Sabtu, 30 April 2016

Makna Tauhid Rububiyah

Makna Tauhid Rububiyah 
dan Kefitrahannya serta Pengakuan Orang-orang Musyrik Terhadapnya.

Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyah, 
ikhlas beribadah kepadaNya, 
serta menetapkan bagiNya nama-nama dan si­fat-sifatNya.

Dengan demikian, 
tauhid ada tiga macam: 
tauhid rububi­yah, 
tauhid uluhiyah serta 
tauhid asma’ wa sifat. 

Setiap macam dari ketiga macam tauhid itu 
memiliki makna yang harus dijelaskan 
agar menjadi terang perbedaan antara ketiganya.

Pertama: Tauhid Rububiyah

Yaitu mengesakan Allah Subhannahu wa Ta’ala dalam segala perbuatanNya, 
dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. 
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: 
“Allah menciptakan segala sesuatu …” (Az-Zumar: 62)

Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, bina­tang dan makhluk lainnya. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
 “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah 
yang memberi rizkinya, …” (Hud: 6)

Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur seme­sta, 
Dia yang mengangkat dan menurunkan, 
Dia yang memuliakan dan menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. 
Pengatur rotasi siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang mematikan.

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: 
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, 
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki 
dan Eng­kau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. 
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan 
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. 
Di tangan Engkaulah segala ke­bajikan. 
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan 
Engkau masukkan siang ke dalam malam. 
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan 
Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. 
Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” 
(Ali Imran: 26-27)

Allah telah menafikan sekutu atau pembantu dalam kekuasaan-Nya. 
Sebagaimana Dia menafikan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
 Inilah ciptaan Allah, 
maka perlihatkanlah olehmu kepadaku 
apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah …” 
(Luqman: 11)

“Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rizki jika Allah menahan rizkiNya?” 
(Al-Mulk: 21)

Allah menyatakan pula tentang keesaanNya dalam rububiyah-Nya 
atas segala alam semesta.
 “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Fatihah: 2)

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah 
Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, 
lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. 
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakanNya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk 
kepada perintahNya. 
Ingatlah, 
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. 
Ma­hasuci Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-A’raf: 54)

Allah menciptakan semua makhlukNya 
di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya. 
Bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah 
juga mengakui keesaan rububiyah-Nya. 
Katakanlah: 
“Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” 
Mereka akan menjawab: 
“Kepunyaan Allah.” 
Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ber­takwa?” 
Katakanlah: “Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan 
atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, 
tetapi ti­dak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, 
jika kamu mengetahui?” 
Mereka akan menjawab: 
“Kepunyaan Allah.” 
Ka­takanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu di­tipu?” 
(Al-Mu’minun: 86-89)

Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. 
Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. 
Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, 
melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. 

Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah: 
Berkata rasul-rasul mereka: 
“Apakah ada keragu-raguan ter­hadap Allah, Pencipta langit dan bumi?” 
(Ibrahim: 10)

Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. 
Namun demikian di hatinya masih tetap meyakiniNya. 
Sebagaimana perkataan Musa Alaihissalam kepadanya: 
Musa menjawab:
 “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, 
bahwa tiada yang menurunkan mu’jizat-mu’jizat itu 
kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi 
sebagai bukti-bukti yang nyata dan 
sesungguhnya aku mengira kamu, 
hai Fir’aun, seorang yang akan binasa”. 
(Al-Isra’: 102)

Ia juga menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya:
 “Dan mereka mengingkarinya 
karena kezhaliman dan kesombon­gan (mereka) 
padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya.” (An-Naml: 14)

Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti komunis.
 Mereka hanya menampakkan keingkaran karena ke-sombongannya. 
Akan tetapi pada hakikatnya, 
secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa 
tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa Pencipta, dan
 tidak ada satu benda pun kecuali ada yang mem­buatnya, dan
tidak ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang mempenga-ruhinya.

Firman Allah Subhannahu wa Ta’ala: 
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun 
ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? 
Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? 
sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” 
(Ath-Thur: 35-36)

Perhatikanlah alam semesta ini,
 baik yang di atas maupun yang di bawah 
dengan segala bagian-bagiannya, 
anda pasti mendapati semua itu menunjukkan 
kepada Pembuat, Pencipta dan Pemiliknya. 

Maka mengingkari dalam akal dan hati 
terhadap pencipta semua itu,
sama halnya mengingkari ilmu itu sendiri 
dan mencampakkannya, 
keduanya tidak berbeda.

Adapun pengingkaran adanya Tuhan 
oleh orang-orang komunis saat ini 
hanyalah karena kesombongan dan penolakan 
terhadap hasil renungan dan pemikiran akal sehat. 

Siapa yang seperti ini sifatnya 
maka dia telah membuang akalnya 
dan mengajak orang lain untuk menertawakan dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar