DUHAI INDAHNYA MENJADI ORANG 'ARIF.
"Jangan kau pandang sebelah mata seorang hamba
yang telah ditetapkan, dilanggengkan, dan ditolong Allah
dalam melaksanakan wirid,
hanya karena kau tidak melihat dalam dirinya
tanda orang-orang 'arif atau kegenitan kaum pecinta Tuhan.
Sebab,
kalau tidak ada limpahan karunia dari Allah,
tentu wirid dari orang itu tidak akan pernah ada."
--Syekh Ibnu Atha 'illah dalam Al-Hikam
Sahabatku, yang dimaksud "Ditolong"
adalah dipalingkan dari kesibukan-kesibukan
yang membuat hamba tersebut lupa melakukan wirid.
Adapula makna "dilanggengkan" disini adalah
dibuat terus melaksanakan wirid itu sepanjang masa.
Ini adalah sifat para zahid dan 'abid.
"Tanda orang-orang 'arif" adalah
karakter orang-orang 'arif yang meninggalkan ikhtiar
dan tidak memedulikan nasib dan keinginan diri mereka,
serta selalu hadir di hadapan Allah.
Adapun maksud "kegenitan para pencinta Tuhan" ialah
bukti-bukti dan pengaruh cinta
yang tampak pada diri orang-orang yang mencintai Allah (muhibbin).
Jika sudah tertanam dalam hati,
pengaruh cinta kepada Allah akan tampak pada seluruh anggota tubuh.
Misalnya adalah dengan sering berzikir mengingat-Nya,
segera melaksanakan perintah-Nya, dan
mengabaikan selain-Nya.
Ia selalu berusaha untuk melayani-Nya ,
menikmati munajat kepada-Nya, dan
lebih mengutamakan-Nya daripada selain-Nya.
Syekh Ibnu Atha'illah melarang untuk meremehkan orang semacam itu
(yakni yang istiqomah melakukan wirid,
namun tidak terlihat pada dirinya tanda-tanda kaum 'arif dan pecinta Tuhan).
Alasannya,
kalau tidak ada limpahan karunia dari Allah,
tentu orang itu tidak akan melakukan wirid dan istiqomah dalam berwirid.
"Wirid" bermakna segala amal ibadah yang dihasilkan
dari upaya mujahadah seorang hamba,
baik itu berupa shalat, puasa, zikir, maupun ibadah lainnya.
Dengan demikian,
jika kaumeremehkan orang seperti itu,
itu artinya, kau sudah berlaku tidak sopan terhadapnya.
Kesimpulannya,
hamba-hamba Allah yang khusus (khawwash)
terbagi menjadi dua golongan:
muqarrabun dan abrar.
Muqarrabun adalah
orang-orang yang tidak memedulikan nasib dan keinginan diri mereka,
serta lebih mengedepankan pelaksanaan hak-hak Allah
sebagai bentuk penghambaan ('ubudiyah) kepada-Nya
dalam rangka mencari ridha-Nya.
Mereka adalah kaum 'arif sekaligus muhibbin (pecinta Allah).
Sementara itu,
abrar ialah orang-orang yang dalam melaksanakan ibadah
memedulikan nasib dan keinginan diri.
Mereka melaksanakan ibadah kepada Allah
karena ingin mendapat surga dan selamat dari neraka.
Sekalipun demikian,
Allah tetap memberikan pertolongan-Nya
kedua golongan ini sesuai maqam mereka masing-masing.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar