Minggu, 24 April 2016

-The Alchemy of Happiness (Al-Ghazali ra.)

Allah berfirman kepada Nabi Daud, 
"AbdiKu yang paling cinta kepadaKu adalah 
yang tidak mencariku karena takut untuk dihukum 
atau berharap mendapatkan pahala, 
tetapi hanya demi membayar hutangnya kepada KetuhananKu." 

Di dalam Injil tertulis: 
"Siapakah yang lebih kafir 
daripada orang yang menyembahKu karena takut neraka 
atau mengharapkan surga? 
Jika tidak Kuciptakan semuanya itu, 
tidak akan pantaskah Aku untuk disembah?"

Bayazid berkata: 
"Jika Allah akan memberikan padamu keakraban dengan diriNya atau Ibrahim, 
kekuatan dalam doa Musa dan keruhanian Isa, 
maka jagalah agar wajahmu terus mengarah kepadaNya saja, 
karena Ia memiliki khazanah-khazanah yang bahkan melampaui semuanya ini." 

Suatu hari seorang sahabatnya berkata kepadanya:
 "Selama tigapuluh tahun aku telah berpuasa di siang hari 
dan bersembahyang di malam hari, 
tapi sama sekali tidak kudapati kebahagiaan ruhaniah 
yang kamu sebut-sebut itu." 

Bayazid menjawab: 
"Kalaupun engkau berpuasa dan bersembahyang selama tigaratus tahun, 
engkau tetap tak akan mendapatinya."
 "Kenapa?" tanya sang sahabat. 
"Karena," kata Bayazid, 
"perasaan mementingkan-diri-sendirimu 
telah menjadi tirai antara engkau dan Allah." 

"Jika demikian, katakan padaku cara penyembuhannya." 
"Cara itu takkan mungkin bisa kaulaksanakan."

 Meskipun demikian ketika sahabatnya itu memaksanya 
untuk mengungkapkannya, 
Bayazid berkata: 
"PERGILAH KE TUKANG CUKUR TERDEKAT 
DAN MINTALAH IA UNTUK MENCUKUR JENGGOTMU. 
BUKALAH SEMUA PAKAIANMU KECUALI KORSET 
YANG MELINGKARI PUNGGUNGMU. 

Ambillah sebuah kantong yang penuh dengan kenari, 
gantungkan di lehermu, 
pergilah ke pasar dan berteriaklah: 
'Setiap orang yang memukul tengkukku akan mendapatkan buah kenari'. 
Kemudian dalam keadaan seperti itu 
pergilah ke tempat para qadhi dan faqih." 
"Astaga!" kata temannya, 
"saya benar-benar tak bisa melakukannya. 
Berilah cara penyembuhan yang lain." 

"Itu tadi adalah pendahuluan yang harus dipenuhi untuk penyembuhannya," 
jawab Bayazid.
 "Tapi, sebagaimana telah saya katakan padamu, engkau tak bisa disembuhkan."

Alasan Bayazid untuk menunjukkan cara penyembuhan seperti itu adalah 
kenyataan bahwa sahabatnya itu adalah 
seorang pengejar kedudukan dan kehormatan yang ambisius. 

Ambisi dan kesombongan adalah penyakit-penyakit 
yang hanya bisa disembuhkan dengan cara-cara seperti itu. 

Allah berfirman kepada Isa: 
"Wahai Isa, 
jika Kulihat di hati para hambaKu 
kecintaan yang murni terhadap diriKu 
yang tidak terkotori 
dengan nafsu-nafsu mementingkan diri-sendiri 
berkenaan dengan dunia ini atau dunia yang akan datang,
 maka Aku akan menjadi penjaga cinta itu." 

Juga ketika orang-orang meminta Isa a.s. 
menunjukkan amal yang paling mulia, 
ia menjawab: 
"Mencintai Allah 
dan memasrahkan diri kepada kehendakNya." 

Wali Rabi'ah pernah ditanya cintakah ia kepada Nabi.
 "Kecintaan kepada Sang Pencipta," katanya, 
"telah mencegahku dari mencintai mahluk." 

Ibrahim bin Adam dalam doanya berkata:
"Ya Allah, 
di mataku 
surga itu sendiri masih lebih remeh daripada sebuah agas 
jika dibandingkan dengan kecintaan kepadaMu 
dan kebahagiaan mengingat Engkau 

yang telah Kauanugerahkan kepadaku."
-The Alchemy of Happiness (Al-Ghazali ra.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar