GETARAN KALBU MENURUT SYEKH ABDUL QADIR JAILANI (BAG. 1)
Allah SWT berfirman,
“Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah.”
(QS. Az-Zumar [39]: 23).
Allah SWT juga berfirman,
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya
untuk menerima Agama Islam,
lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya
sama dengan orang yang membatu hatinya.
Maka kecelakaan yang besarlah
bagi mereka yang telah membatu hatinya
untuk mengingat Allah.” (QS. Az-Zumar [39]: 22)
Sabda Nabi SAW,
“Satu tarikan dari tarikan-tarikan Allah Al-Haq
sebanding dengan ibadah seluruh jin dan manusia.”
Nabi SAW juga bersabda,
“Orang yang tidak punya rasa kasih sayang berarti hatinya tidak hidup.”
Sedangankan Al-Junaid RA berkata,
“Bila Allah menanamkan rasa kasih sayang di dalam batin manusia,
maka akan muncul perasaan bahagia dan sedih.”
Getaran kalbu itu ada dua macam yaitu
getaran hati jasmani dan getaran hati ruhani.
Getaran hati jasmani adalah getaran hati yang didorong oleh hawa nafsu
yang muncul dari kekuatan jasad, bukan dari tarikan kuat Ruhani.
Contohnya,
seperti riya’ (ingin diketahui orang) dan
sum’ah (ingin dibesar-besarkan orang atau ingin terkenal).
Ini semua hal yang batil
karena keberadaannya masih berkisar pada diri.
Getaran hati seperti ini tidak boleh diikuti.
Adapun getaran kalbu ruhani
terjadi ketika kekuatan ruh bertambah
karena tarikan (jadzbah) dari Allah SWT.
Ini seperti bacaan Al-Quran dengan suara yang bagus
puisi yang memiliki rima bagus atau
berdzikir yang tembus
sehingga jasad tidak mampu lagi bertahan dan tumbang.
Gambaran seperti ini
merupakan limpahan rahmat Allah SWT dan baik untuk diikuti.
Sebagaimana firman Allah SWT,
“Maka sampaikanlah berita gembira
kepada hamba-hambaku yang mendengar kata-kata (nasihat)
lalu mengikuti yang baiknya.” (QS. Az-Zumar [39]: 17-18)
Begitu pula,
getaran kalbu ruhani ini muncul ketika mendengarkan
suara-suara orang yang menumpahkan kerinduannya pada Ilahi.
Juga suara burung-burung dan irama lagu-lagu.
Semua itu merupakan kekuatan ruh.
Bila didorong oleh kekuatan getaran kalbu ruhani,
maka tidak akan dimasuki oleh nafsu dan setan
karena setan hanya dapat mengganggu pada kegelapan nafsu.
Bukan pada cahaya ruhaniah.
Bahkan,
setan bisa terkulai, seperti terkulainya dia
dengan kalimat Hauqalah (lâ haula walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil azîm
[tiada daya dan upaya kecuali oleh Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung]).
Bisa diumpamakan dengan leburnya garam yang dimasukkan pada air,
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis.
Pada bacaan ayat-ayat Al-Quran,
puisi-puisi bijak, cinta dan rindu dan keluh pilu,
terdapat kekuatan yang mampu menerangi jiwa.
Sedangkan,
cahaya harus bertemu dengan cahaya lagi yakni ruh.
Sebagaimana firman Allah SWT,
“Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik.”
(QS. An-Nûr [24]: 26)
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Sirrul-Asrar.
Diterjemahkan oleh KH Zezen ZA Bazul Asyhab,
Pengasuh Pondok Pesantren Az-Zainiyah Sukabumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar