Di buku 'Kisah-kisah Shalat, hal 34', Qasim Mirkhalaf Zadeh meriwayatkan,
bahwa Imam Ja'far ash-Shadiq berkata,
"Ada seorang mukmin dan ada seorang fasik yg masuk ke dlm mesjid.
Dan tatkala keluar dari mesjid, keduanya menjadi berubah.
Yakni,
tatkala orang fasik itu masuk ke dlm mesjid dan menyaksikan si ahli ibadah
yg tengah sibuk beribadah, hatinya menjadi hancur,
sehingga Allah pun mencintainya.
Tetapi,
tatkala si ahli ibadah melihat kedatangan orang fasik itu, dia berguman,
'Siapakah orang yg masuk ke tengah orang2 mukmin ini?'
Dan dikarenakan anggapan bahwa dirinya lebih tinggi inilah,
maka dia menjadi rendah."
Apabila direnungkan,
kisah ini benar2 sedang menegur perilaku kita yg congkak.
Tidakkah kita merasa takut atas dosa2 yg kita lakukan?
Sampai2 dosa itu menyebar menjadi noda hitam di hati kita,
lalu menjadi karakter yg mengakar.
Pada akhirnya,
kita terbiasa dgn dosa2,
melupakannya dan merasa cukup dgn amal baik yg pernah dilakukan.
Sampai2 setan pun begitu mudahnya mengalir dlm tubuh kita.
Kita pongah, merasa suci, dan amal baik kita hancur lebur krn riya dan sombong.
Seandainya sedikit saja kita mau koreksi,
bahwa apa yg kita lakukan jelas2 belum mampu mengantarkan kita
ke derajat yg telah dicapai oleh Salman al-Farisi atau Abu Dzar al-Ghifari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar