Hikmah pagi ini:
Ini adalah barang langka.
Akan tetapi, bukan berarti itu tidak ada.
Apakah barang langka itu?
KETULUSAN.
Dan hati Anda pun serasa disiram embun
ketika menyimak contoh-contoh berikut ini.
Jarang orang tahu, Syafruddin Prawiranegara,
pria campuran Minang dan Banten, pernah memimpin Indonesia.
Bahkan ia disebut-sebut sebagai Presiden Indonesia.
"Jadi, Pak Syaf adalah presiden yang menggantikan Bung Karno?" tanya Kamil Koto.
"Tidak persis begitu. Secara tugas, memang iya.
Tapi saya lebih suka disebut sebagai Ketua PDRI, bukan Presiden PDRI,"
jawab Syafruddin dengan rendah hati.
Saat itu, keadaan lagi darurat. Soekarno-Hatta ditangkap.
Syafruddin pun terpaksa bertindak sebagai pemimpin tertinggi di republik ini.
Sekitar 200 hari kemudian tepatnya pada 14 Juli 1949,
dengan penuh ketulusan, jabatan sebagai pemimpin tertinggi itu
ia serahkan kembali kepada Soekarno-Hatta. Sejenak,
coba kita bayangkan.
Sekiranya itu terjadi pada politisi zaman sekarang,
mungkinkah jabatan itu diserahkan dengan dengan sukarela?
Entahlah.
Contoh ketulusan berikutnya adalah Buya Hamka.
Karena perbedaan ideologi,
pria kelahiran Maninjau ini sempat dimusuhi oleh tiga tokoh besar:
- Ir. Soekarno (Presiden Pertama RI)
- Mohammad Yamin (perumus dasar negara)
- Pramoedya Ananta Toer (budayawan ternama)
Soekarno pernah memenjarakan Hamka selama lebih dari 2 tahun.
Namun ketika sakit-sakitan, Soekarno malah berpesan,
“Bila aku mati kelak,
minta kesediaan Hamka menjadi imam shalat untuk jenazahku.”
Permintaan itu pun dipenuhi oleh Hamka.
Tulus, tanpa dendam.
Mohammad Yamin sering mencecar Hamka di berbagai seminar dan forum.
Namun ketika Yamin sekarat di rumah sakit,
Yamin malah meminta Hamka untuk mendampinginya sampai akhir hayatnya.
Permintaan itu pun dipenuhi oleh Hamka.
Tulus, tanpa dendam.
Pramoedya Ananta Toer sering menyerang Hamka melalui tulisan di rubrik-rubriknya. Namun ketika putrinya hendak menikah,
Pramoedya malah menyuruh putrinya dan calon menantunya menemui Hamka,
untuk meminta nasehat-nasehat dari Hamka.
Permintaan pun dipenuhi oleh Hamka.
Tulus, tanpa dendam.
Betapa indahnya ketulusan yang diperagakan
oleh Syafruddin Prawiranegara dan Buya Hamka.
Hendaknya ini menjadi penyemangat bagi kita
di tengah keringnya contoh ketulusan di negeri ini.
Ada baiknya kalau kita share.
Sengaja saya pilihkan dua tokoh ini.
Bukan kebetulan,
Hamka lahir pada 17 Februari dan Syafruddin lahir pada 28 Februari.
Semoga amal-amal mereka diterima di sisi-Nya.
dan pahala surga. Aamiin YRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar