Jumat, 05 Februari 2016

MAKRIFATULLAH

MAKRIFATULLAH
Manusia itu sesungguhnya mati 
kecuali yang berilmu,yang berilmu pula tertidur,
kecuali yang mengamalkan ilmunya,yang mengamalkanya pula tertipu,
kecuali yang Ikhlas.
maka,ingatlah,janganlah tertipu,
walaupun,penipuan yang tidak disadari,
ingatlah,apabila nyata ketiadaan dirimu itu,
maka nyatalah yang ADA,siapakah yang Ada itu..? 

tidak lain,KEBENARAN (Al Haq),oleh itu,
“matikanlah dirimu sebelum kamu mati”,
maka ,
siapakah yang ada setelah kematian dirimu itu..? 
tidak lain, AKU ( Al Haq) lah yang Ada.

Setelah Dia yang ada,
maka selain dariNya adalah,
fatamorgana,hanya bayangan,hanya kekosongan,
dan sesungguhnya Dialah yang meliputi kekosongan dan ketiadaan dirimu itu,
maka ingatlah,
kekosongan dirimu itulah,
dan ketiadaan dirimu itulah,SINGGASANANYA,
dan disitulah Dia bersemayam,
bukan pada jasadmu,
bukan pada jiwamu,
bukan di hatimu,dan 
bukan juga pada ruhmu.
betapa indanya ini,
bagi yang mengerti.

Saat dia telah mengenal dirinya yg sejati, makrifatullah,
maka 
dia bukan lagi selonggok daging, atau sekujur tubuh, 
Apabila saat perkenalan itu telah tiba, 
maka dzikirnya tidak lagi dengan suara atau dengan gerak, 
tetapi dzikirnya adalah melihat siapa yg dia ingat, Allah, 
Dia melihat wajah Allah, di manapun dia berada, 
dia tidak lagi melihat mati itu, suatu kematian,
karena,sesungguhnya,
ketika itu,Dia menyusuri ruang waktu,milik Allah,dan bersama Allah.

Ketika itu,Salik adalah Cahaya Allah di bumi ini,
dan dia tetap menjadi Cahaya milik Allah,saat di akhirat nanti, dan, sesungguhnya,
kerana,dia adalah milik Allah,terserah kepada Allah,mau dibuat apa, 
Salik itu Ilusi insan, ilusi alam Ilusi Tuhan, ilusi Hamba

Semuanya ilusi, semuanya sangkaan, semuanya TabirNya. 

Tiada salah, tiada benar 
Tiada imam, tiada makmum 
Tiada anak, tiada isteri 
Tiada ulama’, tiada jahil, 

Semuanya TabirNya. 

Tiada zahir, tiada batin Tiada awal, tiada akhir
Tiada kufur, tiada iman Tiada Rasul, tiada umat 

Semuanya TabirNya. 

Tiada Agama, tiada falsafah Tiada mazhab,
 tiada tariqat Tiada mazkur, tiada zikir
Tiada madlul, tiada dalil Tiada sembahan, 
tiada yang disembah 

Semuanya TabirNya. 

Yang ada hanya Dia, 
Zat Yang Agung Hilangkan sekalian sifat, nama dan af’al 

Hilangkan sekalian salah-sangka. 
Hidup bukan untuk beragama
Hidup bukan untuk berlindung dibalik AlQuran dan AlHadith
Hidup bukan untuk mendabik dada. 
Lepaskanlah sekalian ilusi minda dan hati

. Hidup yang sejati tidak bisa bercampur-baur 
dengan kenistaan insan dan dunianya, 
walaupun serban dan janggutnya putih lagi mulus. 
Yang disangkanya musibah, sebenarnya rahmat
Yang disangkanya Tuhan, sebenarnya iblis 
Yang disangkanya agama, sebenarnya hawa nafsu ammarah 
Yang disangkanya baik, sebenarnya buruk
Yang disangkanya bersih, sebenarnya nista semata 

Begitulah sebuah ilusi kehidupan ciptaan Zat Yang Maha Agung.
Tawakal adalah perbuatan hati, 
sedangkan TAUHID adalah ucapan hati. 

Barangsiapa mengetahui HAKIKAT TAUHID 
pasti akan gugur darinya pertanyaan MENGAPA DAN BAGAIMANA. 

Hakikat kedekatan kepada Allah adalah 
hilangnya rasa pada sesuatu dari hati 
berganti ketundukan NURANI kepada Allah, 

Apabila kamu telah mengenal diri tiada lagi persoalan,
 krna kita ini adalah seorang hamba yg hina, 
sebab itulah kita perlu penyerahan hamba kepada tuanNya.

Di situlah permulaan bimbingan,
yang DIA sendiri akan membimbing kita ke jalan yang diredhaiNya. 
Surah Al FATIHAH Ayat 4 dan 5 adalah kuncinya, 
di dalam solat itu sendiri ada rahsianya 
di mana kita berkata-kata dengan Allah, memujiNya, bertasbih & 
bermunajat denganNya. segala-galanya termaktub 
apabila sesaorang mendirikan solat, segala rukun iman & 
islam dizahirkan melalui perbuatan dan hati.

Dapatkah Allah dikenal dengan nyata dan terang..? 
Jikalau boleh bagaimanakah caranya..? 

Ya, inilah yang perlu jelas bagi salik pencari Tuhannya. 

Al-Quran telah memberikan panduan kepada kita tentang Tuhan Semesta Alam, 
bahwa Allah tidak dapat dijangkau akal fikiran, 
tidak dapat dibayangkandan tiada suatupun yang menyerupainya, 
di samping itu Allah juga Maha Meliputi.

Dan di sinilah banyak salik yang keliru..?

Mereka beranggapan Allah itu tidak dapat dilihat..? 

Ini adalah persoalan yang rumit, 
jikalau kita hanya memakai akal fikiran, 
sedangkan Al-Quran sendiri telah menyatakan, 
Allah itu tidak dapat dijangkau dengan akal fikiran, 
bagi yg mau mengenal Nya,
janganlah pakai akal fikiran,
 karena ia tidak akan menyampaikan kita kepadaNya.

Nah, kembali kepada persoalan asal, 
dapatkah Dia dilihat dengan nyata dan terang..? 
sudah pasti boleh, 
karena sufi terkenal Hassan al Banna pun telah menyatakan, 
“Aku tidak menyembah Tuhan yang tidak aku kenal ..
Bermakna beliau kenal kepada Tuhannya, 
kalau kenal pasti beliau melihatnya, 
karena kenal dengan melihat itu pasti seiringan.

Perlu dinyatakan,
 memang benar Allah tidak dapat dilihat dengan mata zahir, 
tetapi melihat Allah adalah dengan mata hati, 
bukankah kita ini “dua dalam satu”, (zahir dan batin), 
yang zahir tidak dapat melihat, 
tapi yang batin dapat melihatNya. 

Jadi apabila ada orang menyatakan, Dia tidak dapat dilihat, 
ini bermakna mereka hanya kenal diri yang zahir saja, 
tetapi tidak mengenal diri mereka yg batin, 
alangkah ruginya mereka yg sebegini. 

Allah dapat dikenal dengan mata hati, 
dan dengan mempelajari sifat-sifatNya. 

Hanya dengan jalan inilah kita dapat mengenal dan melihat Allah 
dengan nyata dan terang, iaitu dengan pandangan mata hati.

Jikalau ada orang menyatakan ada jalan lain yang dapat mengenalkan Dia 
dengan sebenar-benar perkenalan, itu sdah pasti hanya dusta belaka, 
dan mereka sendiri pasti, mereka juga belum melihatNya dengan nyata dan terang. 

MelihatNya dengan nyata dan terang adalah dengan merasakan kehadiranNYa, 
tanpa syak wasangka lagi. Inilah yang dikatakan ilmu rasa,

Hanya yang merasa yang mengenal Dan melihatNya dengan nyata dan terang.

Salik berhasil menyaksikan Tuhan 
di dalam dirinya bermusyahadah mujalasah dan kemudian mengalami kesatuan 
yang melarutkan keseluruhan dirinya di dalam Dzat Allah Yang Maha Meliputi.

Sungguh menginsafkan rohani. berzikir dengan makrifat. 
Mengalunkan kata dari hati yang suci . 
Meniup keshahduan untuk tenggelam dialam rasa. 
Senandung zikir kutitipkan. 
Untuk bahagia bersama kasihnya. 
Biarlah diuji, asalkan cinta bersemi. 
Itulah tajalli , cintakan Allah. kita sepatutnya reda diuji,,
ini adalah bagi membuktikan kesetiaan dan kecintaan kita, 
kepadaNya bagi yang tak sanggup diuji,, 
itu menunjukkan cinta palsu semata.
hakikat kesucian sesuatu benda mestilah benda itu sendiri,, 
ia tidak bercampur,,dengan benda-benda lain.
hakikat kesucian gula adalah gula itu sendiri,, 
ia tidak boleh bercampur dengan benda lain,,umpamanya pasir,, 
jika gula telah bercampur dengan pasir,, 
maka gula itu tidak suci lagi,,
jadi pasir harus dibuang agar gula menjadi suci kembali,,
begitu jugalah hakikat kesucian antara kita dengan Dia.

Barang siapa mengenal dirinya maka sesungguhnya mengenal iaTuhannya.

Golongan ini adalah apa yang dikatakan golongan makrifatullah,

Bagi yang makrifatullah, 
tatakala mereka memandang ke sekeliling atau di luar dirinya, 
maka apa yang dilihatnya adalah dirinya jua. 
Karena bagi mereka alam dan dirinya esa jua, tiada dua dan tiada tiga. 
Nah jikalau begitu Jikalau sekelian alam dan dirinya esa, 
nescaya yang dilihatnya adalah dirinya jua.

Seperti Sabda Rasullulah: Ra’aitu rabbi bi ayni rabbi… 
Ku lihat Tuhanku dengan mata Tuhanku.
Ra’aitu rabbi bi rabbi ..Ku lihat Tuhanku dengan Tuhanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar