Kamis, 04 Februari 2016

JERITAN SIMURGH

BAGIAN KEDUA : MENGENAI TUJUAN.

(10) Salah seorang guru berkata bahwa (mengatakan) 
"tidak ada tuhan kecuali Allah ' itu adalah tauhid-nya orang kebanyakan,
sedangkan (mengatakan) 'tidak ada dia kecuali Dia", 
adalah tawhidnya golongan orang terpilih.

Tetapi dia telah bersikap  ceroboh dalam penggolongannya itu,
sebab dalam tawhid ada lima tingkatan , yaitu 

(1) Pertama  , "tidak ada tuhan kecuali Allah ", 
     tawhidnya orang kebanyakan, menyangkal adanya tuhan selain Allah
     Orang semacam ini adalah yang paling awam dari awam.

(2) Di luar golongan ini ada golongan lain yang jika diperbandingkan 
     dengan dengan yang pertama  menjadi golongan orang terpilih, 
     meskipun mereka masih awam jika diperbandingkan 
     dengan golongan lain lagi yang tingkatannya lebih tinggi 
     dari golongan awam (yang kedua) .
     Tawhid mereka adalah "tidak ada dia kecuali Dia" , 
     yang lebih tinggi dibanding yang pertama.
     Tingkatan golongan ini lebih tinggi , 
     sebab golongan pertama menyangkal tuhan selain Allah,
     sedangkan golongan kedua tidak berhenti pada penyangkalan 
     bahwa yang selain Allah itu bukan tuhan, 
     melainkan dengan menyangkal semua identitas objektif 
     dalam kaitannya dengan identitas Tuhan, dan 
     mengatakan bahwa "ke-dia-an"  itu milik-Nya semata , 
     tidak ada yang lain yang boleh dipanggil "dia', 
     karena semua "ke-dia-an" berasal dari-Nya .
     Dengan demikian "ke-dia-an" yang mutlak hanyalah milik-Nya.

(3) Di luar mereka ada golongan lain yang tawhid-nya adalah 
     mengatakan bahwa "tidak ada engkau kecuali Engkau ".
     Ini lebih tinggi daripada mengatakan "dia' untuk Tuhan.
     "Dia" mengacu kepada orang ketiga , 
     dan orang-orang ini menyangkal semua "ke-engkau -an" 
     dengan jalan mengungkapkan orang kedua 
     yang diyakininya sebagai eksistensinya sendiri.
     Mereka mengacu, tentu saja, kepada kehadiran (Tuhan).

(4) Toh masih ada lagi golongan yang lebih tinggi ,
     mereka mengatakan bahwa 
     jika seseorang dipanggil sebagai "engkau',
     maka orang itu telah dipisahkan dari identitas dari si pembicara,
     dan dengan demikian telah ditetapkan kegandaan.
     Nah, kegandaan itu jelas jauh sekali dari dunia keesaan .
     Orang-orang ini telah kehilangan diri mereka , 
     atau menganggap diri mereka hilang, dalam fenomenom Tuhan.
     Mereka mengatakan "tidak ada aku kecuali Aku".

(5) Yang paling tinggi dari dai semuanya mengatakan bahwa 
      "ke-engkau-an", "ke-aku-an" dan "ke-dia-an" semuanya merupakan
      istilah yang terlalu berlebihan bagi Esensi yang Menghidupi Dirinya itu.
      Mereka telah menenggelamkan ketiga cara pembicaraan itu 
      ke dalam samudera penghapusan .
      Mereka telah menghancurkan ungkapan-ungkapan 
      dan mencabut semua acuan.

"Dan segala sesuatu akan musnah , kecuali Dia". Q.S. 28:88.

Tingkatan orang-orang ini adalah yang tertinggi .
Selama manusia tetap mempertahankan hubungan 
dengan lingkup kemanusiaannya,
mereka tidak akan dapat mencapai lingkup Ilahiah,
yang tidak ada lagi tingkatan setelah lingkup Ilahiah ini,
sebab lingkup ini tidak ada akhirnya.

Seorang sufi besar ditanya ,
"Apakah Tasawuf itu 

Dia menjawab,
"Awal mulanya adalah Tuhan , dan akhirnya adalah tak terbatas".

Syaikh Al-Isyraq.

     



Tidak ada komentar:

Posting Komentar