Selasa, 01 Maret 2016

Pengertian syuhud

Pengertian syuhud
______________oo0oo______________

Pengertian syuhud sebagai basyiratul qalbi (pandangan mata hati) 
seperti kaidah yang tertera dalam kitab Addurun Nafis:

SYUHUUDUL KATSRAH FILWAHDAH, SYUHUUDUL WAHDAH FILKATSRAH 
“Pandang yang banyak pada yang satu dan pandang yang satu pada yang banyak”.

Sampai menemukan keyakinan dan pandangan yang benar, 
andai diungkapkan dalam bentuk kata-kata, maka lahirlah:

“Tidak aku melihat sesuatu, 
melainkan aku melihat Allah padanya, 
tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sertanya, 
tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sebelumnya, 
tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sesudahnya”.

Itulah kunci-kunci penyibak hijab.
Kunci-kunci tersebut harus dipraktekkan 
dengan landasan pemahaman tentang
tauhidul af’al, tauhidul asma, tauhidus sifat dan tauhidu dzat 
(esa perbuatan, nama, sifat dan zat Allah)

Inilah yang menjadi tonggak keyakinan, 
untuk memandang setiap kejadian di alam semesta 
pada hakikatnya perbuatan Allah, 
setiap nama hakikatnya nama Allah, 
setiap sifat hakikatnya sifat Allah 
dan setiap dzat hakikatnya adalah dzat Allah.

Bila semua perbuatan, nama, sifat &dzat 
telah disandarkan kepada Allah, 
maka akan membuahkan sikap terpuji 
yang disebut akhlaqul karimah. 
Selanjutnya orang tersebut akan memiliki sikap tegar 
dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan.

Sebagaimana terlukis pada kehidupan Rasulullah saw. 
Beliau memiliki sifat sabar, ikhlas, hilim,tawadhu (rendah hati) 
dan sifat terpuji lainnya. 
Akhlak tersebut tidak dipaksakan, 
tetapi muncul apa adanya sebagai refleksi syuhud.

Acuan syuhud adalah kalimat laailaha illallah 
(tidak ada tuhan selain Allah), 
yang berlanjut pada makna: 
"Tidak ada sesuatu apapun selain Allah". 
Rasulullah saw. bersabda: 
“Kunci syurga itu laailaha illallah”

Disebut kunci syurga, 
karena syurga bagi orang yang sedang menuju Allah 
di fahami sebagai syurga dalam arti ma’rifah. 
Seseorang tidak akan ma’rifah tanpa membuka kuncinya. 
Kunci itu adalah mengamalkan kalimat laailaha illallah 
sampai menemukan hakikat fana.
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. 
Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu 
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” 
(Ar Rahmaan: 26-27).

Tatkala sampai pada derajat fana, 
maka tersibaklah tirai yang menghalangi dalam memandang Allah. 
Fana ini pun sebagai kunci pembuka tirai Ilahi.

Namun perlu digaris bawahi di sini, 
syuhud bukanlah wacana akal 
dan bukan pula perdebatan lisan, 
tapi Syuhud ada dalam rasa. 

Bagaimana rasa kehambaan sirna dalam rasa-Nya, 
tentunya rasa dalam arti esa. 
Demikian syuhud bagi para arifin billah. 
Tapi syuhud bagi salikin, 
dengan sarana ilmu tauhid untuk memandang kepada-Nya, 
hingga tertanam ‘ilmal yaqin (keyakinan ilmu).

Syuhud juga dilakukan dengan menggunakan
syua’ul basyirah (penglihatan akal) 
dan ainul basyirah (penglihatan ilmu).

Kemudian mengaplikasikan ilmu itu ke dalam kehidupannya, 
seiring dzikir yang istiqomah.
Sehingga muncul kekuatan dari dalam diri 
yang dapat memicu semangat berjalan menuju kepada-Nya. 
Akhirnya dg pengamalan syuhud yg benar 
akan runtuh segala prasangka & tersingkaplah seluruh hijab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar