“Bagaimanakah aku dapat bertemu Allah?”
Pertanyaan ini berarti:
Bagaimanakah caranya
agar aku dapat menyingkap berbagai tabir
yang menghalangiku dari melihat Allah?
Saat ini kita berada dalam sebuah situasi berupa melihat "Bukan Dia"
dalam semua benda.
Bagaimanakah agar kita
juga dapat memahami bahwa alam semesta ini adalah ‘Dia’?
Diri kita sendiri adalah termasuk di antara “benda-benda” alam semesta.
Dengan demikian,
“Bagaimanakah aku dapat menemukan Allah?”
juga berarti:
“Bagaimanakah agar aku dapat menyingkap tabir-tabir
yang menghalangiku dari 'menjadi' Allah."
Perlu diulang bahwa “menemukan” di sini
tidak hanya bersifat epistemologis,
tetapi secara mendasar juga bersifat ontologis.
“Menjadi” Allah adalah lebih dahulu
daripada “mengetahui” Allah,
karena seperti di dunia,
tiada sesuatu pun yang dapat mengetahui
kecuali sesuatu itu harus ada terlebih dahulu,
dan sebagaimana perkataan sufi
yang sering dikutip mengatakan bahwa
“Tiada yang dapat mengetahui Allah kecuali Allah.”
“Menemukan” adalah menjadi dan mengetahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar