MEMBERSIHKAN HATI.
Keterlepasan dan penyangkalan mestilah menjadi
suatu tindakan batin dalam realitas , yang dilakukan
bukan demi pamer kedermawanan dan kemurah-hatian,
pun bukan demi memperoleh pahala dan ganjaran surga.
(Bandingkan dengan seorang wanita Sufi besar dalam Islam ,
Rabi'ah al-'Adawiyah , yang wafat di Bashrah pada 801 M,
dan mengatakan , "Tuhanku , jika aku beribadah kepada-Mu,
lantaran takut pada neraka-Mu , maka bakarlah aku didalamnya ,
dan jika aku beribadah kepada-Mu demi mengharapkan surga-Mu
maka jauhkan aku darinya. Akan tetapi,
jika aku beribadah kepada-Mu semata,
maka janganlah Engkau halangi aku memandang
Keindahan -Mu yang Abadi).
Sebagaimana dikatakan Imam Al-Ghazali :
Seorang yang menjauhi dunia demi pamer kedermawanan
atau mencari pahala akhirat , tidaklah bisa disebut seorang zahid.
Menurut para wali, bahkan meninggalkan dunia demi akhirat pun
adalah kezuhudan yang lemah .
Seorang 'arif sejati, tidaklah terikat oleh akhirat.
Begitu pula, ia tidak terikat oleh dunia ini.
Dalam pandangannya ,
segala sesuatu selain Allah tidak berarti sama sekali.
Dalam kehidupannya, yang dituju hanyalah Allah.
Inilah "kezuhudan orang-orang arif"
Sangat boleh jadi,
seorang 'arif seperti ini menghindari kekayaan
dan hal-hal duniawi lainnya.
Namun ,ia justru harus memperolehnya, membelanjakannya,
dan memberikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Amat boleh jadi juga,
seorang 'arif mempunyai uang seratus ribu dirham
tetapi juga seorang zahid, sementara orang lainnya
mungkin tidak punya uang sepeserpun
dan juga bukan seorang zahid.
Sebabnya ialah,
bahwa seorang 'arif tidaklah memandang dunia
sebagai sahabat atau musuhnya .
Orang yang memandang orang lain sebagai musuhnya ,
menyibukkan diri dengannya persis seperti halnya
orang yang memandang orang lain itu sebagai sahabatnya.
Ia akan mencapai kesempurnaan hanya manakala hatinya terbebas
dari segala sesuatu selain Allah.
Dr. Mir Valiuddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar