Perantaraan Wali
Kita harus gembira. Tak perlu bersedih.
Allah SWT telah menciptakan kalian.
Jika Dia tidak menciptakan kalian, kalian tidak akan pernah ada.
Berusahalah untuk selalu bergembira dan puas
terhadap kondisi yang telah digariskan Allah SWT kepada kalian.
Jangan pernah berkeberatan, apa pun yang kalian jumpai dalam hidup ini.
Jika kalian melihatnya dengan perspektif yang baik,
kalian akan merasakan kebaikannya.
Sebaliknya,
jika kalian melihatnya dengan perspektif yang buruk,
kalian juga akan mendapatkan keburukan dalam diri kalian.
Hari ini adalah hari kedua di bulan Rajab.
Rasulullah SAW bersabda,
“Rajab adalah bulan Allah SWT,
Syakban bulanku dan
Ramadan adalah bulan umatku.”
Beliau mengatakan, “Syakban adalah bulanku,”
berarti Allah SWT telah memberinya,
salahiyya, kontrol terhadap seluruh umat manusia di bulan itu.
Tidak ada malaikat yang dapat menulis sesuatu tentang kalian,
tanpa bertanya kepada Rasulullah SAW.
Sebagaimana Allah SWT mencintai umat manusia
dan menciptakan mereka dengan sempurna,
begitu juga Rasulullah SAW diciptakan oleh Allah SWT dan diberikan kekuasaan itu terhadap seluruh umat ini untuk menjaga mereka agar tetap murni dan bersih.
Oleh sebab itu Rasulullah SAW memerintahkan seluruh wali di seluruh dunia
selama 24 jam untuk membantu menolongnya
dalam membersihkan dan menyeimbangkan kebaikan dan keburukan
dalam diri setiap orang.
Rahasia sufi bukanlah rahasia.
Mereka hanya tampak rahasia bagi orang yang belum pernah mendengar sebelumnya. Kepada yang lainnya mereka sangat familiar
sebab mereka selalu bersama Rasulullah SAW,
dan selalu mendapat pengetahuan tingkat tinggi dari hatinya.
Untuk setiap huruf dalam al-Qur’an,
Allah SWT telah memberi Rasulullah SAW 12.000 Samudra Pengetahuan.
Jangan berpikir bahwa, “alif” yang merupakan salah satu huruf dalam al-Qur’an
hanya sebagai huruf tunggal, jika diulang maka itu dianggap sebagai huruf baru.
Oleh sebab itu,
setiap munculnya satu huruf alfabet dalam al-Qur’an
terdapat 12.000 Samudra Pengetahuan bersamanya.
Semua yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW kepada kita, yaitu
berupa pengetahuan yang mengikuti perintah Allah SWT
bagaikan tetesan dalam samudra.
Allah SWT menjaga apa yang tertinggal agar nanti hati manusia dapat menemukannya, dengan tubuh fisik ini kita tidak dapat mengetahuinya.
Itulah sebabnya mengapa Sayyidina Abu Hurayra RA
tidak dapat menerangkan
semua yang diberikan oleh Rasulullah SAW ke dalam hatinya.
Mengapa mereka akan memotong lehernya?
Karena mereka cemburu.
Cendikiawan Muslim, Kristen, Yahudi—cemburu terhadap surga.
Mereka tidak ingin seluruh umat manusia memasukinya,
hanya orang-orang dari golongan mereka saja yang berhak memasukinya.
Allah SWT berkata, tidak ada diskriminasi,
seluruh umat manusia adalah hamba-Nya dan dengan demikian sama derajatnya
—Muslim, Hindu, Yahudi, Kristen dan semua orang.
Kita sebagai pengikut Rasulullah SAW setuju dengan sabdanya,
bahwa seluruh umat manusia adalah sama.
Untuk mengilustrasikannnya,
berikut ini ada sebuah kisah yang berasal dari
Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS dan Syekh Nazim al-Haqqani QS.
Cerita ini termasuk salah satu rahasia yang tersembunyi,
yang akan dibuka pada saat datangnya Imam Mahdi AS dan Nabi ‘Isa AS,
Insya Allah.
Rasulullah SAW memerintahkan Sayyidina ‘Umar RA dan Sayyidina ‘Ali RA, KW,
bahwa segera setelah beliau wafat,
sebelum pemakaman dan setelah disalatkan,
jubahnya harus diserahkan kepada Sayyidina Uwais al-Qarani RA
sebab beliau harus memegang dan menjaga jubah tersebut.
Rasulullah SAW juga berkata kepada mereka
untuk menyerahkan diri mereka sebagai amanat darinya.
Mereka berdua keheranan,
bagaimana mereka sebagai sahabat terbaik Rasulullah SAW
menyerahkan diri mereka kepada Uwais RA,
dan siapa pula Uwais RA yang tidak pernah bertemu Rasulullah SAW?
Mengapa dia tidak pernah muncul?
Karena ibunya berkata kepadanya,
“Jangan tinggalkan aku sendiri, jangan pergi.”
Jadi dia tidak pergi.
Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia,
beliau sangat banyak mengeluarkan keringat.
Jika kalian melihat orang meninggal
kalian akan menyaksikan orang itu mengeluarkan banyak keringat,
banyak sekali air yang keluar dari tubuhnya.
Rasulullah SAW adalah yang paling banyak mengeluarkan keringat
dibandingkan seluruh orang di dunia ini.
Siapa saja dapat dengan mudah memeras keringat dari jubah beliau,
karena jubah itu benar-benar dibasahi air.
Kemudian Sayyidina ‘Umar RA dan Sayyidina ‘Ali RA, KW
melepaskan jubah Rasulullah SAW dan pergi ke kampung Uwais RA,
tempat yang telah disebutkan oleh Rasulullah SAW.
Di sana mereka bertanya di mana Uwais al-Qarani RA,
tetapi tidak ada seorang pun yang tahu di mana Uwais al-Qarani RA berada.
Sayyidina ‘Umar RA mulai jengkel—bagaimana Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk menemukan seseorang yang tidak mungkin ditemukan?
Sayyidina ‘Ali RA, KW berkata,
“Wahai ‘Umar RA, jangan ada keraguan di hatimu, tetapi tunggu dan bersabarlah.
Mari kita lihat masalahnya dengan cermat.
Jika Rasulullah SAW berkata bahwa sesuatu itu ada,
pastilah dia ada dan kita akan menemukan Uwais RA, insya Allah.”
Setelah mereka bertanya lebih banyak lagi,
mereka akhirnya menemukan Sayyidina Uwais al-Qarani RA
sedang duduk di batu dengan tongkat di tangannya.
Ibunya berada di sampingnya.
Rupanya Uwais RA adalah seorang pengembala ternak.
Sayyidina ‘Umar RA bertanya,
“Siapa namamu?”
Dia menjawab, “’Abdullah (hamba Allah SWT)”
“Siapa nama keluargamu?”
“’Abdullah”—“Aku juga ‘Abdullah” kata Sayyidina ‘Umar RA yang mulai bingung.
“Siapa nama aslimu?” “’Abdullah adalah nama asliku.”
Lalu Sayyidina ‘Umar RA menoleh pada Sayyidina ‘Ali RA, KW dan berkata,
“Kita tidak menemukan orang yang cocok.
Namanya ‘Abdullah, bagaimana Rasulullah SAW berkata kepada kita bahwa
kita dapat menemukan Uwais al-Qarani RA?”
Sayyidina ‘Ali RA, KW berkata kepada orang itu,
“Wahai ‘Abdullah,
Aku menerima kenyataan bahwa namamu adalah ‘Abdullah,
tetapi bagaimana orang biasa memanggilmu?”
Dia menjawab, “Uwais al-Qarani RA.”
Nama asli setiap orang adalah ‘Abdullah, hamba Allah SWT.
Ke mana pun kalian pergi, setiap orang memiliki 7 nama
dalam pelat-pelat yang terpelihara (Loh Mahfuzh), salah satunya adalah nama itu.
Ini adalah nikmat Allah SWT yang telah dijamin bagi semua orang, yaitu bahwa
mereka adalah hamba Allah SWT.
Sayyidina ‘Umar RA bergembira.
Beberapa saat kemudian Sayyidina Uwais RA berkata,
“Berikan amanat yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepadaku.” B
agaimana dia mengetahui bahwa Rasulullah SAW mengirim jubahnya untuknya,
padahal dia tidak pernah bertemu dengannya?
Dia mengambil jubah itu dan meletakkan di atas kepalanya.
Dia lalu melihat Sayyidina ‘Umar RA dan bertanya,
“Apakah kalian tahu apa yang ada di jubah ini?”
Sayyidina ‘Umar RA menjawab,
“Tidak ada apa-apa.” Sayyidina Uwais al-Qarani RA menjawab,
“Jubah ini berisi rahasia seluruh umat manusia,
dan Rasulullah SAW memberikan tanggung jawab itu di pundakku.”
Allah SWT telah menciptakan dunia ini dan tidak akan meninggalkannya.
Dia mengirimkan utusan dan wali ke dunia ini
untuk menjaga agar manusia tetap bersih dari dosa dan kesalahan.
Allah SWT tidak menciptakan kita untuk dibuang ke neraka.
Dia menciptakan kita untuk ditempatkan di surga.
Dia menciptakan kita karena Dia mencintai kita.
Jangan berpikir bahwa Dia ingin menghukum manusia.
Dia menciptakan kita dengan cinta dan kasih sayang yang lengkap.
Bagaimana seorang ibu mencintai anaknya?
Ini adalah sebuah tetesan dalam Samudra Cinta Allah SWT.
Dia akan membersihkan setiap orang dan menghukumnya
sebelum dia meninggalkan dunia ini.
Hal ini berjalan dengan mekanisme yang tidak kita ketahui.
Sayyidina ‘Umar RA bertanya,
“Bagaimana rahmat bagi seluruh umat manusia berada di jubah ini?”
Sayyidina Uwais RA menjawab,
“Wahai ‘Umar RA pernahkah kalian melihat Rasulullah SAW?”
Dia menjawab, “Pertanyaan bodoh macam apa ini?
Aku selalu bersamanya setiap hari.”
“Lukiskan beliau kepadaku!”, kata Sayyidina Uwais RA.
Lalu Sayyidina ‘Umar RA mulai menyebutkan ciri-ciri Rasulullah SAW,
mulai dari raut mukanya, warna matanya, dan seterusnya.
“Semua orang juga mengenal beliau seperti itu.
Engkau tidak melihat Rasulullah SAW yang sesungguhnya.
Bagaimana denganmu ‘Ali RA, KW?
Pernahkah engkau melihat Rasulullah SAW?” tanya Sayyidina Uwais RA.
“Aku melihatnya sekali. Beliau memanggilku dan berkata,
‘Wahai ‘Ali RA, KW lihatlah diriku mulai dari perut ke atas,’
Aku melihatnya dan menemukan bahwa
segalanya sampai ke lehernya berada di bawah singgasana Allah SWT,
tetapi Aku tidak dapat melihat lehernya.
Dan beliau menyuruhku untuk melihat dari perut ke bawah,
Aku melihat dan menemukan bahwa lututnya mencapai bumi ketujuh,
tetapi Aku tidak dapat melihat kakinya.
Lalu beliau menyuruhku untuk melihat seluruhnya,
dan Aku melihat segalanya lenyap kecuali Rasulullah SAW sendiri.
Beliau adalah segalanya.”
Ini berarti jika Sayyidina ‘Ali RA, KW dapat melihat di mana leher Rasulullah SAW,
dia akan seperti Rasulullah SAW.
Tidak ada yang bisa menyamainya, karena itu adalah batas baginya.
Sayyidina ‘Ali RA, KW juga tidak bisa melihat lututnya,
dan itu telah mencapai bumi ketujuh.
Tidak ada yang tahu apa dan di mana bumi ketujuh itu.
Ini adalah suatu rahasia.
“Beliau adalah segalanya,”
merujuk pada apa yang kita bicarakan (pada pertemuan) sebelumnya,
sehubungan dengan peciptaan kita oleh Allah SWT dengan 3 macam cahaya,
yaitu: Cahaya Ilahi, Cahaya Rasulullah SAW, dan Cahaya Adam AS,
dan berimplikasi dengan ayat al-Qur’an yang menyebutkan
penghormatan Allah SWT terhadap umat manusia, [QS al-Isra’, 17: 70].
Bagaimana Allah SWT memuliakan umat manusia adalah suatu rahasia,
tetapi dari rahasia itu kita dapat mengerti bahwa
Allah SWT telah memuliakan kita dengan menciptakan kita
dari ketiga cahaya tersebut.
Sayyidina Uwais RA berkata kepada Sayyidina ‘Ali RA, KW,
“Wahai ‘Ali RA, KW, engkau melihat Rasulullah SAW sekali.”
Sayyidina ‘Ali RA, KW membalas,
“Pernahkah engkau melihat beliau?”
“Secara fisik belum pernah,
tetapi secara spiritual Aku selalu bersamanya selama 24 jam,” jawabnya.
Sayyidina ‘Umar RA bertanya,
“Lalu apa yang ada dalam jubah itu?”
Beliau berkata, “Dengarkan baik-baik!
Jika Aku harus duduk denganmu dan umatmu, mereka akan memotong leherku.
Itulah sebabnya Rasulullah SAW memerintahkan aku
untuk menjauhimu dan bersembunyi.
Jika Aku bersamamu dan Aku menceritakan semua rahasia ini,
tak seorang pun akan menerima dan memahaminya.
Tetapi suatu waktu nanti,
pada saat akhir zaman seluruh rahasia ini akan dibuka, yaitu
pada saat kedatangan Imam Mahdi AS dan Nabi ‘Isa AS.”
Masa tersebut adalah sekarang,
sebab seluruh tanda dan indikasi yang disebutkan oleh Rasulullah SAW telah ada.
Seluruh wali juga menyatakan hal yang sama, bahwa
di abad ini Imam Mahdi AS akan datang, begitu pula dengan Nabi ‘Isa AS.
Kita semua berada di akhir dunia ini.
Tidak banyak waktu tersisa.
Setiap orang akan lebih suka hidup dengan cara yang mereka suka,
tetapi pada kenyataannya mereka akan menjalani hidup
yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
Sayyidina Uwais RA berkata kepada Sayyidina ‘Umar RA,
“Wahai ‘Umar RA sebelum Rasulullah SAW lahir,
beliau sudah menyebut ‘umatku, umatku’ dalam rahim ibunya,
ketika beliau lahir juga disebutkan ‘umatku, umatku’ dan
demikian pula ketika beliau meninggal.”
Rasulullah SAW memohon kepada Allah SWT,
“Aku ingin menjadi perantara bagi umatku,
Aku ingin menolong umat manusia,
Aku ingin menjaga cahaya yang Engkau berikan kepada umat manusia
tetap bersih dan murni.
Aku membutuhkan kontrol dan kekuatan ini.”
Ketika beliau wafat,
Rasulullah SAW menolak untuk wafat kecuali dengan 1 syarat, yaitu
beliau harus bisa membawa seluruh dosa dan beban seluruh umat manusia tanpa kecuali. Dengan syarat tersebut beliau memohon kepada Allah SWT,
“Aku akan datang ke Hadirat-Mu,
kalau tidak aku akan tetap tinggal di sini.”
Allah SWT menjawab, “Terserah padamu!”
Kemudian Rasulullah SAW memanggil semua makhluk hidup,
setiap orang dengan namanya masing-masing,
baik yang masih hidup atau sudah meninggal atau
bahkan yang belum lahir sampai Hari Pembalasan.
Beliau memanggil setiap roh secara perorangan.
Mereka datang ke hadiratnya dan menerima beliau sebagai rasul
dan mengucapkan syahadat di hadapannya,
lalu bertaubat atas dosa-dosanya dan menyesali kesalahan mereka.
Rasulullah SAW tidak membiarkan seorang pun pergi
tanpa mendapat pengampunan dari Allah SWT.
Dengan pengampunan dari Allah SWT tersebut,
beliau berkeringat dan setiap tetes keringatnya melambangkan satu roh manusia.
“Jubah itu berisi tetesan keringat, atau simbol,
atau roh dari umat manusia yang menjadi beban di pundak Rasulullah SAW.
Beliau menyerahkannya kepadaku sebagai amanat untuk dijaga
sampai waktunya nanti, di mana beliau akan ditanya tentang mereka.“
Jubah ini akan diteruskan lewat Mata Rantai Emas dari satu wali ke wali berikutnya sampai masa kita, dan selanjutkan akan diserahkan kepada Imam Mahdi AS
ketika beliau muncul dan kemudian diserahkan kepada Nabi ‘Isa AS
pada saat kemunculannya.
Sayyidina ‘Umar RA menangis dan berkata,
“Orang bodoh macam apa aku ini yang tidak mengetahui segala macam rahasia
ketika beliau masih hidup?
Apakah Aku mempelajari sesuatu sekarang, setelah beliau wafat?
Mengapa, wahai ‘Ali RA, KW,
mengapa engkau tidak mengatakan kepadaku bahwa engkau melihat beliau
dengan cara seperti itu?
Aku akan mendatanginya dan menanyakan kepadanya ibadah
seperti apa yang harus kulakukan agar aku bisa melihatnya
seperti yang engkau lakukan.”
Setelah kejadian itu Sayyidina ‘Umar RA menangis terus selama hidupnya.
Bulan Rajab ini tidak akan berakhir sampai setiap orang di dunia ini
dibersihkan dari dosa-dosanya dan cahaya ditempatkan dalam hatinya.
Kekuatan yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah SAW
untuk membersihkan hati umat manusia juga diberikan kepada para awliya.
Wali-wali tersebut adalah pembantu bagi Rasulullah SAW di bulan ini.
Itulah sebabnya mereka sibuk di bulan Rajab.
Mereka tidak berbicara kepada orang-orang.
Mereka menutup pintu mereka dan duduk di ruangannya,
tidak keluar, terus-menerus hanya memohon ampun kepada Allah SWT
atas segala kesalahan umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar