Rabu, 24 Februari 2016

ZIKIR DAN KONTEMPLASI DALAM TASAWUF.

Berbagai Metode Zikir ;
Tarekat Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah.

Mengingat Allah adalah santapan jiwa,
Ia mengobati hati yang luka.
                                          ( 'Aththar)

Sesudah mengetahui betapa pentingnya zikir,
sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an dan hadis,
marilah kita melihat berbagai metode zikir (dzikr) lain 
yang diuraikan oleh para Syaikh Sufi Agung.

Kaum Sufi telah menggunakan 
dzikr jali atau "zikir keras",dan 
dzikr khafi atau "zikir diam".

Para Syaikh  ini adalah pemuka dalam berbagai silsilah 
atau Thariqah (tarekat dan Jalan Sufi).
Di sini, 
kami akan menguraikan beberapa zikir 
yang digunakan dalam beberapa tarekat terkenal.

"Lidah dan hatiku amat bahagia,
 dengan mengingat-Nya ,
 dan apakah manusia itu 
 selain hati dan lidah semata ?".

Tarekat Qadiriyyah.

Pemuka  sekaligus pendiri tarekat ini adalah
Sayyid Muhammad Muhyiddin Abdul Qadir Jilani,
yang wafat pada tahun 1266 M , 
di usia sembilan puluh tahun.

Dalam tarekat ini,
dzikr dilakukan dengan keras (yakni bersuara)
tetapi tidak terlalu keras 
sehingga bertentangan dengan hadis 
yang diriwayatkan oleh Abu Musa Asy'ari :

"Wahai manusia !
 Janganlah kalian menyusahkan diri dengan suara keras 
 (maksudnya , ucapkanlah dengan perlahan).
 Kalian tidak sedang menyeru Tuhan yang buta atau  tuli.
 Kalian menyeru Tuhan yang  mendengar kalian, 
 melihat kalian, dan yang bersama kalian.
 Tuhan yang kalian seru ...
 jauh lebih dekat kepadamu
 dari leher untamu".
 (Bukhari - Muslim).

Dzikr utama dalam tarekat ini adalah La ilaha illallah.
Cara melakukannya ialah sebagai berikut :

Sang dzakir (seseorang yang melantunkan dzikr)
mesti duduk seperti dalam salat 
sambil menghadap kiblat (qiblah) 
dan harus menutup matanya.
Ia mesti mengucapkan kata La ,
sembari menarik bunyi seperti dari pusar,
mengangkatnya ke bahunya,
dan kemudian mengucapkan ilaha,
sembari menarik bunyi itu dari otaknya.
Sesudah itu,
ia mestilah mengetukkannya, yakni
mencamkan kata-kata illa Allah 
dengan kuat pada hatinya, 
seraya memikirkan bahwa
hanya Allah sajalah sang Kekasih ,
dan bahwa hanya Allah sajalah 
Wujud Hakiki dan Tujuan Hakiki
dalam kehidupan.

Ia mesti menandakan atau mengarahkan 
semuanya ini kepada Zat Suci Allah semata.
Sang hamba yang baru mulai memasuki tarekat 
bakal menafikan dan menegaskan kecintaan,
sang hamba yang tengah memasuki tahap menengah ,
akan menafikan bahwa
hanya Allah sajalah tujuan dalam kehidupan dan
sang 'arif akan menafikan dan menegaskan eksistensi.

Penafian dan penegasan ini 
dimaksudkan untuk menyesuaikan keadaan mental 
seseorang yang mengingat Allah .
Inilah tahap pertama dalam membersihkan hati.

"Jika engkau tak membersihkan jalan
 dengan sapu "Tidak" (La),
 Engkau takkan pernah mencapai tahap
 "selain Allah" (illa Allah)".

Dr Mir Valiuddin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar