Tujuan Talqin dan Bai'at
:::::::::::::::::::::::::::::::::::
Nabi Muhammad SAW. bersabda :
"Talqinkanlah oleh kamu orang-orang yang akan mati
dengan kalimat Laa Ilaaha Illalaah".
Maksud yang akan mati disini ialah
kita orang-orang yang masih hidup
yang hatinya belum mampu berdzikir/mengingat Allah,
maka segera ditalqinkan/tanyakan kepada Ahlinya/Guru Mursyid.
Hadist tersebut menunjukkan betapa pentingnya "Talqin Dzikir"
harus mulai dari sekarang
supaya hati kita selalu hidup dan mampu mengingat Allah,
baik dalam keadaaan sehat maupun pada waktu akan lepasnya nyawa
yang kita cintai.
Jadi talqin dzikir itu bukan hanya penting pada sakaratul maut saja.
Karena jika hanya mengandalkan pada waktu akhir hayat,
belum tentu dia mampu mengucapkan dzikrullah,
karena bukanlah lisan yang bicara semata
tetapi harus disertai hati dengan keimanannya.
"Talqin", asal kata dari laqqana, yulaqqinu, talqiinan,
artinya "Menuntun, atau tuntunan".
Dan merupakan peringatan/tuntunan guru kepada muridnya
yang harus diikuti dengan seksama.
Dengan ditalqin dzikir kita akan dapat tuntunan/peringatan.
Dengan dasar Firman Allah swt. :
Artinya :
Maka berilah peringatan,
karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat
bagi orang-orang yang beriman." (QS. Adz-Dzariyyah : 55).
Manusia pertama yang menerima talqin dzikir ialah Nabi Adam a.s.
Sebagaimana digariskan dalam Al-Qur'an :
Artinya :
"Kemudian Adam ditalqin/diilhami beberapa kalimat oleh Tuhannya,
lalu Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha menerima toubat dan Penyayang".
(QS. Al-Baqarah :37).
Ilham itu kalimat Thayyibah Laa Ilaaha Illallaah
yang diajarkan kepada Nabi Adam a.s. dipatuhinya.
Sedangkan Nabi Muhammad saw. menerima talqin dzikir di Gua Hira',
sesuai dengan wahyu pertama surat Al-Alaq ayat 1-2 sebagai berikut :
Artinya :
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan!
Yang menciptakan manusia dari segumpal darah".
(QS. Al-Alaq :1-2).
Diikrarkan dengan lisan,
kemudian hati membenarkan
dengan tawajjuh (menghadapkan) diri kita
ke hadirat Ilahi Rabbi.
Maksud dan rencana itu tidak akan berhasil,
manakala umat manusia tidak ditauhidkan,
disatukan hati dan jiwanya dalam satu aqidah
yang pantas dan berhak,
tidak boleh ada tandingannya,
apa dan siapapun yaitu Allah swt.
Allah memutuskan dan menetapkan, bahwa
hanya Dia sendiri Zat yang harus di-ibadati, dimitoskan dan dikultuskan,
tanpa ada tandingan apa atau siapapun.
Dengan riset dan observasi yang cermat, teliti, bahwa
Dzat Maha Akbar itu adalah Allah sendiri,
sebagai Malikal Mulki dan sebagai Rabbu Ma'bud,
dimana mendengar dan mentaati-Nya adalah mutlak.
Talqin itu peringatan guru kepada murid,
sedang bai,at- yang juga dinamakan 'ahad,
adalah sanggup dan setia murid dihadapan gurunya
untuk mengamalkan dan mengerjakan segala kebajikan
yang diprintahkannya.
Banyak hadist yang menerangkan kejadian Nabi mengambil 'ahad
pada waktu membai'at sahabat-sahabatnya.
Diriwayatkan oleh Ahmad r.a. dan Tabrani r.a. bahwa
Rosullullah SAW. penah mentalqinkan sahabat-sahabatnya
secara berombongan dan perseorangan.
Talqin berombongan pernah diceritakan oleh Syaddad bin "Aus r.a. :
"Pada suatu ketika kami berada dekat Nabi SAW.
Nabi SAW. bersabda" :
Apakah ada diantaramu orang asing? maka jawab saya, tidak ada".
Lalu Rosulullah SAW. menyuruh menutup pintu dan berkata :
"Angkat tanganmu dan ucapkanlah Laa Ilaaha Illallaah,
seterusnya beliau berkata :
"Segala puji bagi Allah wahai Tuhanku,
Engkau telah mengutus aku dengan kalimat ini dan
Engkau menjadikan dengan ucapannya kurnia syurga kepadaku
dan bahwa Engkau tidak sekali-kali menyalahi janji".
Kemudian beliau berkata pula :
"Belumkah aku memberi kabar gembira kepadamu bahwa
Allah telah mengampuni bagimu semua?".
Maka Rosulullah SAW, bersabda :
"Tidaklah ada segolongan manusiapun yang berkumpul
dan melakukan dzikir dengan tidak ada niat lain
melainkan untuk Tuhan semata,
kecuali akan datang suara dari langit.
Bangkitlah kamu semua,
kamu sudah diampuni segala dosamu
dan sudah ditukar kejahatannya yang lampau
dengan kebajikan".
Oleh karena itu Allah berfirman :
Artinya :
" Maka bergembiralah kami dengan bai'atmu
yang telah kamu lakukan itu adalah kejayaan yang agung".
QS. At-Taubah : 111).
Tentang bai'at perseorangan pernah diceritakan oleh Yusuf Al-Kurani r.r.
dan teman-temannya dengan sanad yang syah :
"Bahwa syaidina "Ali k.w. bertanya kepada nabi :
"Ya Rosulullah
tunjukilah aku jalan yang sependek-pendeknya kepada Allah
dan yang semudah-mudahnya
dan yang paling utama dapat ditempuh oleh hambaNya
pada sisi Allah?.
Maka bersabdalah Rosulullah :
"Hendaknya kamu lakukan dzikrullah yang kekal (dzikir dawam)
dan ucapan yang paling utama pernah kulakukan
dan dilakukan oleh Nabi-nabi sebelum aku,
yaitu Laa Ilaaha Illallaah.
Jika ditimbang tujuh petaka langit dan bumi dalam satu daun timbangan,
dan kalimat Laa Ilaaha Illallaah dalam satu timbangan yang lainnya,
maka akan lebih berat kalimat Laa Ilaaha Illallah
dalam daun timbangan yang lain".
Kemudian ia berkata :
" Wahai 'Ali, tidak akan datang kiamat
jika di atas muka bumi ini masih ada orang
yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah.
Syaidina 'Ali berkata :
" Bagaimana caranya aku berdzikir itu ya Rosullallah?.
Nabi menjawab :
" Pejamkan kedua matamu
dan dengarkan aku mengucapkan tiga kali,
kemudian engkau mengucapkan tiga kali pula,
sedangkan aku mendengarkannya.
Maka berkatalah Rosullullah
Laa Ilaaha Illallaah tiga kali,
sedangkan kedua mataku dipejamkan,
dan suaranya dikeraskan,
serta 'Ali mendengarkannya.
Kemudian 'Ali mengucapkan
Laa Ilaaha Illallaah tiga kali,
dan Nabi mendengarkannya.
Demikian cara talqin dzikir
yang disampaikan oleh 'Ali bin Abi Thalib k.w.
yang kemudian diterangkan, bahwa
talqin dzikir hati yang bersifat bathiniyah,
dilakukan dengan isbat tidak dengan nafi, yaitu
dengan lafadz isim zat
seperti yang difirmankan oleh Allah dalam Al-Quran :
Artinya : " Katakanlah "Allah",
kemudian tinggalkanlah sifat mereka
bermain-main didalam kesesatan.
QS. An'Aam : 91).
Nabi memperingatkan syaiyyidina 'Ali k.w. :
"Wahai 'Ali pejamkan matamu,
katupkan dan lipatkan lidahmu,
lalu sebut : "Allah, Allah".
Inilah cara yang pernah dipelajari dan diambil
Syaiyyidina Abu Bakar r.a.secara rahasia (mengisi perasaan)
daripada Nabi, dan
inilah dzikir yang boleh terhujam teguh
sampai ke dalam hati.
Karena inilah Nabi memuji Syaiyyidina Abu Bakar r.a.
bukan karena banyak puasa dan shalat,
tetapi karena sesuatu yang terhujamkan dalam hatinya.
Firman Allah dalam Al-Quran :
Artinya :
"Dan mereka yang mempunyai iman yang teguh
serta tetap tenang hatinya dengan dzikrullah,
bukankah dzikrullah itu menenangkan dan menentramkan hati?".
QS. Ar-Ra'du :28).
Jalan atau Thariqah yang kedua macam ini
tentang dzikir jahar dan khafi adalah
pokok daripada seluruh Thariqah,
kemudian tersiarlah dalam pencariannya
dengan kurnia Tuhan Yang Maha Pemurah.
Cuplikan dari Kitab Miftahushshudur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar