Kamis, 09 Juni 2016

PUASA

Melalui para nabi, 
Allah berpesan agar “jangan engkau mati kecuali dalam keadaan ‘berserah-diri’ (islam)”......

Berserah-diri (islam), 

selain mengandung makna pasif, 
sebagai totalitas (kaffah) penyerahan diri ikhlas kepada Tuhannya, 
juga memiliki makna aktif sebagai pengabdian kepada Tuhannya 
dengan menjadi rahmat bagi semesta alam.

Pasif tak berdaya upaya tanpa kekuatan dari-NYA, 

namun amat menyadari keberadaan dirinya di bumi adalah 
membawa amanah dan tanggung-jawab 
untuk mewujudkan segala Sifat Tuhannya, Ar Raahman, 
yang aktif sebagai perwujudan Tuhan di bumi 
 yang menjadi rahmatan lil ‘aalamiin. ...... 
itulah makna Islam sebagai agama ketika hidup di dunia.

Puasa berguna ‘membakar’ aku (ego)....... 

‘aku’ atau ego, atau juga hawa-nafs, 
inilah yang mengaku-aku sebagai AKU (Tuhan) Pemilik segala sesuatu. 
Jasad karunia Tuhan diaku sebagai jasad-‘ku’, 
harta rizki karunia Tuhan diaku sebagai harta-‘ku’, 
anak dan istri karunia Tuhan diaku sebagai anak dan istri-‘ku’.... 
semua yang melekat bersamanya diaku sebagai miliknya, 
maka ketika kehilangan salah satunya hatinya menjadi sedih 
dan bahkan berputus asa seakan telah kiamat.

Padahal apa yang melekat pada dirinya tidak lain adalah 

anugerah karunia Tuhannya yang membawa amanah 
yang harus dipertanggung-jawabkan kelak di kemudian hari. 

Oleh karena ‘aku’ atau ego 
lebih bersifat personal, sendiri-sendiri atau masing-masing, 
maka dengan sering berpuasa 
akan melemahkan dominasinya terhadap jiwa, 
dan akan lebih mengedepankan rasa kebersamaan yang toleran 
terhadap sesama kemanusiaan dan makhluk Tuhan. 
Tidak lagi mengedepankan kepentingan ‘aku’ atau ego-nya sendiri 
yang selalu menjadi ambisi tujuannya,
 menjadi lebih mengutamakan Yang Akbar, 
Tuhan yang merupakan Tujuan dari segala tujuan.

Selama ‘aku’ atau ego-nya masih lebih dominan, 

maka belumlah dapat disebut ‘muslim’.

 Inilah penyebab 
segala kemunkaran, penindasan dan tragedi kehidupan kemanusiaan !!

Sehingga, 

makna terdalam ‘berserah-diri’ (islam) adalah 
mengorbankan kepentingan diri (aku,ego, hawa-nafs dan iblis)-nya 
demi kepentingan yang jauh lebih besar (Akbar) 
yang berujung kepada Tuhannya sebagai Sumber segala tujuan....... 
Begitulah yang dicontohkan Ibrahim dan seluruh para nabi, yaitu 
mengorbankan ‘aku’-nya. 
Sebab, 
bukti keikhlasan segala cinta dan pengabdian (ibadah) adalah 
melalui pengorbanan !!

..................... selamat membakar ‘aku’ (ego/hawa-nafs/iblis)-nya 

sebagai ‘korban bakaran’ pada Ramadhan kali ini !!
_/\_ Salam Ya Salam ‪#‎Insan_sifatullah‬

Tidak ada komentar:

Posting Komentar