Kamis, 25 Februari 2016

ZIKIR DAN KONTEMPLASI DALAM TASAWUF.

Zikir Nama Zat Allah.

Nama Zat, yakni Allah,
juga diucapkan dengan keras dengan salah satu cara berikut ini :

1. Dzikir dengan satu dharb (atau ketukan).
Sang dzakir mestilah mengucapkan nama maha pengasih Allah 
dengan kekuatan hati dan tenggorokan 
dengan cara yang tegas , keras, serta memanjangkannya.
Kemudian, 
ia boleh berhenti mengambil nafas, 
dan kemudian,
melanjutkan dzikr selama mungkin.
Inilah dzikr yang sangat sederhana, 
tetapi efektif dan indah.

2. Dzikr dengan dua dharb,
Sang dzakir duduk dalam posisi salat (vajraan istilah yoga),
menghadap kiblat , dan mengucapkan nama Allah,
ambil menoleh ke kiri sekali, dan 
kedua kalinya mencamkan nya pada hati.
Ia mesti terus menerus mengulanginya tanpa henti.
Ketukan mestilah dilakukan dengan sekuat-kuatnya 
agar hati terkena pengaruh nya ,
dan kemudian menjadi tenang 
serta agar bisikan-bisikan jahat bisa dihilangkan,

3.Dzikr dengan tiga dharb .
Sang dzakir mesti duduk bersila.
Ia mengenakan ketukan  ini sekali 
pada lutut kaki kanannya,
lalu pada lutut kaki kirinya 
dan terakhir pada hati.
Ketukan ini  mesti lebih kuat dan lebih keras.

4. Dzikr dengan empat dharb,
Sang dzakir mesti duduk bersila.
Ia mengenakan ketukan pertama 
pada lutut kaki kanannya,
kemudian pada lutut kaki kirinya, 
lalu pada hatinya
dan terakhir pada yang ada di depannya.
Dharb  terakhir ini mestilah dilakukan 
dengan suara kuat dan dipanjangkan.

Perlu disebutkan di sini bahwa berbagai posisi dan metode dzikr 
yang berbeda , yang digunakan oleh para Syaikh tarekat,
berpijak pada interpretasi-interpretasi mereka.
Melalui berbagai interpretasi ini, 
mereka ingin mengembangkan dalam diri sang dzakir ,
perasaan untuk tidak mementingkan diri sendiri,
kerendah-hatian, ketundukan, kedamaian jiwa, dan kebahagiaan.
Selanjutnya,
mereka memperhatikan kebenaran psikologis juga,
bahwa manusia secara tidak sengaja 
memperhatikan berbagai arah yang berbeda pula.
Dengan demikian,
dengan berbagai posisi berbeda , 
mereka bermaksud 
mencegah sang dzakir memperhatikan 
segala sesuatu selain Allah semata.

Nabi Muhammad juga melarang orang-orang Muslim 
berdiri berkacak pinggang , sebagaimana 
dilakukan orang-orang yang kasar yang tidak sopan.
Berdiri dengan cara seperti ini , 
sering kali menyebabkan kelemahan 
dan tidak sesuai dengan semangat dalam melakukan ibadah.

Para Syaikh dari berbagai tarekat 
telah menciptakan berbagai posisi yang berbeda 
untuk membangun konsentrasi mereka pada Allah 
dengan sama sekali mengabaikan yang lainnya.

Ini dilakukan untuk mencapai tujuan akhir , 
yakni merasakan kehadiran Allah dan hadir bersama Allah.
Karena nya, 
kesemuanya ini tidak berentangan dengan syari'at Islam.

Akan tetapi, 
ketika efek-efek atau zikir keras timbul 
dalam diri sang dzakir ,
yakni api kerinduan pada Allah tersulut 
dan nama Allah membuat hatinya bahagia
serta bisikan-bisikan jahat dan perasaan munafik sepenuhnya
menjadi hilang atau berkurang sama sekali ,
dan ketika ia lebih mencintai  Allah 
ketimbang segala sesuatu selain-Nya,
maka ia pun diperintahkan untuk melakukan dzikr khafi
atau "zikir diam".

Konon, 
jika seseorang hamba mengulang-ngulang nama Allah 
sebanyak empat ribu kali siang-malam, 
sesuai dengan metode-metode dzikr keras 
yang dipaparkan diatas selama dua bulan,
maka bakal lahir efek-efek ini,
entah sang dzakir itu jahil atau pandai.

"Allah, Allah adalah nama Zat Kekasih murni,
 Nama agung ini dimaksudkan untuk mendekati-Nya.
 Allah, Allah , betapa indah cita-rasa 
 yang dituangkannya,
 Setiap huruf kata ini memabukkan kehidupan
 dengan anggur cinta".

Dr. Mir Valiuddin.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar