Berbagai Metode Zikir ;
Tarekat Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah.
Mengingat Allah adalah santapan jiwa,
Ia mengobati hati yang luka.
( 'Aththar)
Sesudah mengetahui betapa pentingnya zikir,
sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an dan hadis,
marilah kita melihat berbagai metode zikir (dzikr) lain
yang diuraikan oleh para Syaikh Sufi Agung.
Kaum Sufi telah menggunakan
dzikr jali atau "zikir keras",dan
dzikr khafi atau "zikir diam".
Para Syaikh ini adalah pemuka dalam berbagai silsilah
atau Thariqah (tarekat dan Jalan Sufi).
Di sini,
kami akan menguraikan beberapa zikir
yang digunakan dalam beberapa tarekat terkenal.
"Lidah dan hatiku amat bahagia,
dengan mengingat-Nya ,
dan apakah manusia itu
selain hati dan lidah semata ?".
Tarekat Qadiriyyah.
Pemuka sekaligus pendiri tarekat ini adalah
Sayyid Muhammad Muhyiddin Abdul Qadir Jilani,
yang wafat pada tahun 1266 M ,
di usia sembilan puluh tahun.
Dalam tarekat ini,
dzikr dilakukan dengan keras (yakni bersuara)
tetapi tidak terlalu keras
sehingga bertentangan dengan hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Musa Asy'ari :
"Wahai manusia !
Janganlah kalian menyusahkan diri dengan suara keras
(maksudnya , ucapkanlah dengan perlahan).
Kalian tidak sedang menyeru Tuhan yang buta atau tuli.
Kalian menyeru Tuhan yang mendengar kalian,
melihat kalian, dan yang bersama kalian.
Tuhan yang kalian seru ...
jauh lebih dekat kepadamu
dari leher untamu".
(Bukhari - Muslim).
Dzikr utama dalam tarekat ini adalah La ilaha illallah.
Cara melakukannya ialah sebagai berikut :
Sang dzakir (seseorang yang melantunkan dzikr)
mesti duduk seperti dalam salat
sambil menghadap kiblat (qiblah)
dan harus menutup matanya.
Ia mesti mengucapkan kata La ,
sembari menarik bunyi seperti dari pusar,
mengangkatnya ke bahunya,
dan kemudian mengucapkan ilaha,
sembari menarik bunyi itu dari otaknya.
Sesudah itu,
ia mestilah mengetukkannya, yakni
mencamkan kata-kata illa Allah
dengan kuat pada hatinya,
seraya memikirkan bahwa
hanya Allah sajalah sang Kekasih ,
dan bahwa hanya Allah sajalah
Wujud Hakiki dan Tujuan Hakiki
dalam kehidupan.
Ia mesti menandakan atau mengarahkan
semuanya ini kepada Zat Suci Allah semata.
Sang hamba yang baru mulai memasuki tarekat
bakal menafikan dan menegaskan kecintaan,
sang hamba yang tengah memasuki tahap menengah ,
akan menafikan bahwa
hanya Allah sajalah tujuan dalam kehidupan dan
sang 'arif akan menafikan dan menegaskan eksistensi.
Penafian dan penegasan ini
dimaksudkan untuk menyesuaikan keadaan mental
seseorang yang mengingat Allah .
Inilah tahap pertama dalam membersihkan hati.
"Jika engkau tak membersihkan jalan
dengan sapu "Tidak" (La),
Engkau takkan pernah mencapai tahap
"selain Allah" (illa Allah)".
Dr Mir Valiuddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar