Minggu, 14 Februari 2016

Kumpulan Nasehat Syeikh Abdul Qadir Al Jailani

Kumpulan Nasehat Syeikh Abdul Qadir Al Jailani

Berikut kumpulan beberapa nasehat dari Syeikh Abdul Qadir Al Jailani 
dari berbagai sumber.

TUNDUKKAN NAFSUMU SEBELUM ENGKAU DITUNDUKKANNYA.
(Disampaikan di Madrasah al-Ma’murah, hari Ahad pagi, 3 Syawal 545 H)

Sesungguhnya, 
siapa yang ingin memperbaiki dirinya,
 maka hendaklah dia berlatih memerangi nafsunya, 
sehingga dirinya bebas daripada cengkaman nafsu 
karena seluruh nafsu itu mengajak kepada kejahatan.

Hai pemuda…! 
Nasehatilah dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum kamu menasehati orang lain. Janganlah engkau berlebih-lebihan dalam menasehati orang lain 
sedangkan dalam dirimu sendiri 
masih bersemayam sesuatu yang engkau perlu perbaiki. 
Celakalah engkau…! 
Sekiranya engkau tahu bagaimana membersihkan orang lain, 
sedangkan engkau buta untuk membersihkan dirimu sendiri. 
Bagaimana seorang yang buta dapat memimpin orang lain.

“Wahai hati…! 
Wahai roh…! 
Wahai manusia..! 
Wahai jin…! 
Wahai orang-orang yang berharap kepada Maha Raja..! 

Marilah kita ketuk pintu Maha Raja. 
Bersegeralah kamu kepada-NYA dengan tapak hatimu, 
dengan tapak takwa dan tauhid kamu, 
makrifat dan kewarakan kamu yang tinggi, 
kezuhudan kamu di dunia, 
di akhirat dan didalam sesuatu 
selain daripada yang berkaitan secara langsung dengan Tuhanmu”.

***
SEGERA MENCAPAI PINTU TAUBAT
(Ahad,10 Syawal 545 H)

Sabda Rasulullah SAW :
“Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, 
maka hendaklah dia mencapainya, 
karena sesungguhnya ia tidak mengetahui, 
bila pintu itu akan tertutup baginya”

Wahai pemuda. 
“Bertaubatlah kamu. 
Bukankah kamu telah melihat, 
bahwa Allah akan menguji kamu dengan berbagai dugaan hingga kamu bertaubat…? Sementara engkau tidak berfikir, 
malahan engkau bertahan dalam kedurhakaanmu itu.

***
SENANTIASA RIDHA DENGAN ALLAH

“Tetaplah engkau untuk senantiasa ridha dengan Allah, 
dalam keadaan petaka atau sengsara, 
dalam keadaan miskin atau kaya, 
dalam keadaan susah atau senang, 
dalam keadaan sehat atau sakit, 
dalam keadaan buruk atau baik, 
ketika memperoleh yang engkau kehendaki atau tidak. 

Aku tidak tahu obat apa yang sesuai untukmu, 
selain daripada menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah yang Al-Haq. 
Jika dia menetapkan sesuatu yang merugikan kamu, 
janganlah kamu benci kepada-NYA 
serta jangan pula kamu menjauhkan diri daripadanya. 
Karena semua itu adalah ujian dan cobaan terhadapmu.

***
Jika sadar dan berubah, 
pasti Allah menukarkan kegelisahmu dengan ketenangan 
dan jiwamu akan menjadi tenang, tenteram dalam mentauhidkan-Nya.

***
Jika Al-Haq menghendaki agar hambanya menjadi baik, 
maka Dia akan memberikan Hidayah, 
mengajar mereka, 
mengawasi mereka, 
menerangi mereka, 
memberikan kesempatan kepada mereka, 
mendekatkan mereka kepada-Nya dan 
memberikan sinar kedalam hati mereka.

***
Celakalah kamu, 
kamu membaca dan menghafal sunnah Rasulullah, 
tetapi kamu tidak mengamalkannya. 
Engkau menyuruh manusia mengerjakan kebaikan 
sedangkan engkau sendiri tidak melakukannya.

Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Shaf: 3 yang artinya:
“Sebesar-besar kebencian Allah, 
ialah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”

***
Siapa yang telah beramal 
sehingga kemudian mereka mencapai satu kedudukan (maqam) 
dimana tiada lagi perintah ataupun larangan. 
Tidak henti-henti mereka menyendiri (khalwat) bersama ALLAH. 
Karena meninggalkan ibadah-ibadah wajib,
 bermakna seorang itu telah jatuh Zindiq. 
Tidak ada kewajiban yang gugur dari seseorang, 
walau dalam keadaan bagaimana pun jua dia, 
atau apa pun tahap dan maqamnya.

***
Wahai kaumku, 
Ambillah nasehat dari Al-Quran itu dengan mengamalkannya, 
bukan dengan mendiskusi, memperdebat, atau menseminarkannya.

***
“Tidak akan ada kebahagiaan di hatimu,
 apabila disana bersemayam sesuatu selain Allah, 
bahkan seandainya kamu sujud selama seribu tahun diatas bara api sekalipun, 
sementara hatimu kepada selain Allah, 
maka hal itu tidak bermanfaat kepadamu.

***
Mutiara Hati

Hati..! 
Hatilah yang beriman…! 
Hatilah yang mengesakan Allah…! 
Hatilah yang memurnikan aqidah..! 
Hatilah yang ikhlas…! 
Hatilah yang bertakwa…! 
Hatilah yang memelihara diri daripada yang Haram dan Syubhat…! 
Hatilah yang yakin…! 
Hatilah yang zuhud…! 
Hatilah yang arif…! 
Hatilah yang beramal…! 
Hatilah yang memimpin seluruh tubuh manusia, 
sementara seluruh anggota adalah anggota pasukan dan pengikutnya. 
Oleh itu, 
jika kamu ingin mengucapkan LA ILAHA ILLALLAH, 
maka lebih dulu hendaklah kamu ucapkan dengan hatimu, 
kemudian kamu iringi dengan lidah.

***
Jihad Batin – Lebih berat dari jihad dzahir 
karena jihad batin adalah satu jihad yang terus menerus. 
Bertujuan memutuskan 
semua kehendak dan dorongan hawa nafsu 
untuk melakukan perkara-perkara yang terlarang 
serta mengekang keinginan terhadapnya.

***
Wahai hamba…! 
Setiap yang engkau pandang sebagai kebaikan dan engkau mencintainya, 
maka cintamu itu adalah bukan cinta yang sejati. 

Engkau sedang terpedaya. 

Cinta yang hakiki adalah cinta yang tidak berubah, yaitu cinta kepada Allah, 
yakni cinta yang engkau lihat dengan dua mata hatimu, 
yaitu cinta para Al-Shiddiqin Ruhaniyyin. 

Mereka tidak mencintai dengan keimanan mereka, 
tetapi dengan keyakinan dan mata hati mereka. 

Terbukalah hijab yang menyelubungi mata hati mereka, 
sehingga mereka mampu melihat apa yang ada di alam ghaib, 
melihat sesuatu yang tidak mungkin bagi mereka untuk menjelaskannya.

***
Seorang yang berzuhud dan berada pada tahap permulaan, 
mesti menghindarkan diri dari semua manusia dan orang-orang fasiq 
yang melakukan maksiat. 
Tetapi setelah mencapai tahap kesempurnaan, 
dia tidak akan menghindarkan diri 
bahkan dia akan mencari mereka karena penawar mereka itu ada padanya. 

Karena apabila seseorang itu telah mengenal Allah, 
dia tidak akan menghindar dari sesuatu apapun 
dan tidak akan takut selain daripada Allah. 

Barangsiapa yang sudah sempurna ma’rifatnya kepada Allah, 
maka ma’rifat itulah yang akan menjadi pemandu baginya.

***
Seseorang bertanya kepada Syeikh 
bagaimana untuk mengeluarkan cinta kepada dunia.

“Hendaklah engkau melihat dengan kedua-dua mata hatimu kepada cacat-cela dunia ini. Perangilah hawa nafsumu hingga ia menjadi tenang. 
Jika nafsumu telah tenang, 
maka engkau akan mampu melihat cacat-cela dunia ini 
dan kamu akan bersikap zuhud terhadap dunia ini. 
Ketenangan itu akan wujud 
jika engkau memandang dari hati 
dan menyesuaikannya dengan bisikan batinmu.

***
“Jika engkau menginginkan kema’rifatan kepada Allah, 
maka engkau ridhalah dengan qada dan qadar-Nya, 
dan janganlah engkau jadikan nafsu, syahwat, perangai, 
dan keinginanmu sebagai sekutu bagi-Nya 
dalam kedua-dua hal tersebut.”

***
Ketahuilah bahwa para guru amal dan guru ilmu 
akan menunjukkan engkau jalan menuju Allah. 
Langkah tahap pertama ialah dengan perkataan, 
dan pada tahap kedua ialah dengan mengamalkannya. 
Dengan cara ini, engkau akan bertemu dengan Allah.

***
Beramallah engkau kepadanya 
dan janganlah engkau mengharapkan pahala yang banyak. 

Beramallah dengan tujuan 
untuk mencapai dan meraih keridhaannya serta kedekatan kepadanya. 

Pahala adalah 
keridhaan-Nya kepadamu dan kedekatanmu kepada-Nya 
dunia dan akhirat.

***
Peringkat pertama ialah engkau belajar kepada makhluk berkenaan hukum. 
Kemudian pada peringkat kedua hendaklah engkau belajar dari Khaliq 
mengenai ilmu Ladunni, 
Yakni ilmu-ilmu yang khusus untuk hati dan batin. 
Oleh itu carilah guru yang mursyid, 
karena engkau tidak dapat belajar tanpa guru.

***
Barangsiapa di antara kamu yang ingin menghidupkan hatinya, 
maka hendaklah dia membiasakan berzikir kepada Allah didalam hatinya itu 
dan hendaklah dia merasakan ketenteraman bersama-Nya.

Wahai hamba…! 
Berzikirlah engkau kepada Allah dengan hatimu 
sebanyak seribu kali dan dengan lisanmu sekali.

***
Berzikir yang dilakukan hanya dengan lisan tanpa menggunakan hati, 
tidak memberikan kemuliaan kepadamu. 

Zikir adalah zikir hati dan zikir batin, kemudian zikir lisan. 
Berzikirlah kamu kepada-Nya, 
sehingga zikir itu melebur dosa-dosamu, 
dengan demikian engkau tidak menanggung dosa sama sekali.

***
Ketahuilah…! 
Bahwa taubat itu adalah 
pusat kekuasaan dan menyesali segala perbuatan. 
Tanggalkanlah baju kedurhakaanmu itu 
dengan taubat yang tulus ikhlas. 
Jika engkau bertaubat, 
hendaklah taubat itu lahir dari hatimu,
 bertaubatlah engkau zahir dan batin.

***
Ikutilah (Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan, 
jangan membuat bid'ah, patuhlah selalu kepada Allah dan Rasul-Nya, 
jangan melanggar. 
Junjung tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia. 
Sucikanlah Dia senantiasa 
dan jangan menisbahkan sesuatu keburukan pun kepada-Nya.

***
Pertahankan Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit pun. 
Bersabarlah selalu dan jangan menunjukkan ketidaksabaran. 
Beristiqomahlah. 
Berharaplah kepada-Nya, jangan kesal, tetapi bersabarlah. 
Bekerjasamalah dalam ketaatan dan jangan berpecah-belah. 
Saling mencintailah dan jangan saling mendendam. 
Jauhilah kejahatan dan jangan ternoda olehnya. 
Percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada Tuhanmu, 
jangan menjauh dari pintu-pintu Tuhanmu, 
jangan berpaling dari- Nya.

***
Segeralah bertaubat dan kembali kepada-Nya. 
Jangan merasa jemu dalam memohon ampunan kepada Khaliqmu, 
baik siang maupun malam, 
(jika kamu berlaku begini) niscaya rahmat dinampakkan kepadamu, 
maka kamu bahagia, 
terjauhkan dari api neraka dan hidup bahagia di surga, 
bertemu Allah, 
menikmati rahmat-Nya, 
bersama-sama bidadari di surga 
dan tinggal di dalamnya untuk selamanya, 
mengendarai kuda-kuda putih, 
bersuka ria dengan hurhur bermata putih dan aneka aroma, 
dan melodi-melodi hamba-hamba sahaya wanita, 
dengan karunia-karunia lainnya, 
termuliakan bersama para nabi, para shiddiq, para syahid, 
dan para shaleh di surga yang tinggi.

***
Bila kau melihat dunia ini, 
berada di tangan mereka, 
dengan segala hiasan, dan tipuannya, 
dengan segala bisa mematikannya, 
yang tampak lembut sentuhannya, 
padahal, 
sebenarnya mematikan bagi yang menyentuhnya, 
mengecoh mereka, dan 
membuat mereka mengabaikan 
kemudharatan tipu daya dan janji-janji palsunya 
- bila kau lihat semua ini - 
berlakulah bagai orang 
yang melihat seseorang menuruti nalurinya, 
menonjolkan diri, 
dan karenanya, mengeluarkan bau busuk.

***
Bila (dalam situasi semacam itu) kau enggan memperhatikan kebusukannya, 
dan menutup hidung dari bau busuk itu, 
begitu pula kau berlaku terhadap dunia, 
bila kau melihatnya, 
palingkan penglihatanmu dari segala kepalsuan, 
dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa nafsu, 
agar kau aman darinya dan segala tipu-dayanya, 
sedang bahagianmu menghampirimu segera, 
dan kau menikmatinya.

***
Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya:

"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu 
kepada yang telah Kami berikan 
kepada beberapa golongan dari mereka, 
sebagai bunga kehidupan dunia, 
untuk Kami uji mereka dengannya, 
dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." 
(QS. Thaaha (20): 131)

***
Apabila timbul di dalam benakmu keinginan untuk menikah, 
padahal kau fakir dan miskin, 
dan kau tak mampu memenuhinya, 
maka bersabarlah 
dan berharaplah senantiasa akan kemudahan dari-Nya, 
yang membuatmu berkeinginan seperti itu,
 atau yang mendapati keinginan semacam itu di dalam hatimu, 
niscaya Ia akan menolongmu, 
(entah dengan menghilangkan keinginan itu darimu) 
atau dengan memudahkanmu menanggung beban hidupmu itu, 
dengan mengaruniaimu kecukupan,
 mencerahkanmu dan memudahkanmu di dunia dan akhirat.

Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mau bersyukur, 
karena kesabaranmu dan keridhaanmu atas ketentuan-Nya.
 Maka ditingkatkan-Nya kesucian dan kekuatanmu.

Dan Allah berjanji 
untuk senantiasa menambah karunia-Nya 
atas orang-orang yang bersyukur, sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, 
pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, 
dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), 
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Maka bersabarlah, 
tentanglah hawa nafsumu, 
dan berpegang teguhlah pada perintah-perintah-Nya. 
Ridhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, 
dan berharaplah akan ridha dan karunia-Nya.

Sungguh Allah sendiri telah berfirman:
"Hanya orang-orang yang bersabarlah 
yang akan menerima ganjaran mereka tanpa batas." (QS. Az Zumar: 10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar