Rabu, 17 Februari 2016

Maqom Hina-an dan Cela-an

Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya
Orang yang masuk Dunia tasawwuf/thoriqoh pada hakikatnya adalah memulai hidup baru dalam Taubat kepada-Nya, melangkahkan kaki setahap demi setahap menuju kehadirat Alloh. di dalam hati kita semua bersemayam Jin, setan yang sejak lahir (buka surat An Naas) telah menemani kita siang dan malam selama 24 jam sampai kita mengucapkan kata perpisahan dengan mereka ketika kita menyatakan diri menjadi murid seorang kekasih Alloh.
Setan dalam diri kita itu kemudian keluar dari tubuh kita, keluar dengan nada kesal dan kecewa. 
Lalu rasa kecewa tersebut kemudian dia masuk ke tubuh sahabat kita, tetangga kita atau bisa jadi orang tua kita sendiri, lewat mereka para jin/setan tersebut dengan bebas mencaci maki kita sebagai orang yang telah meninggakan mereka. Lalu kenapa kita jadi marah kalau dicaci oleh tetangga yang pada hakikatnya adalah telah di masuki oleh “diri kita”, sekutu yang sejak lahir menemani kita.
Kalau ada yang mencaci anda karena anda mengamalkan thoriqot, dalam hati ucapkan, “wahai kawan lama, maaf, aku tak bisa bersamamu lagi, sekarang aku sudah jadi muridNya ”
Memegang kebenaran itu ibarat memegang bara api, kalau digenggam tangan akan terbakar kalau dilepas maka bara itu akan terlepas, mati dan hilang. Seorang guru memberikan Nasihat kepada muridnya, “Pegang kuat-kuat bara itu dan nanti bara itu akan padam ditanganmu dan kamu harus punya prinsip tangan yang terbakar atau bara api yang padam dan jangan pernah kau melapaskan bara tersebut”.

Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya (2 )
Bersyukurlah karena masih ada orang yang menghina anda, karena yang paling berbahaya justru ketika anda dipuji karena pujian sering kali membuat orang lalai dan lupa dan kemudian tanpa sadar menjadi sombong dan angkuh sementara dua sikap itu yang paling tidak disenangi oleh Tuhan dan sikap itu membuat anda jauh dari Tuhan.
Hinaan manusia akan membuat cinta anda kepada Tuhan semakin menggelora dan hati anda selalu terjaga untuk selalu mengingat dan membesarkan nama-Nya. Ketika semua orang mencaci dan menghina orang maka anda hanya memikirkan satu saja, semakin fokus pada satu tujuan yaitu Alloh SWT. Yakinlah bahwa Orang-orang yang menghina anda itu sengaja diciptakan oleh Tuhan sebagai lawan tanding agar anda bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam menggapai cinta-Nya. Suatu saat nanti anda akan menangis dan selalu bersyukur karena anda dihina orang dan hal itu hanya bisa terjadi ketika anda benar-benar bisa memaknai Nikmatnya Celaan.
Marilah kita belajar dari cermin Rosululloh Shollallohu 'alaihi wasallam Saiyidil Ambiya' Muhammad saw.
Di sudut pasar Madinah, ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, 
apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya” 
Namun, setiap pagi Muhammad Rosululloh SAW. mendatanginya dengan membawakan makanan, 
dan tanpa berucap sepatah kata pun Rosululloh SAW. menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rosululloh SAW.
Rosululloh SAW melakukan hal ini setiap hari sampai baginda wafat.
Setelah wafatnya Rosululloh SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Sayyidah Aisyah ra berkata kepada Sayyidina Abu Bakar ra., “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir 
tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja”.
“Apakah itu?”, tanya Abu Bakar ra.
“Setiap pagi Rosululloh SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana “, kata Aisyah ra.
Keesokan harinya Abu Bakar ra. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar ra. mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abu Bakar ra mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil mengherdik, “Siapakah kamu?”. Abu Bakar ra. menjawab, “Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).” 
“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu. “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abu Bakar ra. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rosululloh SAW”.
Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abu Bakar ra, dan kemudian berkata,
“Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, dia begitu mulia, “
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar ra. saat itu juga dan sejak hari itu menjadi seorang muslim.

Barokallohu lanaa walakum Amiin...

1 komentar: