“Maksiat
yang melahirkan sikap hina dina di hadapan Allah itu lebih baik
ketimbang ketaatan kepada Allah yang melahirkan sikap merasa mulia dan
sombong.”
-Al-Hikam (Syeh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary).
Sebesar apa pun kemaksiatan dan dosa seseorang, jika memasuki pintu taubat, Allah tetap menyambutnya dengan Pintu Ampunan yang agung, bahkan dengan kegembiraanNya yang Maha dahsyat kepadamu.
-Al-Hikam (Syeh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary).
Sebesar apa pun kemaksiatan dan dosa seseorang, jika memasuki pintu taubat, Allah tetap menyambutnya dengan Pintu Ampunan yang agung, bahkan dengan kegembiraanNya yang Maha dahsyat kepadamu.
Karena sebesar langit dan bumi ini, jika anda penuhi dengan dosa-dosa
anda, dikalikan lagi dengan lipatan jumlah penghuni planet ini,
kelipatan dosa itu, sesungguhnya ampunan Allah masih lebih besar dan
lebih agung lagi.
Oleh sebab itu Ibnu Athaillah membesarkan hati orang yang telah berbuat dosa agar tidak putus asa terhadap ampunan Allah, bahkan orang yang berdosa namun bertobat dengan penuh rasa hina dina dihadapan Allah itu dinilai lebih baik, dibanding orang yang ahli ibadah yang merasa hebat, merasa suci, merasa paling mulia dan merasa sombong dengan ibadahnya.
Mengapa ? Karena ada dosa yang lebih tinggi lagi dibanding maksiat, yaitu dosanya orang takjub atau kagum pada diri sendiri. Bahkan Rasulullah saw. Bersabda : “Jikalau kalian tak pernah berbuat dosa, niscaya yang paling saya takutkan pada kalian adalah yang lebih dahsyat lagi, yaitu ‘ujub (kagum pada diri sendiri).”
(HR. Imam Ahmad)
''Siapa yang memandang dirinya buruk, maka dia adalah orang yang baik dan siapa yang memandang dirinya baik, dia adalah orang yang buruk." [Ali bin Abi Thalib]
"Jika kalian berpikir bahwa kalian telah berperilaku baik berarti engkau salah, karena memandang dirimu baik adalah suatu kesombongan.”
(Syeh Ala'uddin al-Bukhari al-Attar)
"Seorang saleh tidak boleh merasa lebih mulia daripada seekor anjing sekalipun."
(Syeh Bahauddin Naqsabandy)
"Jangan menolak orang kafir, karena dapat diharapkan kelak dia mati sebagai seorang Muslim.
Pengetahuan apakah yang engkau miliki tentang akhir hayatnya, sehingga engkau mengambil sikap untuk memalingkan wajahmu dari dia?"
(Syeh Jalaluddin Rumi)
Oleh sebab itu Ibnu Athaillah membesarkan hati orang yang telah berbuat dosa agar tidak putus asa terhadap ampunan Allah, bahkan orang yang berdosa namun bertobat dengan penuh rasa hina dina dihadapan Allah itu dinilai lebih baik, dibanding orang yang ahli ibadah yang merasa hebat, merasa suci, merasa paling mulia dan merasa sombong dengan ibadahnya.
Mengapa ? Karena ada dosa yang lebih tinggi lagi dibanding maksiat, yaitu dosanya orang takjub atau kagum pada diri sendiri. Bahkan Rasulullah saw. Bersabda : “Jikalau kalian tak pernah berbuat dosa, niscaya yang paling saya takutkan pada kalian adalah yang lebih dahsyat lagi, yaitu ‘ujub (kagum pada diri sendiri).”
(HR. Imam Ahmad)
''Siapa yang memandang dirinya buruk, maka dia adalah orang yang baik dan siapa yang memandang dirinya baik, dia adalah orang yang buruk." [Ali bin Abi Thalib]
"Jika kalian berpikir bahwa kalian telah berperilaku baik berarti engkau salah, karena memandang dirimu baik adalah suatu kesombongan.”
(Syeh Ala'uddin al-Bukhari al-Attar)
"Seorang saleh tidak boleh merasa lebih mulia daripada seekor anjing sekalipun."
(Syeh Bahauddin Naqsabandy)
"Jangan menolak orang kafir, karena dapat diharapkan kelak dia mati sebagai seorang Muslim.
Pengetahuan apakah yang engkau miliki tentang akhir hayatnya, sehingga engkau mengambil sikap untuk memalingkan wajahmu dari dia?"
(Syeh Jalaluddin Rumi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar