Kamis, 14 April 2016

Khalil Gibran

Begitulah motivasi yang membuat mereka mencari keagungan pribadi. 
Tak ada kebenaran apabila tidak membawa manfaat bagi diri sendiri. 
Sebab kebenaran itu hanyalah asumsi yang diyakini 
sedangkan kenyataan di lapangan 
seringkali kebenaran yang diyakini harus berbenturan dengan kepentingannya. 

Saat dihadapkan pada pilihan membenarkan apa yang diyakini, 
atau membenarkan kepentingan yang ingin diraih, 
akan lebih dominan membenarkan kepentingan 
meski itu bukanlah sebuah kebenaran yang sebelumnya dirinya yakini.

Pada akhirnya 
kepentingan yang dapat segera terwujud itulah yang dianggap kebenaran, 
sehingga kebenaran yang sebelumnya diyakini 
akan menjadi kebetulan yang memang harus dikorbankan. 

Terbukti, 
orang-orang yang memilih jalan ini akan mudah bahagia 
sebab selangkah lebih maju dalam menimbang untung-ruginya memihak pada sesuatu. Tetapi kalau ditanya jujur dalam hatinya sendiri, 
pasti ada rasa jijik karena sudah menggadaikan idealisme kebenaran yang sesungguhnya.

Silakan hidup dengan cara demikian, 
tetapi cobalah renungkan nasihat Kahlil Gibran, 

“Mati untuk kebebasan lebih mulia 
daripada hidup dalam bayangan ketundukan yang lemah, 
karena ia yang memeluk kematian dengan pedang kebenaran di tangan 
akan mengabadikan dengan ‘keabadian kebenaran’ 
karena kehidupan lebih lemah daripada kematian 
dan kematian lebih lemah daripada kebenaran.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar