hanya berbuat baik,
tapi kemauan Tuhan kamu tak mahu tahu.
'kan bahlul namanya.
“Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya ketetapan Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitunganNya.” (Q.S. An-Nur: 39)
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.” (Q.S. al-Furqaan: 23)
Pasang-surut iman itu sunatullah.
Memperbarui iman itu nikmatullah.
Allaahua'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar