Rabu, 20 April 2016

Siapakah Dia?

Siapakah Dia?

Siapakah Dia?
Yang memenuhi dada dengan kesedihan;
lalu ketika engkau mengeluh-mengaduh pada-Nya,
diubahnya kepahitanmu menjadi manis.

Awalnya Dia tampil layaknya pengawas nan teliti;
sampai akhirnya kau kan dapati Dia bagaikan
sebuah Gudang Mutiara. [1]

Kekasih yang Maha Lembut:
Engkau lah yang dalam sekejap
mengubah keburukan menjadi kebaikan. [2]

Walau awalnya jiwa si hamba serendah setan,
digubah-Nya jadi secantik bidadari. [3]

Sebuah pemakaman dibuat-Nya
menjadi seindah pesta perkawinan. [4]

Dan Dia lah yang membuat orang
yang mengetahui dan menguasai dunia
terbutakan dari saat dia segumpal janin
dalam rahim ibunya. [5]

Dia yang mengubah kegelapan menjadi cahaya,
yang mengubah duri menjadi kelopak mawar;
Dia mencabut duri dari telapak tanganmu
dan menyediakan untukmu 
sebuah pembaringan yang tersusun dari mawar.

Bagi Ibrahim, khalil-Nya, api dinyalakan-Nya,
dan diubah-Nya tanur Namrud menjadi
sesejuk bunga-bunga merekah. [6]

Dia limpahkan cahaya pada bintang-bintang,
dan ditolongnya mereka yang tak berdaya.
Dia mengganjar hamba-Nya,
bahkan memuji mereka.

Dia lah 
yang membuat dosa para pendosa berserakan 
bagai dedaunan dilanda angin bulan Desember;
ke telinga mereka yang menghujat-Nya
dilantunkan-Nya ayat bahwa 
Dia pengampun bagi mereka yang bertaubat.

Dia berkata, 
"Wahai kaum yang beriman
maafkan lah orang yang tergelincir'; [7]
ketika sang hamba menegakkan shalat,
Dia lah yang diam-diam mengaminkan. 

Adalah "Aamiin" dari-Nya yang membuat
sang hamba merasakan kebahagiaan dalam shalatnya;
bagaikan buah tin, 
sisi lahiriah maupun batiniah
sang hamba menjadi manis dan menyenangkan. [8]

Rasa bahagia yang teramat mendalam ini
yang menguatkan tangan dan kaki sang hamba,
ketika dia dilintaskan 
melewati kesenangan dan kemalangan;
karena rasa bahagia itu memberi kekuatan
setara kedigdayaan seorang Rustam
kepada tubuh seorang hamba yang rapuh.

Dalam rasa bahagia Ilahiah,
sang hamba bagaikan seorang Rustam; [9]
tanpa kehadirannya, 
bahkan seorang Rustam
terpuruk dalam liputan kepedihan;
dengan rasa bahagia ini lah 
jiwa diangkat dan dikuatkan oleh Sang Wazir. [10]

Kukirimkan warta ini dengan sepenuh hatiku:
ia telah paham cara menempuh jalan dengan cepat--
membawa penjelasan 
tentang Syams ad-Diin ke Tabriz-nya keimanan. [11]


Catatan:
[1] Terkait dengan pengertian tentang "Khazanah Tersembunyi,"
 yang telah dibahas pada puisi-puisi yang lain.

[2] "kecuali mereka yang bertaubat, beriman dan beramal amal yang shalih, 
maka sayyiah mereka diganti Allah dengan hasanah..." (QS Al Furqaan [25]: 70)

[3] Ketika tenggelam dalam kejahilan jiwa seseorang dapat merosot serendah setan; dan sebaliknya ketika sungguh bertaubat dia dapat kembali meraih keindahan jiwanya.

[4] Suasana ketika seorang suci dimakamkan. 
Ada beberapa terjemahan di blog ini dimana Mawlana Rumi mengisyaratkan soal tersebut.

[5] Hakikat insan adalah jiwanya. 
Salah satu momen yang menakjubkan adalah 
saat jiwa itu yang didatangkan-Nya 
ketika janin (atau calon jasadnya) berusia 120 hari dalam rahim ibunya.
 Didalam jiwa terkandung Ruh.

[6] "... Wahai api, jadi lah sejuk dan jadi lah keselamatan bagi Ibrahim." (QS [21]: 69)

[7] "... orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan..." (QS [3]: 134)

[8] Salah satu pesan Rasulullah saw, 
dalam kutbah haji perpisahan bagi kaum beriman adalah agar 
orang lain terjaga dari tangan dan lisan mereka.

[9] Rustam: seorang pahlawan legendaris Persia kuno.

[10] Wazir atau penasehat bagi jiwa, Ruh al-Quds.

[11] Melukiskan ketakziman seorang Mawlana Rumi
 kepada Syamsuddin (Matahari Agama) at-Tabriz. 
Interaksi sepasang Waliyullah ini bagaikan Matahari dan Rembulan,
 atau Langit dan Bumi, 
dari sini dilahirkan bermacam pembelajaran berharga 
bagi para penempuh jalan taubat.


Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal 528
Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arberyy 
dalam "Mystical Poems of Rumi 1" The University of Chicago Press, 1968.
http://ngrumi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar