Jangan menggunjing orang lain
Hadis dari Rasulullah SAW berbunyi, “Barangsiapa yang mengunjing saudara atau saudarinya, siapapun yang saling menggunjing… bau dari gunjingan itu sangat berbahaya.”
Oleh sebab itu Rasulullah SAW melarang keras menggunjing.
Suatu waktu, Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS memberi gambaran tentang gunjingan. Beliau berkata bahwa ketika seseorang meninggal dan ia dimasukkan ke liang kuburnya, apapun gunjingan yang telah diperbuat selama hidupnya, berapa banyak ia menggunjing, Allah SWT membawa gunjingan itu kembali padanya dalam wujud bau busuk. Bila selama hidupnya ia telah menggunjing sebanyak 100 kali, ia akan membawa 100 bau; bila 200 kali menggunjing berarti 200 bau dan bila sejuta gunjingan maka ia akan membawa sejuta bau ke dalam kuburnya.
Allah SWT membawa bau itu kembali ke kuburnya dan Grandsyekh berkata bahwa jika Allah SWT melepaskan satu bau dari bau-bau ini keluar dari kuburan itu, tak satu pun makhluk yang dapat bertahan di bumi ini, manusia dan semua makhluk akan mati bagai terkena reaksi bom atom.
Dan Allah SWT menciptakan binatang buas dari bau itu yang akan menyerang mayat yang terbaring di sana. Bagaimana kalian membayangkan keadaan orang itu jika satu bau saja yang bila dilepaskan ke dunia, semua makhluk akan tewas. Bagaimana dengan jutaan bau yang dikirimkan Allah SWT kepada mayat di kuburnya. Bagaimana efek yang terjadi kepada orang yang jiwanya dikembalikan ke tubuhnya selama ia berada dikuburnya. Ia akan berada dalam hukuman dan siksaan dalam kubur dari bau itu dan dari binatang yang diciptakan Allah SWT dari bau itu.
Dan Grandsyekh bercerita bahwa suatu ketika beliau pergi menuju makam Sayyidina Muhyiddin Ibnu Arabi QS di Jabal Qasyun mengendarai kereta kuda (pada waktu itu, jauh di masa lampau). Beliau dan seorang Syekh lainnya yang biasa dipanggil ‘Abdul Wahab Salahi duduk di kereta kuda pergi ke makam Sayyidina Muhyiddin Ibnu Arabi QS. Tiba-tiba muncul seseorang yang menghentikan kuda yang menarik kereta mereka dan orang itu berkata, “Assalamu’alaykum!” Mereka membalas, “Wa alaykum salam!” lalu ia berkata lagi kepada keduanya, ia mengarahkan pembicaraannya atau ucapannya kepada ‘Abdul Wahhab Salahi dan melihat kepada Grandsyekh, Syekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS, “Apakah ia Syekhmu? Atau engkau Syekhnya?” ‘Abdul Wahhab Salahi menjawab, “Ia bukan Syekhku dan Aku bukan Syekhnya.” Tiba-tiba orang itu menghilang. ‘Abdul Wahhab Salahi menoleh ke sana ke mari, “Ke mana ia pergi?” “Ia muncul dengan tiba-tiba dan tiba-tiba menghilang. Ia tidak berada di sini lagi.” Awliya menampakkan dirinya kepada orang-orang yang tulus. Grandsyekh dan ‘Abdul Wahhab Salahi, keduanya adalah orang-orang yang tulus sehingga awliya menampakkan dirinya kepada mereka. Tetapi sekarang orang-orang berkata, “Mana awliya… mana?” Khususnya mentalitas baru ini di mana mereka tidak percaya kepada karomah. “Di mana awliya…?”
Kalian jatuh ke dalam lubang yang penuh dengan kotoran dan kalian berkata “Mana awliya?” Bagaimana mungkin kalian akan melihatnya? Kalian harus menjadi orang yang tulus untuk bisa bertemu dengannya.
Ketika kalian mempunyai keyakinan bahwa seorang wali memiliki karomah, mereka akan memperlihatkannya kepada kalian. Ketika kalian yakin dengan apa yang kalian kerjakan, mereka akan memperlihatkannya (karomah) kepada kalian. Bila kalian tidak mempunyai keyakinan seperti ini, untuk apa mereka menunjukkannya kepada kalian. Sebab kalian tidak menghargai berlian, awliya hanya akan memberi kalian permen dan kalian sudah puas dengan itu. Mereka tidak memberi kalian gula, melainkan pemanis buatan yang berkalori rendah, tidak berenergi, tidak berarti apa-apa. Barang siapa yang sakit, ambilah pemanis buatan itu, kalian tahu, ini tidak akan membuat gemuk. Tetapi bagi mereka yang kuat, awliya akan memberikan gula yang berenergi, artinya mereka memberi dukungan penuh kepadanya.
‘Abdul Wahhab Salahi adalah seorang yang tulus, mukhlis sehingga wali muncul ke hadapannya; tetapi ia belum mencapai tingkat yang sempurna, sehingga ketika ia mengatakan, “Ia bukan Syekhku dan dirinya pun bukan Syekhnya,”--wali itu langsung menghilang, tidak menyukainya. Ia berkata, “Wahai Syekh ‘Abdullah QS! Orang itu menghilang… siapa dia?”
Syekh ‘Abdullah QS menjawab, “Tidak! Orang itu tidak menghilang, ia masih berdiri di sana… buktinya lihat! Ia menarik kuda itu dan sekarang menggerakkan kereta. ‘Abdul Wahhab Salahi melihat kuda itu bergerak, tali kekangnya tertarik tetapi ia tidak melihat orang yang menariknya…dan kereta pun berjalan.
‘Abdul Wahhab Salahi berkata, “Mengapa ia lenyap?” Syekh ‘Abdullah QS menjawab, “Ia tidak menyukai ucapanmu.”
Syekh ‘Abdullah QS berkata bahwa para wali sangat suci, bila mereka mencium bau sedikit saja, mereka akan menghindar. “Ketika kau mengatakan bahwa engkau bukan Syekhku dan Aku bukan Syekhmu—ia mencium adanya aroma kesombongan dari ucapanmu, dari situlah ia menghilang.
Dan ini bukan gunjingan. Ini hanyalah ucapan biasa yang dapat diucapkan oleh siapa saja, namun tetap saja ucapan itu mengundang bau busuk di hadapan awliya. Apa salahnya jika engkau berkata, ‘Ya ia adalah Syekhku,’ apa ruginya? Engkau tidak kehilangan apa-apa,dg berkata demikian kau telah melangkahi egomu… tetapi karena kesombongan diri, kau berkata, “Tidak, ia bukan Syekhku.” (Sebab ‘Abdul Wahhab Salahi berkata, “Syekhku dan Syekhnya adalah satu, yaitu Syekh Syarafuddin QS.” Apa salahnya untuk bilang bahwa ia adalah Syekhku, apa ada masalah?
Katakan saja ia syaikh ku , ia syaikh ku .. ku cium tangan nya , tidak masalah..
Allah SWT adalah as-Sattar, Maha Menyembunyikan. Allah SWT Maha Mengetahui segala perbuatan kalian, baik maupun buruk. Dan Dia tidak melepaskan atau membukanya kepada orang lain. Dia melindungi dan tidak membiarkan kalian terekspos bagi orang lain. Tetapi manusia adalah seburuk-buruk pembuka aib orang lain. Grandsyekh melukiskan mereka bagaikan seekor lalat hitam yang selalu pergi ke tempat-tempat yang kotor. Di mana ada sampah, di mana ada kotoran, di mana ada WC, toilet, dan apa pun yang kotor kalian akan menjumpai lalat-lalat ini beterbangan. Seperti halnya surat kabar dan majalah-majalah ini. Mereka mengejar setiap orang, menggoyang hidupnya, apa yang mereka lalukan terhadap istrinya,… ia menipunya… ia tidak menipunya… ia nikah 10 kali, 100 kali, 5 kali… apa saja usaha mereka(media)… apa yang mereka lakukan… mereka sangat senang mengambil apa saja, bahkan sampai hal-hal yang terkecil untuk menciptakan fitna dan kebingungan di negri ini.
Jadi kalian harus mengetahui bahwa gunjingan semacam ini adalah dilarang. Dan jika kita sanggup, kita akan terus menggunjing semua orang bahkan sampai Nabi Adam AS. Ini adalah tabiat alami manusia dan jalan satu-satunya untuk menyelamatkan diri kalian dari gunjingan ini adalah melalui disiplin tarekat, di mana kita diharuskan untuk membaca “Ya Shamad” 500 kali setiap hari (setelah salat syukur—red).
Mereka berkata, “Mengapa kalian membutuhkan pemandu/seorang Syekh?” Seorang Syekh adalah pembimbing kalian, ia akan mengatakan kepada kalian apa yang harus kalian lakukan dan bagaimana cara menghindari gunjingan seperti ini, kalau tidak kalian akan lihat bahwa setiap orang saling menggunjing satu sama lain. Sekarang, orang-orang dengan keyakinan tertentu bertanya, “Mengapa kalian memerlukan seorang Syekh? Mengapa kalian membutuhkan pembimbing?” Bagaimana kalian akan mempelajari hal-hal seperti ini tanpa seorang pembimbing, seorang Syekh? Kalian akan tetap menggunjing orang lain.
Semoga Allah SWT memaafkan kita, semoga Allah SWT memberi dukungan kepada kita, semoga Allah SWT membimbing kita ke jalan yang benar, jalur yang benar dari sunnah Nabi SAW. Rabbanaa taqabbal minna bi hurmatil habib bi hurmatil faatiha. Taqabballaah.
Siapa Syekhmu?…semua orang…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar