Rabu, 20 April 2016

Adab Memohon dan Hamparan Munajat

Adab Memohon dan Hamparan Munajat.

Oleh :Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily

Model orang memohon itu ada tiga macam:

1. Pemohon yang memohon tentang pembenaran 
    melalui manifestasi taqarrub,

2. Pemohon yang memohon tentang kenyataan hakikat 
    melalui tersingkapnya hijab,

3. Pemohon yang memohon tentang pergantian dirinya 
    melalui fana’ dari dirinya.

Apabila Anda memohon, 
maka memohonlah kepada Allah swt, 
bila Allah memberimu 
maka bersyukurlah padaNya, 
manakala Dia mencegah permohonanmu, 
maka ridhalah padaNya. 

Jauhilah godaan-godaan nafsu, 
su’udzdzon kepada Allah, 
keterkukungan syahwat, 
yang menyebabkan 
terhalangnya Mahabbah dan Ma’rifat, Ridha dan Maghfirah, 
disamping terhijab dari Allah, 
sehingga Anda terlempar 
dari posisi yang luhur ke posisi yang rendah dina, 
padahal Anda sendiri tidak mengerti bahwa 
diri Anda telah terjerumus dalam lembah yang curam.

Suatu ketika Syeikh Abul Hasan asy-Syadzili ra, 
hendak menuju ke salah satu orang yang jahat 
untuk membela orang yang saleh, 
lalu Syeikh memohon:
“Tuhan, jadikan perjalananku kepada mereka, 
dengan sikap menunduk demi WajahMu 
dan meraih keutamaanMu dan ridhaMu, 
mendapatkan pertolonganMu dan RasulMu. 
Riaslah diriku dengan riasan 
(para fakir yang hijrah, yaitu m
ereka yang keluar dari rumah-rumah mereka 
dan meninggalkan harta-harta mereka, 
demi meraih keutamaan dari Allah dan keridhaan. 
Mereka memohon pertolongan kepada Allah dan Rasul-Nya, 
dan mereka itulah orang-orang yang benar), dan 
berikanlah keistemewaan padaku dengan rasa cinta kepadaMu dan rasa peduli, dikabulkannya hajat dari dalam dada, di malam dan siang hari. 
Jagalah diriku dari kekikiran diriku, dan
 jadikanlah diriku tergolong orang-orang yang berbahagia 
(dan ampunilah kami dan teman-teman kami 
yang telah mendahului kami dengan iman, dan 
janganlah Engkau jadikan hati kami rasa dendam 
terhadap orang-orang yang beriman. 
Tuhan kami, 
sungguh Engkau Maha Pengasih lagi Penyayang).

Apabila saya akan memasuki rumah seorang yang diktator dan sombong, 
aku ucapkan:
“Sesungguhnya aku memohon perlindungan pada Tuhanku 
dan Tuhan kalian dari setiap orang yang sombong, 
yang tiada beriman terhadap hari perhitungan”

Sebaik-baik permohonan seorang hamba pada Allah Ta’ala adalah 
permohonan atas kebajikan-kebajikan agama. 
Pada kebajikan agama itu ada kebajikan akhirat, dan 
pada kebajikan akhirat itu ada kebajikan dunia, 
sedang pada kebajikan dunia muncul keistemewaan para wali.

Keitemewaan para wali itu ada empat sifat: 
Ubudiyah; 
Sifat Rububiyah, 
Memuliakan Allah terhadap apa yang telah terjadi dan yang bakal terjadi; dan 
memasuki hadirat Allah setiap hari tujuh puluh kali, begitu pula keluar. 
Setiap saat ia memakai riasan dari riasan cahaya-cahaya dan taqarrub.

Apabila Anda ditakuti oleh salah satu Jin atau manusia, 
maka ucapkanlah doa: 
Hasbunallah wani’mal Wakiil.

Manakala Anda punya hajat tertentu pada orang lain, 
mohonlah kepada Allah sebelum sampai permintaanmu 
pada orang lain atau salah satu diantara mereka.

 Apabila keinginan Anda ditunaikan oleh mereka, 
maka bersykurlah pada Allah dan berterimakasihlah pada mereka. 
Namun bila tidak tertunai, 
relakanlah atas ketentuan Allah 
dan jangan mengaitkan itu kepada salah satu diantara mereka.
 Jangan pula Anda mengecam pada seorang pun 
kecuali memang Allah mengecamnya. 

Begitu juga jangan memuji seseorang kecuali Allah memang memujinya. 
Jika tidak demikian, 
lebih baik Anda menahan diri. 
Karena cara seperti itu lebih selamat bagi Anda, 
dan sediakan dirimu untuk senantiasa ridha kepadaNya. 

Sembahlah Allah dengan penuh keyakinan, 
Anda akan meraih derajat yang luhur, 
walau pun amal Anda itu sedikit.

Hal yang paling tidak beruntung 
dalam posisi manusia di sisi Allah adalah 
orang yang menjadikan agamanya 
sebagai penyebab untuk kepentingan kebutuhan dirinya.

Apabila Anda punya hajat, 
dan Anda menginginkan agar bisa ditunaikan hajat Anda, 
maka bersikukuhkan, bahwa 
Yang Maha Diraja, kuasa, Ilmu, Kehendak dan Kemauan 
hanyalah bagi Allah Ta’ala. 

Jadikanlah kebutuhanmu itu hanya kepadaNya dan hajatmu berada di sisiNya. 

Waspadalah agar hati Anda tidak berpaling selain Allah, 
yang menyebabkan Anda terhijab, 
tetapi pasrahkan secara total persoalan Anda kepada Allah. 

Janganlah Anda bersukaria, 
jangan pula gelisah, 
jangan takut, 
jangan berharap dan 
jangan merasa hina. 
Orang yang beriman itu tidak menghina dirinya, 
dan berdoalah dengan:

“Dengan Nama Allah, 
beserta AsmaNya tak satu pun bisa membahayakan, 
baik di muka bumi maupun di langit, dan 
Dia Maha mendengar lagi Mengetahui.”

Hamparan Munajat itu ada empat:

• Muncul dari panggilanmu padaNya dari sifat-sifatmu, 
sedangkan anda memandang Sifat-sifatNya.
 Atau bisa muncul dari panggilanmu padaNya dari Sifat-sifatNya, 
sedangkan anda memandang sifat-sifat anda sendiri.

• Bisa muncul dari kefanaan anda karena Sifat-sifatNya 
yang menghapus sifat-sifatmu. 
Atau dirimu baqa’ bersama Sifat-sifatNya dalam sifat-sifat anda.

• Bisa Dia menyimpuhkan dirimu diatas hamparan hajat-hajat kebutuhan 
yang membuka melalui matahatimu adanya tutup celah dan hajat kebutuhan.

• Atau anda berdzikir untuk mengikuti jejak Sunnah,
 dan disana ada hamparan dzikir, 
atau Dia mendudukkan dirimu di hamparan nikmat.

Sedang sifat hamba itu adalah 
fakir, butuh, tak berdaya, lemah, berhajat, miskin, bodoh dan hinadina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar