Menemukan Allah adalah jatuh ke dalam kebingungan (ĥayrah).
Bingung di sini bukan berarti tersesat dan tidak dapat menemukan jalan,
tetapi kebingungan berupa menemukan dan mengetahui Allah
serta tidak menemukan dan tidak mengetahui-Nya di saat yang bersamaan.
Setiap benda eksisten selain Allah
senantiasa berada dalam sebuah alam maya berupa afirmasi dan negasi,
penemuan dan kehilangan,
serta mengetahui dan tidak mengetahui.
Perbedaan antara Para Penemu dengan selain mereka ialah bahwa
Para Penemu merasa sadar sepenuhnya
akan keadaan diri mereka yang ambiguistis.
Mereka memahami makna dari perkataan khalifah pertama,
Abū Bakr ra.: “Pengetahuan adalah ketidakmampuan untuk mengetahui.”
Mereka mengetahui bahwa
jawaban untuk setiap pertanyaan penting mengenai Allah
dan alam semesta adalah “ya dan tidak”,
atau seperti ungkapan Syaikh Al-Akbar Ibn ‘Arabi
“Dia/bukan Dia” (huwa lā huwa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar