Sebenarnya guru-guru yang Mursyid tidak bisa dilihat dari segi zahirnya saja,
tentang status sosialnya,
jumlah ilmu syariatnya,
panjang sorbannya,
wataknya,
banyak kitabnya,
jernih air mukanya,
bertanda hitam di dahinya,
bersopan santun orangnya dan lain sebagainya.
Tetapi dia hendaklah dipandang dalam segi perawakan ilmunya.
Ini disebabkan karena banyak mereka yang mursyid
menyelubungi ilmunya, merahasiakan ilmunya.
Kadang-kadang banyak orang tidak mengetahui
kalau dia merupakan seorang mursyid yang mempunyai martabat tinggi.
Seperti kata pujangga :
“Janganlah sekali-kali kamu menilai pakaian seseorang itu
menandakan dia tinggi derajatnya
atau dia golongan orang-orang bijak, pandai, alim
atau berketurunan baik-baik
sekalipun memakai pakaian kain sutera dan intan berlian
sekalipun yang ada itu kera juga.”
Oleh karena itu bagi mereka yang hendak mencari ilmu Hakiki dan Makrifat,
hendaklah mencari dan menuntutnya dengan guru-guru yang mursyid,
walaupun mereka terdiri dari seorang yang miskin, hina-dina,
seorang yang perawakan gila, seorang yang perawakan jahat,
mereka bisa saja dari golongan rakyat atau raja,
mereka bisa ada di masjid atau ditepi jalan,
mungkin di kota atau di hutan.
Pendek kata belajarlah ilmu ini di mana-mana saja
asalkan dari guru yang benar-benar mursyid.
Kelakuan dan perangai zahir seseorang itu
tidaklah bisa dijadikan tolak-ukur untuk dijadikan patokan
terhadap sifat mutlak kemursyidan seseorang itu,
tidak semestinya seorang yang kelihatan jahil itu tidak alim,
tidak semestinya seseorang jahat itu jahat,
tidak semesti, tidak semesti ………………, tidak semesti ………………..,
karena ilmu ghaib dan syahadah ini adalah
suatu ilmu yang pelik lagi sulit untuk diterima
oleh daya pikiran seseorang manusia dan
banyak kelakuan yang ditunjuk oleh mereka
yang menguasai ilmu ghaib dan Syahadah ini
keluar jauh dari jangkauan akal manusia
dan norma-norma masyarakat sekeliling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar