Bissmillahirahmannirahiim ( Bagi Yang Benar Benar Lupa )
HIDUP DIBUANG SEBANYAK 3 KALI
Kesenangan hidup ini dibuang sebanyak tiga kali.
Pada mulanya,
seorang hamba Allah berada dalam kegelapan kejahilannya
dan dalam keadaan yang yang tidak tentu arah,
ia bertindak sewenang-wenang dalam seluruh tindak-tanduk hidupnya
dengan menuruti hawa nafsu kebinatangannya semata-mata,
tanpa mau mengabdikan dirinya kepada Allah dan
tanpa pegangan agama yang mengawal dirinya.
Dalam keadaan seperti ini, Allah melihatnya dengan penuh kasih sayang.
Oleh karena itu,
Allah mengutus seorang penasehat kepadanya
dari orang-orang yang termasuk dalam golongannya
yang juga seorang hamba Allah yang baik,
dan satu penasehat lagi yang terdapat dalam dirinya sendiri.
Kemudian,
kedua penasehat ini mempengaruhi dirinya.
Sehingga, hamba itu dapat melihat cacad yang ada pada dirinya
seperti mengikuti hawa nafsu saja dan tidak mengikuti yang haq (benar).
Dengan demikian,
ia cenderung untuk mengikuti peraturan-peraturan atau hukum-hukum Allah
di dalam semua tindak-tanduknya.
Kemudian hamba itu menjadi seorang Muslim yang berdiri tegak
di dalam hukum-hukum Allah, keluar dari keadaannya yang jahil
dan meninggalkan hal-hal yang haram dan meragukan.
Hamba itu hanya mengambil perkara-perkara yang halal saja
seperti makan, minum, bepergian, kawin dan lain sebagainya
yang kesemuanya diperlukan untuk menjaga kesehatan dan kekuatan
untuk patuh kepada Allah, asalkan ia menerima sepenuhnya
apa yang diberikan Allah kepadanya dan
tidak boleh melampaui batas serta tidak boleh keluar dari kehidupan dunia ini
sebelum ia pergi mendapatkannya dan menyempurnakannya.
Maka berjalanlah ia di dalam hal-hal yang halal dalam seluruh keadaan hidupnya ini, sehingga ia mencapai peringkat kewalian (wilayah)
dan masuk ke dalam golongan orang-orang yang membenarkan hakekat
dan orang-orang pilihan Allah yang menghendaki berdampingan dengan Allah SWT.
Setelah itu,
iapun hanya berjalan di dalam perintah Allah saja,
dan di dalam dirinya ia mendengar firman Allah yang maksudnya kurang lebih,
“Buanglah dirimu sendiri dan marilah ke mari;
buanglah kelezatan dan kemewahan mahluk,
jika kamu menghendaki Allah.
Buanglah dunia dan akhirat
serta kosongkanlah diri dari segala-galanya.
Merasa senanglah dengan ke-Esa-an Allah.
Buanglah syirik dan bersikap ikhlaslah.
Kemudian,
masuklah ke dalam majlis ke-Tuhan-an
dan mendekatlah kepada-Nya dengan bersujud
dan menghinakan diri
serta tidak lagi mempedulikan hal-hal keduniaan dan keakhiratan,
atau mahluk atau kemewahan hidup.”
Apabila ia telah sampai kepada peringkat ini
dan telah teguh di dalamnya,
maka ia akan menerima pakaian kemuliaan dan kehormatan dari Allah,
dan Allah akan melimpahkan nur dan berbagai karunia.
Lalu dikatakan kepadanya,
“Pergunakanlah rahmat dan nikmat-Ku,
dan janganlah bersikap angkuh
serta jangan pula membuang kehendak atau kemauan,
karena menolak pemberian-Ku itu bisa memberatkan Aku
dan memperkecil kekuasaan-Ku”.
Kemudian,
iapun diberi pakaian yang mulia dan terhormat itu,
tanpa ia sendiri memainkan peranan di dalam perkara tersebut.
Sebelum itu,
ia diselimuti oleh kemauan hawa nafsunya sendiri saja,
lalu dikatakanlah kepadanya,
“Selimutilah dirimu dengan rahmat dan karunia Allah.”
Jadi, bagi dia,
ada empat peringkat di dalam mencapai kebahagiaan dan bagiannya.
Peringkat pertama, ialah
kehendak hawa nafsu kebinatangan semata dan ini adalah diharamkan.
Peringkat kedua, ialah
menuruti hukum dan undang-undang Allah, dan ini diperbolehkan.
Peringkat ketiga adalah
peringkat-peringkat batin,
dan ini adalah peringkat kewalian (wilayah) dan membuang hawa nafsu kebinatangan.
Peringkat keempat adalah
peringkat keridhaan dan karunia Illahi,
di sini lenyaplah kehendak dan maksud diri.
Inilah peringkat Badaliyyat.
Hamba itu masuk ke dalam majlis ke-Tuhan-an Yang Maha Tinggi,
ia berserah bulat kepada Allah dan menuruti perbuatan Allah semata-mata.
Inilah peringkat di mana ia terus mendapatkan ilmu Allah
dan mempunyai sifat-sifat yang baik.
Seorang hamba tidak boleh dikatakan benar dan baik,
jika ia belum mencapai peringkat ini.
Ini sesuai dengan firman Allah yang maksudnya lebih kurang,
“Sesungguhnya kawanku ialah
Allah yang menurunkan Al Qur’an dan Dia menolong orang-orang yang baik.”
Oleh karena itu,
hamba yang telah mencapai peringkat keempat ini
tidak lagi mempergunakan apa-apa yang memberikan manfaat kepada dirinya
dan tidak pula menghindarkan apa-apa yang memberikan mudharat kepada dirinya.
Ia seperti bayi di pangkuan ibunya atau
seperti mayat di tagan orang-orang yang sedang memandikannya.
Ia hanya bergantung kepada qadha’ dan qadar Allah semata-mata,
tanpa memilih dan tanpa berusaha apa-apa.
Ia kembali kepada Allah untuk melakukan apa saja karena-Nya.
Ia tidak mempunyai apa-apa lagi.
Kadang-kadang Allah memberinya kesusahan
dan kadang-kadang memberinya kesenangan.
Kadang-kadang ia kaya dan kadang-kadang ia miskin papa.
Ia tidak mau memilih
atau menginginkan suatu posisi atau pertukaran posisi.
Sebaliknya,
ia ridha dan senang hati
kepada apa saja yang diperbuat Allah terhadapnya.
Inilah peringkat terakhir dalam pengembaraan kerohanian
yang dicapai oleh para Abdal dan Aulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar