- Jalaluddin Rumi mengungkapkan hal serupa
- ketika mengatakan ,
- "Di sini,
- akal tetap diam atau malah tersesat
- Sebab,
- hati bersama- Nya (Allah) atau
- Dia sendiri adalah hati !"
- Sekalipun diabstaraksikan , hati hakiki
- memiliki hubungan yang sama dengan hati kasat-mata
- persis seperti seekor burung liar dengan sarangnya,
- dan burung liar hanya bisa ditangkap di sarangnya.
- Pada mulanya,
- sifat dan manusia cinta kepada al-hal yang menyenangkan.
- Karena alasan inilah , merenung dalam hati
- (yakni, sepotong daging berbentuk runcing)
- dan konsepsi nama diri Allah,
- yang terbentuk atas berbagai kata yang berbeda,
- diperlukan pada awalnya.
- Hanya sesudah itu, merasakan Kehadiran Allah
- beranjak dari hati kasat mata menuju hati hakiki,
- dari nama menuju Realitas
- yang dilambangkan oleh yang dinamai,
- sebagaimana dikatakan Jalaluddin Rumi,
- "Tahukah engkau nama tanpa sesuatu yang menjawabnya ?
- Pernahkah engkau memetik mawar dari M.A.W.A.R ?
- Nama mu adalah nama-Nya,
- carilah realitas yang dinamai oleh nama itu !
- Carilah rembulan di langit , jangan di air !
- Jika engkau ingin mendaki
- lebih dari sekedar nama-nama dan huruf-huruf semata.
- Bebaskan dirimu dari nafsu sekaligus.
- Suci dan murni dari segenap sifat nafsu.
- Agar engkau bisa melihat wujud - cemerlangnya sendiri.
- Ya, lihat dalam hatimu sendiri pengetahuan Nabi,
- Tanpa buku, tanpa guru, tanpa pembimbing."
- Jelaslah bahwa Zat Allah ,
- sesungguhnya , adalah makna dari hati "hakiki", sehingga
- hati "hakiki" ini sejatinya seperti makna dari hati kasat-mata.,
- dan hati hakiki -- dalam dirinya sendiri --mengandung
- kekuatan dan potensialiatas dalam segenap lathifah
- dan bagi suluk (perjalanan spiritual-nya) .
- Kendatipun sang hamba
- tidak memiliki pengetahuan terinci,
- titik tolaknya adalah hati itu sendiri,
- dan tujuannya tercapai di sana juga.
- Inilah makna ucapan terkenal Junaid al-Baghdadi .
- Ketika menjawab seseorang bertanya ,
- ia mengatakan
- "Akhir ialah kembali kepada permulaan."
- Yang demikian berarti bahwa
- perjalanan spiritual atau suluk dimulai dengan hati kasat - mata,
- dengan melakukan dzikr nama Zat ,
- dan suluk berakhir juga dengan esensi hati, yakni hati hakiki.
- Inilah kontemplasi atas nama Zat,yakni
- Hakikat yang dinamai dengannya, Allah.
Senin, 20 Juni 2016
TAREKAT NAQSYABANDIYYAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar