MEMBERSIHKAN HATI.
Dunia memang mampu membuat seseorang
naik ke derajat spiritual yang paling tinggi
atau juga
memerosokkannya ke jurang kehinaan
yang paling dalam.
Orang yang menggunakan dunia sebagai sarana
mencapai keluhuran dan kebahagiaan spiritual ,
tidaklah memusatkan perhatiannya semata-mata
pada berbagai macam kesenangan hidup sekilas ini,
dan senantiasa mengingat peringatan Ilahi
dalam firman yang akan didengar orang-orang kafir :
"...Kamu telah memperoleh segala kesenangan hidup
dan menghabiskannya di dunia,..."
Q.S, 46:20.
Ia bertindak berdasarkan perintah Allah :
"Belanjakanlah sebagian rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu".
Secara lahiriah,
orang seperti ini memang berada di dunia ini.
Namun, secara batiniah,
ia menghabiskan hari-hari dalam kehidupannya di Majelis Tertinggi.
Ia hidup untuk Allah
dan bukan untuk kesenangan-kesenangan jasmani saja.
Baginya,
dunia adalah mitra yang membantunya dalam meniti jalan yang benar.
Demikianlah ,
ia dipuji oleh Nabi Muhammad, "Sungguh baik harta orang saleh".
Orang yang hatinya kosong dari kecintaan pada dunia,
dan yang beroleh kesenangan dengan merenungkan Allah,
bisa menyebut dirinya miskin, persis seperti Sulaiman
- meski punya kerajaan luas - masih menyebut dirinya miskin.
Rumi menjelaskan ini sebagai berikut :
Apakah dunia ini ?
Melupakan Allah ;
Ia bukan perniagaan dan perak,
menimbang takaran dan wanita .
Karena,
ia hapus dari hatinya keinginan akan harta dan memiliki kekayaan.
Lantaran itu,
Sulaiman tak memanggil dirinya (dengan nama apa pun),
tetapi menyebut dirinya miskin.
Barangsiapa beroleh manfaat dengan menatap Allah,
Maka ia memandang dunia ini mati dan tak bernyawa.
Dunia dan penghuninya tak berarti apa-apa ;
Keduanya sama dalam kekafiran.
Cahaya tampak seperti api dan api seperti cahaya .
Kalau tidak,
dunia ini tak akan dipandang sebagai tempat penipuan...
Wahai, Nak !
Retaskan belenggumu dan bebaskan dirimu,
Berapa lama lagi engkau jadi budak emas dan perak ?
Kehidupan dunia bukanlah sehari-dua hari ,
tetapi sesaat;
Barangsiapa meninggalkannya ,
ia hidup senang dan bahagia.
Sesudah meninggalkannya ,
minumlah secangkir air keabadian.
Dr.Mir Valiuddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar