Minggu, 22 Mei 2016

MEMPERTAJAMKAN MATA HATI TERHADAP KETAUHIDAN

MEMPERTAJAMKAN MATA HATI TERHADAP KETAUHIDAN'

Makrifatullah, 
adalah capaian yang sentiasa diimpikan oleh hamba. 

Keberhasilan dalam menapaki derajat tersebut 
menjadi simbol akan ketajaman tauhidnya.
Sebagai makhluk terpilih, 
untuk berjumpa dan menjalani hubungan paling dekat 
dengan Khaliq (Pencipta) terbuka sangat lebar. 
Bahkan Dia telah menunjukkan jalannya 
melalui Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw.

Setiap hembusan nafas seorang hamba adalah nikmat Allah jua, 
dan nikmat itu selalu “segar” mengiringi desahnya. 
Untuk itu, seorang hamba wajib mensyukurinya.
Syukur yang paling rendah tingkatannya adalah 
menyedari bahawa nikmat itu berasal dari Allah, 
rela menerimanya serta tidak mengingkarinya.

Adapun bentuk sempurnanya syukur adalah 
pengakuan dengan bahasa rahsia bahawa
 seluruh makhluk-Nya tidak akan mampu 
mengucapkan rasa syukur atas nikmat itu 
meskipun yang terkecil yang diberikan kepadanya, 
meskipun melalui upaya yang besar.

Mengingati tumbuhnya taufik untuk mensyukuri nikmat itu sendiri 
merupakan nikmat yang wajib di syukuri, 
maka setiap syukur wajib di syukuri, 
begitu seterusnya, hingga tidak ada batas akhirnya.
Apabila Allah mengasihi seseorang, 
Dia akan memberikan kepadanya kemampuan mensyukuri nikmat-Nya, 
merasa rela walau berapapun kecilnya, sebab dia yakin bahawa, 
sekecil apapun nikmat pemberian-Nya, 
pada hakikatnya tidak dapat diimbangi rasa syukur hamba.

(QS Al-Isra’:20) ertinya:
“Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar