Minggu, 24 April 2016

Al-‘Arifin

Al-‘Arifin

Makrifatullah, adalah capaian yang sentiasa diimpikan oleh hamba. 
Keberhasilan dalam menapaki derjat tersebut 
menjadi simbol akan ketajaman tauhidnya. 
Sebagai makhluk terpilih, 
untuk berjumpa dan menjalani hubungan paling dekat dengan Sang Khaliq 
terbuka sangat lebar. 
Bahkan 
Dia telah menunjukkan jalannya melalui Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw.

Setiap hembusan nafas seorang hamba adalah nikmat Allah jua, 
dan nikmat itu selalu “segar” mengiringi desahnya. 
Untuk itu, seorang hamba wajib mensyukurinya.

Syukur yang paling rendah tingkatannya adalah
 menyadari bahawa 
nikmat itu berasal dari Allah, rela menerimanya serta tidak mengingkarinya.

Adapun bentuk sempurnanya syukur adalah 
pengakuan dengan bahasa rahasia bahawa 
seluruh makhluk-Nya tidak akan mampu mengucapkan rasa syukur 
atas nikmat itu meskipun yang terkecil yang diberikan kepadanya, 
meskipun melalui upaya yang besar.

Mengingati tumbuhnya taufik untuk mensyukuri nikmat itu sendiri 
merupakan nikmat yang wajib di syukuri, 
maka setiap syukur wajib di syukuri, 
begitu seterusnya, hingga tidak ada batas akhirnya.

Apabila Allah mengasihi seseorang, 
Dia akan memberikan kepadanya kemampuan mensyukuri nikmat-Nya, 
merasa rela walau berapapun kecilnya, 
sebab dia yakin bahawa, 
sekecil apapun nikmat pemberian-Nya, 
pada hakikatnya tidak dapat diimbangi rasa syukur hamba.

(QS Al-Isra’:20) ertinya:

“Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar