Di hadapan orang Turki yang mabuk,
penyanyi pengembara
mulai menyanyikan Perjanjian
di alam keabadian antara Tuhan dengan Jiwa.
”Aku tak tahu apakah Engkau bulan atau berhala,
”Aku tak tahu apakah Engkau bulan atau berhala,
aku tak tahu apa yang Engkau kehendaki dariku,
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan untuk-MU,
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan untuk-MU,
apakah aku akan terus diam atau menyatakan-Mu dalam kata-kata.
Sungguh mengagumkan bahwa Engkau Dekat denganku;
Sungguh mengagumkan bahwa Engkau Dekat denganku;
namun di mana aku dan di mana Engkau, aku tak tahu.”
Dengan cara inilah dia membuka bibirnya,
Dengan cara inilah dia membuka bibirnya,
hanya untuk menyanyikan ”Aku tak tahu, aku tak tahu.”
Akhirnya orang Turki itu meloncat marah
Akhirnya orang Turki itu meloncat marah
dan mengancamnya dengan sebatang tongkat besi.
”Bodoh benar kau!” ia berteriak,
”Bodoh benar kau!” ia berteriak,
"Katakan kepadaku sesuatu yang kau ketahui,
dan jika kau tak tahu, jangan asal bicara.”
”Apa tujuan ocehanku ini?” sahut penyanyi pengembara,
”Apa tujuan ocehanku ini?” sahut penyanyi pengembara,
”maksudku gaib;
Sampai engkau menyangkal semua yang lain,
Sampai engkau menyangkal semua yang lain,
penegasan Tuhan lari
darimu:
aku menyangkal
supaya engkau dapat menemukan jalan penegasan.
Kumainkan nada sangkalan:
Kumainkan nada sangkalan:
jika engkau mati,
kematian yang akan memperlihatkan rahasia –
Bukan kematian yang membawamu ke kegelapan liang kubur,
Bukan kematian yang membawamu ke kegelapan liang kubur,
tetapi dengan kematian
engkau berubah dan masuk ke dalam Cahaya!
O Amir,
O Amir,
gunakanlah tongkat itu untuk memukul dirimu:
hancurkanlah egoisme sampai lumat!”
Maulana Jalaluddin Rumi, Matsnawi VI, 703
Maulana Jalaluddin Rumi, Matsnawi VI, 703
Tidak ada komentar:
Posting Komentar