Senin, 22 Februari 2016

10 PANTANGAN BAGI SUFI.

Dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq, 
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengungkap 10 pantangan 
yang harus dihindari bagi sufi 
yang sedang melakukan mujahadah dan muhasabah, yakni:

Pertama, 
pantang bersumpah demi Allah, 
terlepas dari apakah yang dikatakan itu 
benar atau bohong, 
baik sengaja atau tidak sengaja. 

Ketika seseorang telah mengokohkan prinsip tersebut 
dalam dirinya dan membiasakan pada lisannya, 
niscaya Allah akan membukakan satu pintu 
dari cahaya-cahaya-Nya, 
meninggikan derajatnya dan dikuatkan tekad dan pandangannya.

Kedua, 
pantang berbohong baik serius ataupun bercanda. 
Jika mampu melakukannya, 
maka Allah akan melapangkan dadanya 
dan menjernihkan pengetahuannya, 
hingga ia tak lagi mengenal dusta.

Ketiga, 
pantang menjanjikan sesuatu kepada siapa pun, 
lalu urung memenuhinya, 
meski mampu mewujudkannya, 
kecuali memang ada alasan yang jelas. 
Lebih baik dia menghilangkan kebiasaan janji-janji. 

Jika mampu melakukannya, 
Allah akan membukakan pintu kemudahan dan derajat malu, 
dan memberi kasih sayang di tengah-tengah orang-orang jujur, 
serta menaikkan derajatnya di sisi Allah.

Keempat, 
pantang mencaci-maki makhluk lain, 
meski makhluk itu seukuran biji sawi atau lebih kecil lagi. 
Ini adalah akhlak kaum shaleh dan shiddiqin 
yang menghasilkan sesuatu yang baik, 
berupa perlindungan Allah di dunia 
dan derajat tinggi di sisi-Nya di akhirat.

Kelima, 
pantang mencaci-maki atau mendoakan 
hal-hal buruk kepada seseorang, 
meskipun orang itu dzalim. 
Ia harus memaafkan orang itu karena Allah, 
dan tidak membalas balik dengan ucapan ataupun perbuatan.

Jika mampu melakukan itu, 
Allah akan memberi kedudukan terhormat 
di dunia dan akhirat, 
meraih cinta kasih segenap makhluk, 
baik jauh atau dekat, 
serta akan dikabulkan doanya.

Keenam, 
pantang menyebut musyrik, kafir, dan munafik 
kepada Ahli Kiblah (Muslim). 
Laku ini akan menjauhkan dari murka Allah 
dan mendekatkan kepada ridha dan kasih sayang Allah. 
Menjadi pintu mulia menuju Allah 
yang membuat si hamba dikasihi oleh segenap makhluk.

Ketujuh, 
pantang berpikir dan berangan-angan melakukan kemaksiatan, 
lahir dan batin, serta mencegah anggota tubuhnya dari hal itu. 
Ini adalah amalan yang paling cepat mendapat pahala 
bagi kalbu maupun fisik di dunia, disamping pahala di akhirat.

Kedelapan, 
pantang menggantungkan biaya hidupnya 
kepada siapa pun, 
baik dalam jumlah sedikit atau banyak, 
pada saat memerlukan ataupun tidak. 
Sikap semacam ini 
akan melengkapi kemuliaan ibadah dan kehormatan ahli takwa, 
dan ini adalah pintu terdekat pada keikhlasan.

Kesembilan, 
pantang bersikap tamak terhadap apa yang dimiliki manusia. 
Ini adalah kemuliaan terbesar, 
kekayaan sesungguhnya, 
kekuasaan agung, 
kebesaran yang luhur, 
keyakinan yang benar, dan 
kepasrahan yang tepat. 
Ia merupakan satu pintu keyakinan kepada Allah 
dan pintu zuhud yang mengantarkannya pada warak.

Kesepuluh, 
pantang bersikap takabur dan harus selalu tawaduk. 
Sikap rendah hati ini akan menguatkan posisi hamba, 
meningkatkan derajatnya,
 menyempurnakan kemuliaannya di sisi Allah dan makhluk-Nya. 
Laku ini adalah dasar dan penyempurnaan seluruh ketaatan. 
Dan, menjadi tujuan mulia kaum zuhud ahli ibadah.

---Syekh Abdul Qadir Al-Jailani 
dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar