Sabtu, 20 Februari 2016

SYAIKH ABU YAZID BUSHTAMI.

Diriwayatkan oleh Syaikh Syamsuddin at-Tabrizi bahwa 
suatu hari ketika Syaikh Abu Yazid al-Busthami 
sedang dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji, 
beliau mengunjungi seorang sufi di Bashrah. 

Secara langsung dan tanpa basa-basi, 
sufi itu menyambut kedatangan beliau dengan sebuah pertanyaan: 
“Apa yang anda inginkan hai Abu Yazid?”.
Syaikh Abu Yazid pun segera menjelaskan:
 “Aku hanya mampir sejenak, 
karena aku ingin menunaikan ibadah haji ke Makkah”.
“Cukupkah bekalmu untuk perjalanan ini?” tanya sang sufi.
“Cukup” jawab Syaikh Abu Yazid.
“Ada berapa?” sang sufi bertanya lagi.
“200 dirham” jawab Syaikh Abu Yazid.

Sang sufi itu kemudian dengan serius 
menyarankan kepada Syaikh Abu Yazid: 
“Berikan saja uang itu kepadaku, 
dan bertawaflah di sekeliling hatiku sebanyak tujuh kali”.

Ternyata Syaikh Abu Yazid masih saja tenang, 
bahkan patuh dan menyerahkan 200 dirham itu kepada sang sufi 
tanpa ada rasa ragu sedikitpun. 

Selanjutnya sang sufi itu mengungkapkan: 

“Wahai Abu Yazid, 
hatiku adalah rumah Allah, 
dan ka’bah juga rumah Allah. 
Hanya saja perbedaan antara ka’bah dan hatiku adalah, 
bahwasanya 
Allah tidak pernah memasuki ka’bah semenjak didirikannya, 
sedangkan Ia tidak pernah keluar dari hatiku 
sejak dibangun oleh-Nya”.

Syaikh Abu Yazid hanya menundukkan kepala, 
dan sang sufi itupun mengembalikan uang itu kepada beliau dan berkata: 
“Sudahlah, lanjutkan saja perjalanan muliamu menuju ka’bah” perintahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar