Sabtu, 27 Februari 2016

Pembagian Tauhid dalam Al Qur’an

Pembagian Tauhid dalam Al Qur’an.

Pembagian yang populer di kalangan ulama adalah 
pembagian tauhid menjadi tiga yaitu 
tauhid rububiyah, 
uluhiyah, dan 
asma’ wa shifat. 

Pembagian ini terkumpul dalam firman Allah dalam Al Qur’an:
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً

“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi 
dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, 
maka sembahlah Dia 
dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. 
Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia 
(yang patut disembah)?” (Maryam: 65).

Perhatikan ayat di atas:

(1). Dalam firman-Nya (رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ) 
(Rabb (yang menguasai) langit dan bumi) 
merupakan penetapan tauhid rububiyah.

(2). Dalam firman-Nya (فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ) 
(maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya) 
merupakan penetapan tauhid uluhiyah.

(3). Dan dalam firman-Nya (هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً) 
(Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia?) 
merupakan penetapan tauhid asma’ wa shifat.


Berikut penjelasan ringkas tentang tiga jenis tauhid tersebut:

[1] Tauhid rububiyah.
Maknanya adalah mengesakan Allah 
dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. 
Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah:
أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” 
(Al- A’raf: 54).

[2] Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah.
Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatanya kepada Allah 
dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk (hamba). 
Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, 
yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. 

Allah Ta’ala berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ
”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, 
Dialah yang hak dan sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah batil” 
(Luqman: 30).

[3] Tauhid asma’ wa shifat.
Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla 
dengan nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. 

Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian. 

Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah 
sebagaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sunnah nabi-Nya, 
dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. 

Dalam menetapkan sifat bagi Allah 
tidak boleh melakukan ta’thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif. 

Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, 
dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” 
(Asy-Syuura: 11) (Lihat Al-Qaulul Mufiiid I/7-10).

Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja yaitu 
tauhid dalam ma’rifat wal itsbat (pengenalan dan penetapan) dan 
tauhid fii thalab wal qasd (tauhid dalam tujuan ibadah). 

Jika dengan pembagian seperti ini 
maka tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa shifat 
termasuk golongan yang pertama 
sedangkan tauhid uluhiyah adalah golongan yang kedua 
(Lihat Fathul Majid 18).

Pembagian tauhid dengan pembagian seperti di atas 
merupakan hasil penelitian para ulama 
terhadap seluruh dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah.
 Sehingga pembagian tersebut bukan termasuk bid’ah 
karena memiliki landasan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Judul: Mutiara Faidah Kitab Tauhid 
Kode : MFKT
Penulis: Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam
Penerbit: Pustaka Muslim Yogyakarta
Dimensi: 16 cm x 23,5 cm
Harga: Rp. 65.000.

Pemesanan dapat menghubungi kami 
melalui email pustaka_muslim@yahoo.com atau melalui nomor 085290888668 
(CALL / SMS / WA) PIN BBM: 522C270A 
| kunjungi situs kami di http://pustaka.muslim.or.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar