Senin, 08 Februari 2016

ZIKIR DAN KONTEMPLASI DALAM TASAWUF

MEMBERSIHKAN HATI,

Bimbingan Syaikh.

Syaikh -syaikh Sufi biasa membimbing dan mendidik murid
dalam cara yang konsisten dengan kapasitas dan psikologinya.
Mereka tidak segera menariknya 
dari keadaan yang ada pada dirinya,
tidak pula mereka meminta sang murid mengerjakan 
berbagai latihan ruhani.
Mereka mengajarkan kepadanya praktik-praktik  Sufi 
yang sesuai dengan temperamen dan kecenderungannya.
Dengan demikian,

secara bertahap dan dengan cara yang mudah ,
mereka mengantarkan sang murid menggapai tujuannya.
Para Syaikh agung ini berkata :

"Jika jalan seseorang menuju Allah 
 sesuai dengan cita rasa dan bakatnya,
 maka pencapaian kedekatan pada Allah
 akan mudah baginya.
 Semakin jauh praktik-praktik yang dilakukannya
 dari kecenderungan alaminya, maka 
 semakin lambat perjalanan yang ditempuhnya".

Konsekuensinya ,
Syaikh Ibn 'Atah'illah as-Sikandari mengatakan,

"Pilihlah zikir-zikir tentang cinta kepada Allah 
 yang sesuai dengan kecenderungan alamimu".

Imam Tarekat Syadzaliyyah , Syaikh Abu al-Hasan asy-Syadzilli,
mengatakan,
"Orang yang membimbingmu dalam cara yang konsisten 
 dengan kesenangan atau psikologimu, 
 sesungguhnya adalah seorang Syaikh sejati".

Ucapan ini sesuai dengan sabda Nabi , 
"Agama itu mudah"
atau
"Bersikaplah lemah-lembut,
 dan jangan bersikap keras dan kasar".

Diriwayatkan bahwa Nabi juga bersabda :

"Orang yang menuntunmu menuju dunia 
 sesungguhnya adalah orang yang mengkhianatimu.
 Orang yang menganjurkan 
 praktik kezuhudan dan pengekangan diri yang tak perlu,
 sesungguhnya malah membuatmu sedih dan susah.
 Dan orang yang menunjukimu , jalan Allah 
 sesungguhnya adalah penasehatmu 
 dan bermaksud baik kepadamu"

Tak pelak lagi, 
pembimbing spiritual adalah orang yang dianugerahi 
kekuatan spiritual dan mukjizat 
yang bisa menghancurkan belenggu diri sendiri 
melalui kekuatan kemauan dan kehendaknya
serta melahirkan perubahan dalam diri sang murid
yang telah memandang Realitas 
sebagai "permainan dan senda gurau",
sampai mereka mengetahui bahwa :

"Tidak ada tempat lari dari Allah,
 dan tidak ada tempat perlindungan 
 kecuali kepada-Nya semata".

Semua manusia yang dianugerahi pengetahuan batin 
mengakui bahwa latihan ruhani dan kezuhudan 
bermanfaat hanya di bawah instruksi seorang Syaikh yang "sadar".
Penyucian dari berbagai noda dan keberhasilan kedekatan
dan kerendah-hatian dalam do'a dan ibadah tidaklah bisa dicapai, 
kecuali bila jalan menuju Allah 
ditempuh di bawah bimbingan Syaikh paripurna,
yang mengetahui psikologi manusia
dan tahu tentang berbagai masalah spiritual
melalui pengetahuan, perasaan, dan pengetahuan,
atau , dalam ungkapan lain, seorang yang sadar.

Dengan sekadar membaca-baca saja tentang jalan menuju Allah,
seseorang tidak akan bisa sampai kepadanya,
persis seperti seorang pasien yang menderita sakit fisik
tidak bakal sembuh hanya dengan membaca-baca buku
tentang ilmu kedokteran.

Di dalam karyanya al-Anwar al-Qudsiyyah , Sya'rani menulis :

"Kaum 'arif yang mengetahui jalan menuju Allah sepakat
 bahwa bimbingan seorang Syaikh diperlukan 
 untuk menempuh jalan menuju Allah 
 agar berbagai kelemahan dan kekurangan 
 yang merintangi manusia sampai pada Kehadiran Allah 
 bisa dihapuskan dari sifat manusia,
 agar do'a dan salatnya bisa diluruskan 
 serta kedekatan dan kerendah-hatian 
 bisa ditumbuh-kembangkan dalam ibadah.

 Memang benar bahwa 
 mesti ada pengobatan atas berbagai macam penyakit batin,
 karena ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi , 
 sarat dengan petunjuk-petunjuk bahwa 
 penyakit-penyakit batin ini harus diobati.
 Karena itu,
 jika instruksi-instruksi seorang Syaikh yang sadar tidak dituruti 
 dalam membersihkan hati, menyucikan jiwa 
 dan menghilangkan sifat-sifat tercela, 
 maka yang demikian itu ,pasti tidak mematuhi Allah 
 dan perintah-perintah Nabi Muhammad saw.
 Jika seseorang berusaha mencerabutnya 
 dengan segenap upayanya tanpa bantuan seorang Syaikh,
 maka ia tidak bakal pernah berhasil.
 Keadaannya adalah persis seperti orang menghafal 
 buku-buku kedokteran , namun ia tidak bisa diobati.
 Sudah lumrah dan menjadi sunnah Allah bahwa
 orang-orang hidup dimanfaatkan oleh mereka yang hidup pula
 dan cahaya nya pun dinyalakan dari cahaya lainnya.
 Tak akan ada perubahan  yang engkau jumpai dalam sunnah Allah".

Itulah sebabnya Kwajah Yusuf Hamadzani mengatakan :

"Bergaullah dengan Allah.
 Jika engkau tidak sanggup bergaul dengan Allah,
 maka  pilihlah bergaul dengan orang yang bergaul dengan Allah,
 sampai engkau juga bisa bergaul dengan Allah SWT".

Demikian pula,
Maulana Jalaluddin Rumi , 
seorang Sufi 'arif besar dari Rum,
mengatakan ;

"Tak ada sesuatu pun maujud dengan sendirinya;
 Tak ada besi bisa menjadi sebilah pedang dengan sendirinya,
 Sang Maulawi tak bakal pernah bisa jadi Maula-i-Rum
 Sampai ia menjadi budak Syams -i- Tabri".

Dan Khwajah Naqsyband memberi  nasehat :

"Nak!
 Di jalan cinta, 
 mustahil menempuh jalan 
 tanpa bantuan seorang pembimbing"

Karenanya ,
cermin hati perlu ditaruh di hadapan seorang manusia paripurna
yang hatinya hidup dengan Allah dan diberkahi dengan visi Allah.
Hanya segala sesuatu yang ada 
di atas cermin hati manusia paripurna
(entah Syaikh atau Pir atau Guru) saja yang terpantul 
pada cermin hati kita.

Jalan menerima berbagai anugerah spiritual pun 
menjadi lebar dan kita berseru :

"Bertahun-tahun 
 kita mengembara ke seluruh dunia 
 untuk menggapai tujuan kita,
 Sahabat ada di dalam rumah
 dan kita menjelajah ke serata penjuru dunia".

Sesudah membersihkan hati,
kita pun menyadari bahwa Allah tidak dimana-mana,
melainkan ada dalam hati kita.
Kita melupakan-Nya , 
padahal Dia senantiasa hadir setiap saat.
Kita melalaikan-Nya.

Sebagaimana dikatakan Al-Qur'an ;

"Sungguh ,
 Kami telah ciptakan manusia 
 dan Kami tahu apa yang dibisikkan hatinya,
 kepadanya.
 Kami lebih dekat kepadanya ,
 daripada urat lehernya"
 Q.S.50:16

dan seorang penyair mengatakan :

"Kelopak kesturi yang engkau cari 
 ada di jubah bertambalmu,
 Engkau tidak mencium aromanya
 lantaran kemalanganmu".

Dituturkan bahwa dalam perbincangannya 
yang sarat perasaan cinta dengan Allah,
Dawud berkata kepada Allah,
"Ya Allah,
 Di mana aku mesti mencari-Mu ?"

Allah menjawab,
"Carilah Aku 
 di kalbu dan hati yang 
 (terobati dari keangkuhan dan kesombongan 
 dan terbebas dari hawa nafsu)
 hancur demi diri-Ku semata".

"Bekas-bekas sesuatu 
 yang ingin engkau temukan 
 ada padamu,
 namun engkau mencarinya 
 di tempat lain"

Manakala hati terhijab oleh kotoran diri sendiri,
dan penuh dengan segala sesuatu 
serta kesadaran selain Allah, maka
sumber air kehidupan (aqua vitae)
penuh dengan tanah dan jadi  kering.

"Sumber tempat Khidir 
 mereguk air kehidupan
 menjadi milikmu,
 tetapi 
 penuh dengan tanah".

Dr. Mir Valiuddin



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar