CARA MENDAPATKAN ILMU
(dari kitab Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly)
Ketahuilah bahwa ilmu manusia diperoleh melalui dua jalan, yaitu;
1. Pengajian Insani
2. Pengajian Rabbani
Jalan Yang Pertama
Jalan pertama adalah
jalan yang umum dan saluran yang dapat dirasa,
diakui oleh semua ahli logika.
Adapun Pengajian Rabbani terbagi pada dua bagian yaitu;
Mendapatkan ilmu dengan belajar dan;
Mendapatkan ilmu dari dalam iaitu
dengan menghabiskan waktu untuk bertafakur.
Berfikir dari batin sama dengan pengajian pada lahir.
Pergajian adalah pengambilan faedah seorang peribadi(Al-Syakhos)
dari seorang peribadi bagian(Al-Syakahosul-Juz'ii) yang lain.
Berfikir adalah
pengambilan faedah suatu Jiwa(Al-Nafs) dari Jiwa Keseluruhan (Al-Nafsul-Kulli).
Jiwa Keseluruhan(Al-Nafsul-Kulli) lebih kuat kesannya
dan lebih kuat pengajarannya dari sekelian ulama-ulama dan para ahli akal.
Ilmu-ilmu adalah terhunjam dalam jiwa secara kekuatan,
seperti benih dalam bumi dan
seperti tambang pada dasar lautan atau dalam benda galian.
Belajar ialah
menuntut keluar sesuatu dari kekuatan kepada tindakan
(Minal Quwwati Ila Fi'li) dan
Mengajar ialah
mengeluarkan sesuatu itu dari kekuatan kepada tindakan.
Maka jiwa pelajar adalah serupa dengan jiwa pengajar
dan hampir di antara keduanya dalam nisbah;
seorang Alim dipandang dari segi memberi faedah seperti seorang petani dan
seorang pelajar pula dari segi mengambil faedah seperti tanah
dan ilmu yang mana ketika dalam kekuatan adalah seperti benih
dan ketika dalam tindakan adalah seperti tumbuh-tumbuhan.
Bila sempurna jiwa pelajar,
ia menjadi sebagai pokok yang berbuah
atau seperti tambang yang keluar dari dasar lautan.
Bila kekuatan-kekuatan badaniah dapat menguasai jiwa,
pelajar itu perlu menimbakan pengajiannya,
memperlanjutkan waktu, memikul kesulitan-kesulitan,
kepenatan dan berusaha dalam mencari faedah.
Bila Nur Akal menguasai atasa sifat-sifat perasaan,
seorang penuntut tidak memerlukan pengajian yang banyak.
Hanya dengan sedikit berfikir atau sesaat berfikir
ia mendapat faedah-faedah yang tiada didapati oleh jiwa yang tekun
dengan pengajian selama setahun.
Oleh itu sebagian orang
mendapat ilmu-ilmu dengan hanya belajar dan berfikir sejenak.
Pengajian memerlukan pula berfikir,
karena manusia tiada dapat mempelajari segala sesuatu
baik berupa bagian-bagian dan keseluruhan-keseluruhan,
juga tidak dapat mempelajari semua yang diketahui,
bahkan sebagiannya dapat dengan pengajian
dan sebagiannya pula didapati dengan berfikir.
Kebanyakan ilmu-ilmu teorikal dan ilmu-ilmu teknikal
diruntun keluar oleh Jiwa-jiwa para Hukama'(ahli bijak)
dengan kemurnian hati, kekuatan fikiran, dan ketajaman bashirah mereka
dengan tidak menambahkan pengajian.
Andaikata manusia tidak menghasilkan sesuatu
melalui berfikir dari maklumat pertama
niscaya habislah waktu manusia (untuk mendapatkan sesuatu) dan
niscaya tidak akan lenyap kegelapan jahiliyah dari Qalbu-qalbu manusia;
kerana jiwa tidak akan mampu mengetahui seluruh persoalannya sendiri
baik yang berupa bagian atau keseluruhan melalui belajar;
malah sebagiannya ia dapati dengan pengajian
dan sebagiannya pula ditarik keluar dari hati nurani
dengan kemurnian fikiran.
Inilah cara yang biasa terjadi di kalangan para ulama
dan cara inilah yang menimbulkan kaedah-kaedah segala ilmu
hingga seorang arsitek tidaklah belajar seluruh apa yang diperluinya
dalam sepanjang usiannya,
malah ia belajar garisan-garisan kasar ilmunya
dan kandungan-kandungannya;
kemudian ia menarik keluar(sesuatu)
dan mengqiaskan (menghubungkan) antara satu dengan yang lain.
Begitu juga seorang dokter tidak dapat belajar tentang penyakit-penyakit
setiap orang dengan perinciannya,
juga tidak mampu belajar tentang obat-obat untuk mereka;
malah ia berfikir tentang maklumat secara umum
dan menyelaraskan dengan tiap-tiap seorang menurut keadaan tubuhnya.
Juga seorang ahli nujum,
ia hanya belajar ilmu nujum secara umum saja,
kemudian ia berfikir dan memberikan bermacam-macam ketetapan.
Begitu juga ahli fiqih dan seorang sastrawan dan seterusnya
begitu juga yang terjadi dalam kalangan para ahli perusahaan,
seorang pembuat alat musik, yaitu
gambus dapat mereka (mencipta) dengan fikirannya,
manakala yang lain menghasilkan dari alat itu suatu alat yang lain pula.
Begitu juga seluruh barang-barang perusahaan;
baik untuk keperluan badan atau untuk keperluan jiwa
pada mulanya didapati melalui belajar
dan untuk seterusnya dia dapati melalui fikiran.
Apabila pintu fikiran pada jiwa sudah terbuka,
ketahuilah ada cara jalan berfikir
dan cara menggunakannya untuk mencapai tujuan.
Maka
Qalbu seseorang menjadi lega dan terbukalah mata batinnya,
lalu keluar apa yang ada di dalam jiwanya dari kekuatan kepada tindakan
tanpa penambahan usaha pencarian dan kepenatan yang berlanjutan.
Jalan Yang Kedua.
Pengajian Rabbani terbagi pada dua bagian yaitu;
Yang Pertama :
Penancapan Wahyu.
Jiwa itu bila telah sempurna zatnya,
maka hilanglah kotoran-kotoran tabiat dan kecemaran loba dan angan-angan.
Terpisahlah pandangan daripada syahwat keduniaan,
putus hubungan dari cita-cita yang tidak abadi,
mengarahkan mukanya kepada pencipta dan penjadiNya,
Bergantung kepada kemurahan penciptaan
dan berpegang pada karunia faedah daripadaNya dan limpahan NurNya.
Manakala Allah Taala pula dengan keelokkan InayahNya
mengarahkan kepada jiwa itu secara keseluruhan,
memandang kepadanya secara pandangan Ilahi
dan menjadikan sebagai Luh,
Menjadikan Jiwa Keseluruhan(Al-Nafsul Kulli) sebagai Qalam
dan menuliskan pada Luh itu seluruh ilmu,
ketika itu Akal Keselurahan (Al-'Aqlu Kulli) menjadi sebagai guru
dan Jiwa Suci (Al-Nafsul Qudsiah)
[Jiwa suci ialah Jiwa Kenabian yang telah sempurna zatnya] sebagai pelajar,
lalu terdapatlah semua ilmu pada jiwa itu
dan terukir padanya seluruh rupa tanpa pengajian dan fikiran.
Ini dibuktikan kebenarannya oleh firman Allah Taala kepada Nabi SAW:
وَأَنزَلَ اللَّهُ عَلَيكَ الكِتٰبَ وَالحِكمَةَ وَعَلَّمَكَ ما لَم تَكُن تَعلَمُ
Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu,
dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.
(Surah Al-Nisaa';113)
Oleh karena itu ilmu para Nabi lebih mulia tingkatannya
dari ilmu seluruh makhluk,
karena ia didapati langsung dari Allah Taala
tanpa perantaraan atau wasilah.
Ini dapat dlihat contohnya dari kisah kisah Nabi Adam AS. dan malaikat,
Malaikat adalah belajar sepanjang usia mereka
dan meniti berbagai jalan mereka mendapat banyak ilmu
hingga mereka menjadi makhluk yang paling mengetahui,
sedangkan Adam AS. tidaklah Alim,
karena ia tidak pernah belajar dan tidak pernah menemui seorang guru.
Para malaikat melahirkan kesombongan dan takbur mereka dengan berkata;
وَنَحنُ نُسَبِّحُ بِحَمدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
"padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
dan menyucikan Engkau?"
{Surah Al-Baqarah;30}.
Dan berkata bahwa kami mengetahui hakikat-hakikat segala sesuatu.
Maka Adam AS.
pun kembali kepada penciptanya,
mengeluarkan Qalbunya dari sifat-sifat makhluk
dan mengarahklan permintaan tolongnya kepada Allah Taala,
lalu Allah mengajarkannya seluruh Nama;
وَعَلَّمَ ءادَمَ الأَسماءَ كُلَّها ثُمَّ عَرَضَهُم عَلَى المَلٰئِكَةِ فَقالَ أَنبِـٔونى بِأَسماءِ هٰؤُلاءِ إِن كُنتُم صٰدِقينَ
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
""Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang orang-orang yang benar
{Surah Al-Baqarah;31}.
Maka malaikat pun merasa kecil di samping Adam,
merasa kurang ilmu mereka
dan pecahlah kepala kesombongan mereka
lalu tenggelam dalam lautan kelemahan;
قالوا سُبحٰنَكَ لا عِلمَ لَنا إِلّا ما عَلَّمتَنا ۖ إِنَّكَ أَنتَ العَليمُ الحَكيمُ
"Mereka menjawab:
""Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana"
{Surah Al-Baqarah; 32}.
Allah berfirman lagi :
قالَ يٰـٔادَمُ أَنبِئهُم بِأَسمائِهِم
"Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini".
{Surah Al-Baqarah;33).
Adam AS pun memberitahu kepada mereka
beberapa ilmu yang terpendam
dan beberapa perkara yang tersembunyi.
Dari ini jelaslah bagi orang-orang yang berakal bahwa
Ilmu Ghoibi yang tercetus dari jiwa ialah
lebih kuat dan lebih sempurna dari ilmu-ilmu yang didapati dengan usaha
(Al-Uluumul Maktasabah).
Ilmu Wahyu ini menjadi pusaka Nabi-Nabi dan kepunyaan Rasul-Rasul.
Allah telah menutup pintu wahyu ini
sejak dari zaman penghulu kita Nabi Muhammad SAW.
Ia adalah Rasul Allah SAW. dan Nabi yang penghabisan.
Ia adalah manusia yang paling mengetahui,
orang Arab dan 'Ajam yang paling fasih.
Nabi SAW pernah bersabda yang artinya:
"Akulah yang paling tahu di antara kamu dan yang paling takutkan Allah Taala".
Ilmunya lebih sempurna,
lebih mulia dan lebih kuat,
karena ia dapati ilmu ini dari Pengajaran Rabbani
dan ia tiada sekali-kali berkecimpung
dalam Pengajian dan Pengajaran Insani.
Allah Taala berfirman :
عَلَّمَهُ شَديدُ القُوىٰ
"Iyang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat".
{Surah Al-Najm;05}.
Yang Kedua : Ilham.
Ilham ialah pemberitahuan oleh Jiwa Keseluruhan (Al-Nafsul Kulliah)
kepada Jiwa Bahagian (Al-Nafsul Juz'iyah) manusia
menurut kadar kemurnian, penerimaan dan kekuatan persediaan.
Ilham adalah kesan Wahyu.
Wahyu adalah penerangan Urusan Ghoibi
manakala Ilham ialah pemaparannya.
Ilmu yang didapati melalui Ilham dinamakan Ilmu Laduni.
Ilmu Laduni ialah
ilmu yang tidak ada perantaraan
dalam mendapatkannya di antara jiwa dan Allah Taala.
Ia adalah seperti cahaya yang datang dari lampu Qhaib
jatuh ke atas Qalbu yang bersih, kosong lagi halus(Lathif).
Terjadinya demikian karena ilmu-ilmu seluruhnya adalah
terterap lagi dimaklumi dalam Jauhar Jiwa Keseluruhan Yang Pertama
(Jauharul Nafsul Kulliyatul Uula)
yang mana beradanya(jauhar ini)
dalam jauhar-jauhar Abstrak Yang Pertama Lagi Mutlak
(All-Jawaahirul Mujarridatul Awwaliyatul Mahdhoh)
dinisbahkan kepada Akal Pertama(Al-Aqlu Awal) adalah
serupa dengan nisbah Hawa kepada Adam AS.
Sesungguhnya telah nyata bahwa
Akal Keseluruhan(Al-Aqlul Kulli) adalah
lebih mulia, lebih sempurna, lebih kuat dan lebih hampir
dengan Allah Taala daripada Jiwa Keseluruhan(Al-Nafsul Kulliyah) adalah
lebih teguh, lebih halus dan lebih mulia daripada seluruh makhluk.
Dari limpahan Akal Keseluruhan tercetusnya Ilham.
Wahyu adalah pakaian Nabi-Nabi dan Ilham adalah hiasan Wali-Wali.
Mengenai Ilmu Wahyu(Ilmu Nabawi) pula sebagaimana Jiwa bukannya Akal,
orang Wali bukannya Nabi,
maka begitu juga Ilham bukannya Wahyu.
Ilham adalah lemah dibandingkan dengan Wahyu,
tetapi lebih kuat dibandingkan dengan mimpi-mimpi(mimpi yang benar),
sedangkan ilmu (Ilham atau Ilmu Laduni) adalah ilmu Nabi-Nabi dan Wali-Wali.
Adapun Ilmu Wahyu hanya khas untuk Rasul-Rasul,
terbatas mereka saja seperti
Ilmu Nabi Adam dan Nabi Musa AS., Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW.
dan Rasul-Rasul yang lain.
Perbedaan di antara "Kerasulan" dan "Kenabian" terletak pada bahwa
"Kenabian" itu ialah
penerimaan jiwa suci akan hakikat-hakikat maklumat
dan ma'quulah dari Jauhar Akal Yang Pertama dan
"Kerasulan" ialah
menyampaikan maklumat dan ma'quulat itu
kepada orang-orang yang mau mengambil faedah
dan yang mahu menerimanya.
Kadang-kadang ada penyesuaian
untuk menyampaikan pada jiwa seseorang,
tetapi tidak mungkin mau disampaikan
karena ada halangan atau sebab yang tertentu.
Ilmu Laduni adalah untuk ahli Kenabian dan Kewalian,
sebagaimana yang terjadi pada Nabi Khaidir AS.
Hal ini ada tersebut dalam firmanNya;
وَعَلَّمنٰهُ مِن لَدُنّا عِلمًا
"Dan Kami telah ajarkan ilmu dari sisi Kami". {Surah Al-Kahfi;65}
Berkata Amir Mukminin Ali bin Abi Thalib Karramallaha Wajhahu;
"Aku memasukkan lidahku ke dalam mulutku(mengunci mulutku)
lalu terbuka dalam Qalbuku seribu pintu ilmu,
tiap-tiap pintu terdapat seribu pintu pula",
seterusnya ia berkata,
"Andaikan disuratkan kepadaku suatu bantal
dan kududuk di atasnya
nescaya ku dapat menghukumkan
ahli Taurat
dengan Taurat mereka
dan ahli Injil
dengan Injil mereka dan
ahli al-Qur'an
dengan Qur'an mereka".
Ini adalah tingkat
yang tiada dapat dicapai dengan Pengajian Insani semata-mata
malah dapat dicapai dengan kekuatan Ilmu Laduni.
Berkata lagi Sayyidina Ali lagi
dalam menceritakan tentang Kitab Taurat Nabi Musa AS., bahwa
syarah kitab ini dapat dibawa dengan empat puluh ekor unta,
katanya;
Jika diizinkan Allah mensyarahkan makna-makna Surah Al-Fatihah(saja)
niscaya aku dapat melaksanakannya hingga sampai seperti itu juga".
artinya 40 bebanan unta.
Kebanyakan, keluasan dan kebukaan dalam ilmu ini tdak terjadi,
melainkan ilmu itu adalah Laduni, Ilahi lagi tinggi.
Bila Allah hendak menjadikan hambanya seseorang yang baik,
Ia(Allah) menyingkapkan hijab di antara ZatNya dan jiwa yang menjadi Luh,
lalu lahirlah pada jiwa itu sebagian dari rahsia-rahsia yang terpendam
dan tertulis makna-makna segala rahasia yang terpendam ini.
Dengan ini
dapatlah jiwanya mengucapkan rahasia-rahasia yang terpendam ini
menurut kehendak kepada siapa yang dikehendakinya.
Hakikat hikmah adalah diambil dari Ilmu Laduni,
selagi seseorang itu tidak sampai kepada tingkat ini,
tidak dapat dianggap sebagai seseorang yang HAKIM (bijak),
karena hikmah adalah dari karunia Allah Taala
sebagaimana firmanNya dalam Surah Al-Baqarah;269
يُؤتِى الحِكمَةَ مَن يَشاءُ ۚ وَمَن يُؤتَ الحِكمَةَ فَقَد أوتِىَ خَيرًا كَثيرًا ۗ وَما يَذَّكَّرُ إِلّا أُولُوا الأَلبٰبِ
" Allah menganugrahkan al hikmah
(kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah)
kepada siapa yang Dia kehendaki.
Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu,
ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak.
Dan hanya orang-orang yang berakallah
yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."
Ini adalah karena orang-orang yang sampai kepada tingkat Ilmu Laduni
tidak memerlukan penumpahan tenaga yang banyak
untuk mendapatkan ilmu dan tidak payah dalam pengajian.
Mereka belajar sedikit dan mengetahui banyak,
berpenat sedikit dan beristirahat banyak.
Ketahuilah
bila Wahyu itu telah terhenti dan pintu Kerasulan telah ditutup,
manusia tidak perlu lagi kepada rasul-rasul dan menyebarkan agama baru.,
kerana segala yang berhubung dengan agama
telah lengkap sempurna sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Maidah;3 :
اليَومَ أَكمَلتُ لَكُم دينَكُم وَأَتمَمتُ عَلَيكُم نِعمَتى وَرَضيتُ لَكُمُ الإِسلٰمَ دينًا
:"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu"
Ada pun pintu Ilham tidak tertutup,
perbekalan Nur Jiwa Keseluruhan(Al Nafsu Kulliah) tidaklah terhenti,
karena berlanjutan keperluan jiwa-jiwa
kepada penguatan, pembaharuan dan pengingatan.
Manusia tidak memerlukan rasul-rasul,
tetapi karena mereka tenggelam dalam was-was dan syahwat,
mereka memerlukan pengingatan dan penyadaran.
Oleh itu
Allah Taala mengunci pintu Wahyu
dan membuka pintu Ilham sebagi rahmatNya.
Ia merancang dan menyusun segala-galanya
supaya manusia tahu bahwa
Allah adalah lembut dengan para hambaNya.
mengaruniakan rizki kepada siapa yang dikehendaki
tanpa batas.
KESIMPULAN:
Sebelum ini telah diterangkan mengenai Ilmu Tasawuf
sebenarnya termasuk dalam jenis-jenis ilmu,
malahan Ilmu Tasawuf itu mempunyai sifat-sifat yang lebih istimewa lagi
di banding dengan ilmu-ilmu lain.
Dalam fasal ini Imam Ghazali akan menerangkan kepada kita
bagaimana cara-cara dan kaedah untuk mendapatkan segala jenis ilmu itu.
Ia membaginya cara-cara itu kepada dua bagian penting yaitu;
1. Pengajian Insani dan
2. Pengajian Rabbani
Pengajian Insani adalah dengan dua cara pula yaitu;
1. Dari Luar (Mendapatkan ilmu dengan pengajian biasa)
2. Dari Dalam
(Mendapatkan ilmu dengan berfikir hingga dapat dicungkil ilmu itu dari batin jiwa yaitu jiwa keseluruhan [An-Nafs Al-Kulli] atau [Al-Luh Al-Mahfuz],
kemudian barulah ilmu itu terukir pada jiwa.
Pengajian Rabbani juga terbagi kepada dua cara yaitu;
1. Menerusi Wahyu dan
2. Menerusi Ilham.
Kedua-dua cara ini lebih tinggi tingkatnya
dari cara mendapatkan ilmu dari cara berfikir
seperti yang dinyatakan di atas.
Wahyu dan Ilham adalah datang dari Zat Allah dan akal keseluruhan (Al-'Aqlul Kulli) menerusi Jiwa Keseluruhan (Al-Nafs Al-Kulli),
kemudian baru terukir pada jiwa.
Meskipun kedua-duanya mempunyai saluran yang sama,
Wahyu itu lebih tinggi dari daripada Ilham.
Wahyu untuk Nabi-nabi dan Rasul-rasul
dan Ilham untuk Nabi-nabi dan Wali-wali Allah.
Ilmu yang didapati menerusi Ilham inilah dinamakan 'ILMU LADUNI'.
Pintu Wahyu telah tertutup sekarang
dan pintu Ilham masih terbuka sebagai rahmat dari Allah.
Wallahu A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar