Minggu, 21 Februari 2016

TEKNIK MUJAHADAH BAGI PARA SALIK

TEKNIK MUJAHADAH BAGI PARA SALIK.

Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, 
prinsip dasar mujahadah adalah 
menentang hawa nafsu 
dengan menghindarkan diri dari kesenangan dan kenikmatan duniawi, dan memaksakannya untuk menentang hawa nafsu di setiap waktu, 
mengekang gejolak syahwat 
dengan tali kekang takwa dan rasa takut kepada Allah.

Kemudian, 
jika nafsu memberontak 
saat kita menjalankan amal-amal ketaatan 
maka kita harus menyeretnya 
dengan cambuk takut, perlawanan terhadap nafsu, 
dan menahan pemberian bagian-bagian kesenangan diri.

Mujahadah tak akan berhasil kecuali dengan laku muraqabah. 

Inilah yang pernah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW 
ketika ditanya oleh Jibril a.s. tentang apa itu ihsan. 
Beliau menjawab, 
"Ihsan adalah menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, 
dan jika kau tak dapat melihat-Nya, 
maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu."

Muraqabah adalah 
kesadaran seorang hamba terhadap pengawasan Allah kepada dirinya. 
Ini adalah laku batin yang mengandung kebaikan, 
dan tingkatan ini hanya dapat dicapai 
setelah melalui proses muhasabah, 
memperbaiki keadaan diri, 
komitmen di jalan kebenaran, 
peningkatan kualitas penjagaan kalbu antara dirinya dan Allah, 
serta penjagaan diri bersama Allah. 

Dari sini kemudian muncul kesadaran bahwa 
Allah senantiasa mengawasinya 
dan sangat dekat dengan kalbunya, 
mengetahui segala geraknya, 
melihat segala tindakannya, dan 
mendengar segala perkataannya.

Mujahadah juga meniscayakan empat pengetahuan: 

Pertama, 
makrifat terhadap Allah. 

Kedua, 
pengetahuan terhadap musuh Allah, yakni iblis. 

Ketiga,
pengetahuan tentang nafsu 
diri yang selalu mendorong pada keburukan. 

Keempat, 
pengetahuan tentang amal perbuatan demi Allah.

Jika seseorang hidup dan rajin dalam beribadah sepanjang masa, 
tapi dia tak mengenal dan tak mengetahui keempat hal tersebut 
serta tak pula mengamalkannya, 
maka ibadahnya tidak akan berguna, 
sebab dia melakukannya tanpa ilmu, 
sehingga nasibnya berakhir di neraka, 
kecuali jika memang Allah berkenan memberinya karunia 
dengan rahmat dan belas kasih-Nya.

---Syekh Abdul Qadir Al-Jailani 
dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar