Kamis, 21 April 2016

AJARAN SHALAT KHUSYUK DARI PARA ULAMA

AJARAN SHALAT KHUSYUK DARI PARA ULAMA
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyebutkan 
6 perkara untuk menghadir khusyuk ketika mendirikaan shalat, yakni:

1. Hudhur al-Qalbi, 
yaitu menghadirkan hati kita ketika menunaikan shalat. 
Merasakan kehadiran Allah dalam diri. 
Merasakan kedekatan dan kebersamaan dengan Allah. 
Kalbunya hidup dan terus ditujukan kepada Allah.

2. At-Tafahhum, 
yaitu berusaha memahami segala perkara dalam shalat dan bacaan shalat 
yang sedang didirikan. 
Mengahayati makna dan gerakan shalat dengan penghayatan lahir dan batin.

3. At-Ta’dzim, 
yaitu merasakan kebesaran Allah dengan merasa bahwa 
diri kita kecil, hina, lemah, dan tak berdaya di hadapan Allah.

4. Haibah, 
yaitu merasa takut terhadap kekuasaan dan kebesaran Allah 
ketika berada di hadapan-Nya. 
Merasa takut terhadap kemurkaan dan adzab-Nya. 
Merasa takut melanggar perintah-Nya.

5. Ar-Raja’, 
yaitu sentiasa menaruh harapan besar kepada Allah mudah-mudahan 
shalat yang dikerjakan akan diterima oleh Allah. 
Berharap agar doa dan munajatnya dikabulkan.


6. Al-Haya’, 
yaitu merasa malu terhadap Allah atas segala kekurangan dan kecacatan 
yang terdapat di dalam shalat.
 Merasa malu terhadap salah dan dosa, merasa malu 
terhadap kekurangan, kelemahan, dan kekerdilan diri yang selalu terjadi berulang-ulang.

Menurut Imam Al-Qurthubi; 
“Khusyuk adalah suatu keadaan di dalam jiwa 
di mana ia mewujudkan keadaan tetap (tenang) dan merendah diri.” 

Sedangkan menurut Imam Zamakhsyari dalam kitab Al-Kasysyaf mengatakan; 
“Khusyuk dalam shalat ialah 
hati dalam keadaan takut dan mata selalu tunduk (ke tempat sujud)”.

Imam al-Jurjani mengatakan: 
“Orang yang khusyuk adalah orang yang merendahkan diri kepada Allah 
dengan hati dan segala anggotanya”. 

Sedangkan Imam al-Kalbi mengatakan,
 “Khusyuk itu adalah suatu keadaan di dalam hati di mana dia mempunyai sifat takut, muraqabah (selalu memperhatikan dan diperhatikan Allah) 
dan merendah diri kepada kebesaran Allah, 
kemudian dia mempengaruhi segala anggota tubuhnya 
yang membawa berkeadaan tetap tenang, serius melakukan shalat, 
tidak berpaling-paling kepada hal-hal lain di luar shalat, menangis dan berdoa.”

Selain itu, 
khusyu dalam shalat merupakan cermin seorang hamba di luar shalat. 
Khusyuk dalam shalat merupakan ketundukan hati dalam dzikir 
dan konsentrasi hati untuk taat yang hasilnya diperoleh di luar shalat. 
Karena itu, 
Allah memberi jaminan kebahagiaan bagi seorang Mukmin yang khusyuk dalam shalatnya. (QS Al Mu’minun : 1-3).

Meninggalkan khusyukan shalat merupakan bencana bagi seorang Mukmin, 
karena meninggalkan khusyuk dalam shalat
 akan memberi pengaruh buruk bagi pelaksanaan agamanya.

 Khusyuk adalah puncak mujahadah seorang Mukmin. 

Khusyuk hanya dimiliki seorang Mukmin 
yang selalu bersungguh-sungguh dalam muraqabah.
(QS Al Baqarah [2] 45-46 dan QS Al Baqarah [2]: 238).

Semoga Allah selalu membimbing kita 
agar dapat mendirikan shalat dengan kekhusyukan. Aamiin.
Semoga bermanfaat!
Salam,
Halim Ambiya
Pendiri & Admin Tasawuf Underground

Tidak ada komentar:

Posting Komentar