Melalui para nabi,
Allah berpesan agar “jangan engkau mati kecuali dalam keadaan ‘berserah-diri’ (islam)”......
Berserah-diri (islam),
selain mengandung makna pasif,
sebagai totalitas (kaffah) penyerahan diri ikhlas kepada Tuhannya,
juga memiliki makna aktif sebagai pengabdian kepada Tuhannya
dengan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Pasif tak berdaya upaya tanpa kekuatan dari-NYA,
namun amat menyadari keberadaan dirinya di bumi adalah
membawa amanah dan tanggung-jawab
untuk mewujudkan segala Sifat Tuhannya, Ar Raahman,
yang aktif sebagai perwujudan Tuhan di bumi
yang menjadi rahmatan lil ‘aalamiin. ......
itulah makna Islam sebagai agama ketika hidup di dunia.
Puasa berguna ‘membakar’ aku (ego).......
‘aku’ atau ego, atau juga hawa-nafs,
inilah yang mengaku-aku sebagai AKU (Tuhan) Pemilik segala sesuatu.
Jasad karunia Tuhan diaku sebagai jasad-‘ku’,
harta rizki karunia Tuhan diaku sebagai harta-‘ku’,
anak dan istri karunia Tuhan diaku sebagai anak dan istri-‘ku’....
semua yang melekat bersamanya diaku sebagai miliknya,
maka ketika kehilangan salah satunya hatinya menjadi sedih
dan bahkan berputus asa seakan telah kiamat.
Padahal apa yang melekat pada dirinya tidak lain adalah
anugerah karunia Tuhannya yang membawa amanah
yang harus dipertanggung-jawabkan kelak di kemudian hari.
Oleh karena ‘aku’ atau ego
lebih bersifat personal, sendiri-sendiri atau masing-masing,
maka dengan sering berpuasa
akan melemahkan dominasinya terhadap jiwa,
dan akan lebih mengedepankan rasa kebersamaan yang toleran
terhadap sesama kemanusiaan dan makhluk Tuhan.
Tidak lagi mengedepankan kepentingan ‘aku’ atau ego-nya sendiri
yang selalu menjadi ambisi tujuannya,
menjadi lebih mengutamakan Yang Akbar,
Tuhan yang merupakan Tujuan dari segala tujuan.
Selama ‘aku’ atau ego-nya masih lebih dominan,
maka belumlah dapat disebut ‘muslim’.
Inilah penyebab
segala kemunkaran, penindasan dan tragedi kehidupan kemanusiaan !!
Sehingga,
makna terdalam ‘berserah-diri’ (islam) adalah
mengorbankan kepentingan diri (aku,ego, hawa-nafs dan iblis)-nya
demi kepentingan yang jauh lebih besar (Akbar)
yang berujung kepada Tuhannya sebagai Sumber segala tujuan.......
Begitulah yang dicontohkan Ibrahim dan seluruh para nabi, yaitu
mengorbankan ‘aku’-nya.
Sebab,
bukti keikhlasan segala cinta dan pengabdian (ibadah) adalah
melalui pengorbanan !!
..................... selamat membakar ‘aku’ (ego/hawa-nafs/iblis)-nya
sebagai ‘korban bakaran’ pada Ramadhan kali ini !!
Allah berpesan agar “jangan engkau mati kecuali dalam keadaan ‘berserah-diri’ (islam)”......
Berserah-diri (islam),
selain mengandung makna pasif,
sebagai totalitas (kaffah) penyerahan diri ikhlas kepada Tuhannya,
juga memiliki makna aktif sebagai pengabdian kepada Tuhannya
dengan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Pasif tak berdaya upaya tanpa kekuatan dari-NYA,
namun amat menyadari keberadaan dirinya di bumi adalah
membawa amanah dan tanggung-jawab
untuk mewujudkan segala Sifat Tuhannya, Ar Raahman,
yang aktif sebagai perwujudan Tuhan di bumi
yang menjadi rahmatan lil ‘aalamiin. ......
itulah makna Islam sebagai agama ketika hidup di dunia.
Puasa berguna ‘membakar’ aku (ego).......
‘aku’ atau ego, atau juga hawa-nafs,
inilah yang mengaku-aku sebagai AKU (Tuhan) Pemilik segala sesuatu.
Jasad karunia Tuhan diaku sebagai jasad-‘ku’,
harta rizki karunia Tuhan diaku sebagai harta-‘ku’,
anak dan istri karunia Tuhan diaku sebagai anak dan istri-‘ku’....
semua yang melekat bersamanya diaku sebagai miliknya,
maka ketika kehilangan salah satunya hatinya menjadi sedih
dan bahkan berputus asa seakan telah kiamat.
Padahal apa yang melekat pada dirinya tidak lain adalah
anugerah karunia Tuhannya yang membawa amanah
yang harus dipertanggung-jawabkan kelak di kemudian hari.
Oleh karena ‘aku’ atau ego
lebih bersifat personal, sendiri-sendiri atau masing-masing,
maka dengan sering berpuasa
akan melemahkan dominasinya terhadap jiwa,
dan akan lebih mengedepankan rasa kebersamaan yang toleran
terhadap sesama kemanusiaan dan makhluk Tuhan.
Tidak lagi mengedepankan kepentingan ‘aku’ atau ego-nya sendiri
yang selalu menjadi ambisi tujuannya,
menjadi lebih mengutamakan Yang Akbar,
Tuhan yang merupakan Tujuan dari segala tujuan.
Selama ‘aku’ atau ego-nya masih lebih dominan,
maka belumlah dapat disebut ‘muslim’.
Inilah penyebab
segala kemunkaran, penindasan dan tragedi kehidupan kemanusiaan !!
Sehingga,
makna terdalam ‘berserah-diri’ (islam) adalah
mengorbankan kepentingan diri (aku,ego, hawa-nafs dan iblis)-nya
demi kepentingan yang jauh lebih besar (Akbar)
yang berujung kepada Tuhannya sebagai Sumber segala tujuan.......
Begitulah yang dicontohkan Ibrahim dan seluruh para nabi, yaitu
mengorbankan ‘aku’-nya.
Sebab,
bukti keikhlasan segala cinta dan pengabdian (ibadah) adalah
melalui pengorbanan !!
..................... selamat membakar ‘aku’ (ego/hawa-nafs/iblis)-nya
sebagai ‘korban bakaran’ pada Ramadhan kali ini !!
_/\_ Salam Ya Salam #Insan_sifatullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar