Senin, 11 April 2016

TIPUAN DUNIA YANG MENGGODA

TIPUAN DUNIA YANG MENGGODA

Imam Al-Ghazali menjelaskan:
"Dunia cenderung menipu dan memperdaya manusia, 
yang mewujud dalam beragam rupa. 
Misalnya, 
dunia berpura-pura seakan-akan ia akan selalu tinggal bersamamu, 
padahal kenyataannya, 
secara perlahan ia bakal pergi menjauhimu dan berpisah darimu, 
layaknya suatu bayangan yang tampaknya tetap, 
tetapi kenyataannya selalu bergerak.

Atau, dunia menampilkan dirinya dalam rupa penyihir yang berseri-seri 
tetapi tak bermoral, 
ia berpura-pura mencintai dan menyayangimu, 
namun kemudian membelot kepada musuhmu, 
meninggalkanmu mati merana dilanda rasa kecewa dan putus asa. 

Nabi Isa a.s. melihat dunia melihat dunia 
dalam bentuk seorang wanita tua yang buruk rupa.

Ketika Isa a.s. bertanya kepadanya tentang berapa banyak suaminya, 
ia menjawab bahwa jumlahnya tak terhitung. 
Ia bertanya lagi, apakah mereka telah mati ataukah dicerai. 
Si wanita itu bilang bahwa ia telah memenggal mereka semua.
 “Aku heran,” ujar Isa a.s. kepada wanita tua itu, 
“Betapa banyak orang bodoh yang masih menginginkanmu 
setelah apa yang kau lakukan atas banyak orang.”

Wanita tua ini menghiasi dirinya dengan busana yang indah sarat permata, 
menutupi mukanya dengan cadar, lalu merayu manusia. 
Sangat banyak dari mereka yang mengikutinya menuju kehancuran. 

Rasulullah saw. menyatakan bahwa di Hari Pengadilan, 
dunia ini akan tampak dalam bentuk seorang nenek tua yang seram, 
bermata hijau gelap, dan gigi yang bertonjolan.

Orang yang melihatnya akan berkata, 
“Ampun! Siapakah ini?” 
Malaikat menjawab, 
“Inilah dunia yang deminya kalian bertengkar dan berkelahi 
serta saling merusak kehidupan.” 
Kemudian wanita itu akan dicampakkan ke neraka seraya menjerit keras, 
“Oh Tuhan, di mana pencinta-pencintaku dahulu?” 
Tuhan pun kemudian memerintahkan para pecinta dunia 
juga dilemparkan mengikuti kekasih mereka itu.

Siapa saja yang mau merenungkan secara serius 
keabadian di masa lalu, 
ketika dunia ini belum ada, dan 
keabadian di masa datang, 
ketika dunia tak lagi ada, 
akan mengetahui bahwa 
kehidupan ini bagaikan sebuah perjalanan 
yang tahapan-tahapannya 
dicerminkan oleh tahun, liga-liganya (ukuran jarak, + 3 mil) oleh bulan, 
mil-milnya oleh hari, dan langkah-langkahnya oleh detik. 
Jadi, 
betapa bodoh orang yang berupaya menjadikan dunia 
sebagai tempat tinggalnya yang abadi dan menyusun rencana sepuluh tahun ke depan untuk meraih apa-apa yang bisa jadi tak pernah dibutuhkannya, 
padahal sepuluh hari ke depan mungkin ia telah terkubur dalam tanah.

Saat kematian datang, 
orang yang mengumbar nafsu tanpa batas dan tenggelam dalam kenikmatan dunia 
tak ubahnya seperti orang yang memenuhi perutnya dengan panganan lezat,
 kemudian memuntahkannya.

Kelezatannya telah hilang, tetapi mualnya tetap terasa. 
Makin banyak harta yang dinikmati
 – berupa taman-taman yang indah, budak, emas, perak, dan lain-lain – 
semakin berat penderitaan yang dirasakan ketika mereka dipisahkan oleh kematian. 

Beratnya penderitaan itu melebihi derita kematian, 
karena jiwa yang telah dilekati sifat tamak 
akan menderita di akhirat akibat nafsu yang tak terpuaskan.

Dunia menipu manusia dengan cara-cara lainnya, 
seperti menampakkan diri sebagai sesuatu yang remeh dan sepele, 
tetapi setelah dikejar ternyata ia punya cabang yang begitu banyak dan panjang 
sehingga seluruh waktu dan energi manusia dihabiskan untuk mengejarnya.

Nabi Isa a.s. berkata, 
“Pecinta dunia ini seperti orang yang minum air laut; 
semakin banyak minum, 
semakin haus ia sampai akhirnya mati akibat dahaga yang tak terpuaskan.” 

Dan Rasulullah saw. bersabda, 
“Kau tak bisa bergelut dengan dunia tanpa terkotori olehnya, 
sebagaimana kau tak bisa menyelam tanpa menjadi basah.”

---Imam Al-Ghazali dalam kitab Kimiya As-Sa'adah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar