Rabu, 17 Februari 2016

KULIAH DZIKIR DARI SYEKH IBNU ATHA’ILLAH (1)

KULIAH DZIKIR DARI SYEKH IBNU ATHA’ILLAH (1)

Dzikir adalah melepaskan diri dari kelalaian 
dengan selalu menghadirkan kalbu bersama al-Haqq (Allah). 

Pendapat lain mengatakan bahwa dzikir adalah 
mengulang-ulang nama Allah dalam hati maupun melalui lisan. 

Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengingat 
lafal jalalah (Allah), sifat-Nya, hukum-Nya, perbuatan-Nya atau 
suatu tindakan yang serupa.

 Dzikir bisa pula berupa doa, 
mengingat para rasul-Nya, nabi-Nya,wali-Nya, dan 
orang-orang yang memiliki kedekatan dengan-Nya, 
serta bisa pula berupa takarub kepada-Nya 
melalui sarana dan perbuatan tertentu 
seperti membaca, mengingat, bersyair, menyanyi, ceramah, dan bercerita.

Maka, 
dengan pemahaman seperti ini, 
mereka yang berbicara tentang kebenaran Allah, 
atau yang merenungkan keagungan, kemuliaan, dan tanda-tanda kekuasaan-Nya 
di langit dan di bumi, atau yang mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sesungguhnya—dengan berbuat demikian—mereka sedang melakukan dzikir. 

Dzikir bisa dilakukan 
dengan lisan, kalbu, anggota badan, ataupun dengan ucapan yang terdengar orang. 
Orang yang berdzikir dengan menggabungkan semua unsur tersebut 
berarti telah melakukan dzikir secara sempurna.

---Syekh Ibnu Atha’illah dalam Miftah al-Falah wa Misbah al-Arwah

1 komentar: