ZIKIR DAN DO'A.
"Jika kau pusatkan perhatianmu pada Sahabatmu,
Engkau akan mulai mencintai-Nya
dan beroleh tanggapan dari-Nya".
Dengan membersihkan hati ,
kita mampu meretas keterikatan dari segala sesuatu selain Allah
dengan cara mengosongkan hati dari kecintaan pada dunia
serta menghilangkan segenap pikiran buruk dan tidak baik.
Inilah buah dan hasil mengingat-Nya masuk ke dalam hati,
maka hati pun kosong dari kesedihan dan kedukaan dunia
serta dipenuhi dengan kecintaan pada Allah saja.
Cahaya dari mengingat-Nya ,
mengubah hati menjadi lampu yang bersinar terang.
JIka tidak demikian,
menurut ungkapan Jalaluddin Rumi ,
hati ini tak lain dan tak bukan ,
hanyalah sekadar "sebuah botol berisi air seni".
"Hati yang kosong dari cahaya...
sama sekali bukan hati,
Jika tidak ada ruh,
maka tak ada bagian menjadi keseluruhan ,
Botol yang tidak mengandung cahaya kehidupan,
Jangan menyebutnya lampu....,
ia hanyalah sebuah botol
berisi air seni".
Hati seseorang yang lalai kepada Allah
hanyalah sekedar tembok atau dinding
dari sebuah ruangan,
dan hati seorang yang mengingat Allah
adalah objek pencerahan Allah.
Itulah sebabnya para Sufi terkemuka,
memandang zikir atau mengingat Allah
sangat penting untuk membersihkan hati.
Yang demikian ini,
bukanlah pendapat personal mereka,
melainkan ditandaskan oleh Al-Qur'an dan hadis Nabi.
Petama-tama, mari kita lihat
bagaimana Al-Qur'an menekankan pentingnya zikir
atau mengingat Allah ini.
Orang-orang Mukmin dianjurkan ,
"Wahai orang-orang yang beriman !
Berzikirlah...
dan ingatlah nama Allah
dengan zikir sebanyak-banyaknya.
Dan bertasbihlah kepada-Nya
di waktu pagi dan petang"..
Q.S. 33;41'42.
Menurut Mujahid ,
makna "mengingat" Allah adalah
"apa saja yang tidak bisa dilupakan
dalam keadaan bagaimanapun".
Ini sama dengan yad-dasyt atau
"terus-menerus mengingat",
sebagaimana kaum Sufi besar menyebut kebiasaan ini.
Al-Qur'an mengatakan,
"Orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri,duduk, dan dalam keadaan berbaring".
Q.S.3;191.
Menjelaskan ayat di atas,
Ibn 'Abbas mengatakan,
"Mengingat Allah diperintahkan dalam setiap keadaan -
siang dan malam , di darat dan di lautan ,
selama dalam perjalanan,
di saat dalam kelapangan dan kesempitan,
di saat sakit dan sehat,
secara lahiriah dan batiniah".
Ayat Al-Qur'an ,
"...Sungguh,
mengingat Allah adalah yang paling penting
(dalam kehidupan)". Q.S.29;45
Ayat ini sudah cukup untuk menunjukkan pentingnya
"mengingat Allah".
Selanjutnya ,Al-Qur'an mengatakan :
"Maka , ingatlah Aku,
pasti Aku akan mengingatmu..."
Q.S.2;152
Ampunan dan pahala dijanjikan buat mereka --
pria dan wanita - yang mengingat Allah;
"...Bagi orang laki-laki dan perempuan
yang banyak mengingat Allah - bagi mereka itu
Allah menyediakan ampunan dan pahala yang besar".
Q.S. 33'35.
Hasan al-Basri , mengatakan,
"Carilah kegembiraan dalam tiga hal;
salat,mengingat Allah (dzikr) dan membaca Al-Qur'an.
Jika engkau tak melakukannya , ketahuilah...
bahwa engkau adalah budak belenggu-belenggu dunia .
Hanya saja,
jelas bahwa hal-hal ini bukanlah tiga jumlahnya,
melainkan satu,
sebab salat dan membaca Al-Qur'an merupakan zikir.
Kemudian,
zikir adalah nama Al-Qur'an itu sendiri (yakni, adz-dzikr),
dan salat dimaksudkan untuk mengingat Allah,
"Tegakkan salat untuk mengingat-Ku". Q.S. 20;14
Syaikh 'Abdul-'Aziz mengatakan ,
"Menurut makna ayat ini ,
barangsiapa mengingat Allah dengan segenap anggota tubuh,
hati dan lidahnya serta pada saat yang sama
bekerja mencari nafkah kehidupan ,
maka ia akan digolongkan ke dalam orang-orang
yang senantiasa mengingat Allah.
Dan mereka yang bertindak bertentangan dengan Syari'ah
akan dipandang sebagai orang-orang yang melampaui batas
dan pemberontak, sekalipun siang-malam
mereka mungkin mengamalkan praktik-praktik Sufi atau berzikir.
Melupakan Allah sama artinya dengan melupakan diri sendiri.
Al-Qur'an menyatakan ,
"Dan janganlah kamu seperti orang yang melupakan Allah,
lalu Allah pun membuat mereka melupakan diri mereka sendiri.
Mereka itu orang-orang yang fasik". Q.S. 59;19.
Dalam pengertian spiritual ,
orang yang melupakan diri sendiri sesungguhnya telah tersesat.
Dr.Mir Valiuddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar