MATA HATI HAKIKI.
TERBUKA MATA HATI
hanya memberikan AKAN HAMPIRNYA ALLAH SWT
Penyaksian MATA HATI
hanya memberikan akan ketiadaan KAMU DI SAMPING WUJUD ALLAH SWT
Penyaksian HAKIKI MATA HATI hanya memberikan HANYA ALLAH YANG WUJUD,
TIDAK TERLIHAT LAGI ketiadaan KAMU DAN WUJUD KAMU.
Bila hati sudah menjadi bersih maka hati akan menyinarkan cahayanya.
Cahaya hati ini dinamakan Nur Kalbu.
Ia akan menerangi akal
lalu akal dapat memikirkan dan merenungi tentang hal-hal ketuhanan
yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri.
Renungan akal terhadap dirinya sendiri membuatnya menyedari
akan perjalanan hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya.
Kesedaran ini membuatnya merasakan dengan mendalam
betapa hampirnya Allah dengannya.
Lahirlah di dalam hati Nuraninya perasaan bahwa
Allah selalu mengawasinya.
Allah melihat segala gerak-gerinya,
mendengarkan pertuturannya dan mengetahui bisikan hatinya.
Jadilah dia seorang Mukmin yang cermat dan waspada.
Di antara sifat yang dimiliki oleh orang yang sampai ke martabat Mukmin adalah:
1: Cermat dalam pelaksanaan hukum Allah s.w.t.
2: Hati tidak cenderung kepada harta,
merasa cukup dengan apa yang ada
dan tidak sayang membantu orang lain dengan harta yang dimilikinya.
3: Bertaubat dengan sebenarnya (taubat nasuha) dan
tidak kembali lagi ke kejahatan.
4: Rohaninya cukup kuat untuk menanggung kesulitan dengan sabar
dan bertawakal kepada Allah
5: Kehalusan kerohaniannya
membuatnya merasa malu kepada Allah
dan merendah diri kepada-Nya.
Orang Mukmin yang taat kepada Allah swt,
kuat melakukan ibadat,
akan meningkatlah kekuatan rohaninya.
Dia akan kuat melakukan tajrid yaitu
menyerahkan urusan kehidupannya kepada Allah
Dia tidak lagi khuwatir terhadap sesuatu yang menimpanya,
walaupun bala yang besar.
Dia tidak lagi menempatkan ketergantungan kepada sesama makhluk.
Hatinya tetap teguh dengan perasaan reda
terhadap apa yang ditentukan Allah untuknya.
Bala tidak lagi menggugat imannya dan
nikmat tidak lagi menggelincirkannya.
Baginya bala dan nikmat adalah sama yaitu
takdir yang Allah tentukan untuknya.
Apa yang Allah takdirkan itulah yang paling baik.
Orang yang seperti ini selalu di dalam penjagaan Allah
kerana dia telah menyerahkan dirinya kepada Allah swt
Allah kurniakan kepadanya kemampuan
untuk melihat dengan mata hati dan
bertindak melalui Petunjuk Laduni,
tidak lagi melalui fikiran, kehendak diri sendiri atau angan-angan.
Pandangan mata hati kepada hal ketuhanan mempengaruhi hatinya (kalbu).
Dia mengalami suasana yang menyebabkan dia menyangkal keberadaan dirinya dan diisbatkannya kepada Wujud Allah
Suasana ini timbul akibat hakikat ketuhanan yang dialami oleh hati ..
Dia merasa benar-benar akan keesaan Allah bukan sekedar mempercayainya.
Pengalaman tentang hakikat
dikatakan memandang dengan mata hati.
Mata hati melihat atau menyaksikan keesaan Allah dan
hati merasakan akan keadaan keesaan itu.
Mata hati hanya melihat kepada Wujud Allah,
tidak lagi melihat ke wujud dirinya.
Orang yang di dalam suasana seperti ini
telah berpisah dari sifat-sifat kemanusiaan.
Dalam keadaan demikian
dia tidak lagi mengindahkan aturan masyarakat.
Dia hanya mementingkan soal perhubungannya dengan Allah
Soal duniawi seperti makan, minum, pakaian dan pergaulan
tidak lagi mendapat perhatiannya.
Kelakuannya boleh menyebabkan orang mengira dia sudah gila.
Orang yang mencapai tingkat ini dikatakan mencapai makam tauhid sifat.
Hatinya jelas merasakan bahwa
tidak ada yang berkuasa melainkan Allah dan
segala sesuatu datangnya dari Allah
Rohani manusia melalui beberapa peningkatan
dalam proses mengenal ALLAH.
Pada tahap pertama terbuka mata hati dan
Nur Kalbu memancar menerangi akalnya.
Seorang Mukmin yang akalnya diterangi Nur Kalbu akan melihat
betapa hampirnya Allah
Dia melihat dengan ilmunya dan
mendapat keyakinan yang dinamakan ilmul yaqin.
Ilmu berhenti di situ.
Pada tahap keduanya
mata hati yang terbuka sudah boleh melihat.
Dia tidak lagi melihat dengan mata ilmu
tetapi melihat dengan mata hati.
Kemampuan mata hati memandang itu dinamakan kasyaf.
Kasyaf melahirkan Makrifat.
Seseorang yang berada di dalam makam makrifat dan
mendapat keyakinan melalui kasyaf
dikatakan memperoleh keyakinan yang dinamakan ainul yaqin.
Pada tahap ainul yaqin makrifatnya ghaib dan
dia juga ghaib dari dirinya sendiri.
Maksud ghaib di sini adalah
hilang perhatian dan kesedaran terhadap sesuatu hal ..
Beginilah hukum makrifat yang terjadi.
Makrifat lebih tinggi nilainya dari ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah
pencapaian terhadap persoalan yang terpecah-pecah bidangnya.
Makrifat pula adalah
hasil pencapaian terhadap hakikat-hakikat yang menyeluruh yaitu
hakikat kepada hakikat-hakikat.
Tetapi,
penyaksian mata hati jauh lebih tinggi dari ilmu dan
makrifat kerana penyaksian itu adalah
hasil dari kemauan keras dan perjuangan yang gigih
disertai dengan upaya hati dan pengalaman.
Penyaksian (shahadul Haq) adalah setinggi-tinggi keyakinan.
Penyaksian yang paling tinggi adalah penyaksian hakiki oleh mata hati atau
penyaksian yang haq.
Ia merupakan keyakinan yang paling tinggi dan dinamakan haqqul yaqin.
Pada tahap penyaksian hakiki mata hati,
mata hati tidak lagi melihat
ke ketiadaan dirinya atau keberadaan dirinya,
tetapi Allah dilihat
dalam segala sesuatu, segala kejadian, dalam diam dan dalam tutur-kata.
Penyaksian hakiki mata hati
melihat-Nya tanpa dinding penutup
antara kita dengan-Nya.
Tidak ada lagi antara atau ruang
antara kita dengan ALLAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar